Blind Date 1.5

1K 52 12
                                    

Yey! UN ku beresssss jadi bisa lebih lancar nulis ceritanya. Spesial skrng aku nulis sampai hampir 2 kali lebih banyak dari chapter2 sebelumnya. Silakan dinikmatiii.
^^

Sejenak sebelum aku memasuki cafe, handphone-ku bergetar. Kulihat layar hapeku segera. Ternyata telephone dari mama. Tanpa menunggu lebih lama, kuangkat panggilannya.

"Ada apa, Ma?" Tanyaku.

"Kamu udah nyampe?" Mama segera menimpali dengan pertanyaannya sendiri.

"Udah." Aku menjawab singkat.

"Bagus! Tadi calon mertua kamu nelpon, dan bilang anaknya udah nyampe juga. Ntar kamu cari dia, ya! Dia pakai kemeja flanel kotak-kotak merah, dan celana jeans. Nah, terus ketemuan deh sama calon kamu.." Mama berseru histeris.

"Apaan sih ma!? Gak bakal! Ketemu aja belom!" sewotku.

"Kamu bisa aja bilang gitu, Vara. Tapi kan gak tau takdir..." Mama mulai ngeles. "Bisa aja kamu jatuh cinta pada pandangan pertam dan malah pengen cepet-cepet nikah. Kan bisa jadi... Lagian anaknya ganteng dan pinter begitu. Mama aja langsung suka. Kamu pasti suka!"

Aku mulai jengah dengan topik pembicaraan yang dibawa mama. "Udah ah! Vara tutup!" dengan cukup jengkel kumatikan sambungan telepon. Lalu setelahnya, aku kembali berjalan memasuki cafe.

Hal pertama yang kulakukan di dalam cafe berinterior modern ini adalah, mencari sosok berkemeja flanel merah yang dibicarakan mama barusan. Tidak terlalu sulit, pria itu duduk di meja yang berada di sudut cafe. Wajahnya sedang tertunduk. Sepertinya sedang memainkan gadgetnya.
Dengan segera aku menghampiri meja itu.

Tanpa meminta izin, aku segera menduduki kursi kosong yang berada di depan pria itu. Pria yang tengah menunduk dan memainkan handphone-nya itu segera mendongkak dan memperhatikanku dengan seksama.

Sama halnya dengannya, mataku juga memperhatikan sosok itu dengan teliti. Rasa-rasanya aku mengenali wajah itu. Entah lihat dimana, yang jelas wajahnya tak asing. Tapi... Bukannya dia cowok yang di Mall?

"Lo!" Tiba-tiba cowok itu mengacungkan jari telunjuknya padaku. "Lo adiknya Zain kan?"

"Lo sendiri, cowok yang di mall minggu lalu kan?" Tanyaku sambil ikut mengacungkan jari telunjukku pada wajahnya.

"Ya. Kita minggu lalu ketemu..." Cowok itu segera mengangguk-anggukkan kepalanya. Dan beberapa detik kemudian sebuah tawa nyaring keluar dari mulutnya. Sejenak aku kembali teringat memoriku saat keluar dari area foodcourt di mall minggu lalu. Dan sama seperti saat ini, cowok itu tertawa tiba-tiba. Mama gak jodohin aku sama orang gila kan?

"Lo kenapa sih?" tanyaku tak suka saat tawanya masih terdengar keras.

"Sorry... Sorry... Gue pengen ketawa aja... Abis lucu. Kita sering banget ketemu, ya! Dan semuanya gak sengaja semua..." Cowok itu kembali cekikikan sendiri. Beneran sinting, kali ya? Masa alasan ketawanya sepele banget.

"Kemaren-kemaren emang gak. Tapi gue rasa kali ini direncanakan sih. Abis sekarangkan..... Walau gue gak niat ya... Ehem.. Kita kencan buta. Lagian gak sering ketemu juga. Baru juga tiga kali." seruku jengkel di tengah cekikikannya.

"Eh? Lo yang jadi kencan buta gue kali ini?" Segera setelah cekikikannya berhenti, dia segera bertanya dengan wajah yang cukup serius.

"Kali ini?" aku mengernyitkan alisku. Sama sekali tak mengindahkan pertanyaannya.

"Ya... Udah beberapa kali gue disuruh pergi kencan buta oleh bokap nyokap gue," jawabnya. "Eh tapi seriusan lo yang jadi kencan buta gue kali ini?" cowok itu kembali menanyakan pertanyaannya yang sebelumnya tak kujawab.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beautiful Handsome GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang