Shana terbangun ketika matahari mulai mengintip dari balik tirai jendela kamar, pagi ini sang sinar sedang berbahagia karena memancarkan panas dengan teriknya.
Shana diam mematung, perasaannya gamang, bingung dengan keadaannya dengan Agam yang tak berbusana. Dia sadar sepenuhnya dengan apa yang telah mereka perbuat semalam, jujur saja Shana menikmati penyatuannya dengan Agam, namun memikirkan dosa dan rasa bersalah pada kedua orangtua yang telah mempercayainya membuat perasaannya campur aduk tak menentu. Dengan perlahan, Shana mengangkat lengan Agam yang tersampir dipinggangnya, menaruhnya dengan perlahan agar pria itu tidak terbangun, nafasnya masih teratur dengan orokan kecil yang tak mengganggu tidurnya.
Shana berjalan perlahan kedalam kamar mandi setelah mengambil sejumput pakaian serta dalamannya yang berpencar satu satu, dengan tertatih akhirnya dia sampai dikamar mandi, menutupnya pelan hingga bunyi derit tak menggema.
Shana menaruh pakaiannya di samping wastafel, menyalakan shower dan mulai mengguyur tubuh polosnya yang terdapat banyak bekas ciuman Agam.
Shana menikmati aliran air yang perlahan membasahi kepala hingga tubuhnya, isakan kecil akhirnya lolos ketika dia melihat noda merah bekas darah keperawanannya yang sudah mengering disekitar kewanitaannya.
" aku sudah tak suci lagi " batinnya menangis, perasaan bersalahnya kian menggebu ketika terngiang perkataan Papanya untuk bisa menjaga diri ditanah perantauan, atau kepercayaan penuh yang diberikan oleh Mamanya, jika anak gadisnya tak akan salah mengambil langkah.
Shana terduduk, mencoba menghilangkan prasangka buruknya untuk tidak terus-terusan merasa bersalah, sesungguhnya dia yang salah, bukan Agam atau keadaan, dia yang terlalu murahan hingga memberikan mahkotanya dengan mudahnya untuk pria yang bukan suaminya.
Dilain sisi, Agam menggeliat, matanya perlahan terbuka dengan perasaan bahagia luar biasa pagi ini, apalagi ketika melihat keadaannya, semalam dia dan Shana kekasih yang di cintainya sudah menjadi satu, Agam bahagia, pagi paling bahagia sepanjang hidupnya. Matanya berpendar mencari gadisnya, matanya mencari hingga berhenti pada satu titik noda merah diatas sprei warna abu-abunya, perasaannya kian membuncah ketika dia berhasil menjadi yang pertama, karena mulai detik itu Shana akan selalu disampingnya, dan tak akan pergi meninggalkannya bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Ashana
General FictionCerita 18+ " kamu mau jadi pacarku ?" " Hah " " mau nggak ?" " mau " Ashana Maharani Putri, gadis pemilik senyum manis hanya bisa terdiam ketika Ketua BEM nya mengajaknya berpacaran, sedangkan mereka tak melakukan pendekatan sama sekali selama ini...