Bab VIII

814 23 1
                                    

Kami menghabiskan waktu menonton film dengan menyenangkan, Shana tak pernah memiliki teman laki-laki selain Julian, itupun tak lama karena Julian harus pindah ke Luar Negeri. Shana cenderung tidak nyaman bergaul dengan lawan jenis, karena memang sejak memasuki pendidikan SMA dia lebih memilih masuk ke sekolah khusus putri yang berada didekat rumahnya, sedangkan ketika SMP dia menjadi murid pindahan dari Surabaya karena Papa nya yang Dinas di Malang.

Shana sepertinya belum menceritakan tentang keluarga intinya, Papanya bekerja sebagai Penyuluh Pertanian, dulu Papa bekerja di Surabaya dan ketika lolos PNS, Papa ditempatkan di daerah Malang, sedangkan Mama memilih menjadi Ibu Rumah Tangga, Shana dan Sean adiknya hanya berbeda tiga tahun, adiknya baru saja naik ke kelas Dua tingkat SMK. Kami memiliki tanah di belakang rumah yang cukup luas, lalu dimanfaatkan menjadi lahan pertanian berbagai jenis macam sayur-sayuran yang setiap panen nya akan di setorkan ke beberapa Swalayan dibeberapa kota, Papa dan segala keuletannya membuat Shana jatuh cinta.

Memasuki dunia perkuliahan, membuatnya sedikit uring-uringan kala itu, dia tak pandai bergaul, hingga Agnes datang membuka peluang pertemanan yang menjanjikan, Shana tertawa memikirkan itu.

" lo pernah pacaran Shan ?" Tanya Alan ketika mereka sedang menyantap makanan cepat saji yang dijual di Restoran didalam Mall.

" dih si Alan ngegas " sahut Riki sambil tertawa

" biar gue jawab nih " Agnes memotong

" si Shana udah punya pacar " seketika omongan Agnes menghadirkan denyut nyeri di hati Alan.

" beneran Shan ?" Tanya Alan tak percaya

" dih lo nggak percaya, kalian juga kenal siapa pacarnya Shana "

" SIAPA ?" tanya para pria serentak

Agnes mendengus karena keget, " kasih tau nggak Shan ?" Gurau Agnes

Shana mengangguk, " tapi jangan bilang sama siapa-siapa yah, hubungan kita sedikit rumit "

Riki mengangguk antusias, jiwa kepo nya sudah menjulang tinggi, sedangkan Alan menunggu dengan hati yang was-was.

Jika benar apakah cinta pertama nya akan kandas begitu saja.

" Kak Agam " jawab Agnes

" APA !, Agam ? Ketua BEM kita, si Agam Mahardika Yusuf ?" Teriak mereka hampir berbarengan.

" aaah lawak lo Nes " toyor Riki pada kepala Agnes

" dih nggak percaya, tanya noh sama yang bersangkutan langsung " tunjuk Agnes pada Shana yang saat ini sedang asik minum.

" beneran Shan ?" Alan menanyakan langsung pada Shana, jika laki-laki itu Agam dia memangnya bisa apa. Alan menghormati Agam, pria itu memiliki tanggung jawab yang besar, berprestasi, memiliki reputasi yang baik, dan baiklah Alan akui jika Agam itu ganteng dan manis sekaligus, jika dibanding dengan Agam, Alan hanya seujung jari dari pria itu, haruskah Alan berjuang apa berhenti sampai sini saja.

Shana mengangguk mengiyakan, dan luruhlah kedua bahu Alan. Riki merangkul sahabat karibnya.

" jangan patah semangat bro, jalur kuning memang belum melengkung, namun kalo lawan lo Kak Agam yah bisa di ibaratkan lo bagaikan pungguk merindukan bulan " bisik Riki memberi semangat ke Alan, namun nadanya terlalu keras hingga Agnes ataupun Shana mendengar dengan jelas.

Shana menatap Alan, begitupun sebaliknya.

" Alan maaf. Gue nggak tau jenis perasaan yang lo punya buat gue, tapi bagi gue lo adalah salah satu sahabat terbaik yang gue punya, sama berharganya seperti Agnes dan juga Riki " terang Shana menatap bergantian Agnes dan juga Riki.

Dear, AshanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang