"Tugas saya memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat termasuk melindungi kamu dari lelaki hidung belang diluaran sana."
"Ih geli anjir jijik playboy." Balas Shasa dengan geli karena ada seorang polisi yang sedang menilangnya di lalu lintas.
Juna menuntun motor perempuan tersebut untuk ke jalanan yang dibawah flyover, "Monggo minggir dulu ketepian."
Shasa mengikuti arahan pria yang menilangnya, "Saya tau salah belok sama ritting motor tapi kalau bilang ya nilang jangan pake gombal."
"Lagian kamu terlalu cantik buat saya tilang."
"Makasih pujiannya saya memang cantik tapi nggak cocok kalau berdampingan sama polisi playboy." Balas Shasa dengan bersedekap tangan di dada.
"Saya nggak playboy kamu aja yang baperan."
"Baperan? Saya nggak baper sama lelaki bau kencur kayak kamu."
"Saya nggak bau kencur saya bau wangi parfum nih parfum saya rasain." Juna langsung memberikan ketiaknya ke arah wajah Shasa.
Bugh.
Shasa meninju pipi Juna yang kurang ajar tersebut, "Ketiak kamu bau! Jauh-jauh! Jangan kurang ajar!"
"Lho mbaknya kekerasan pada polisi saya borgol nanti terus saya bawa ke kua." Balas Juna yang memegang pipinya setelah mendapat satu tinjuan.
"Mana ada hubungannya sama kua Juna! Saya mau pulang harus saya siap berapa kamu?" Balas Shasa membuat Juna menaikkan satu alisnya.
"Makan malem dirumah yuk." Balas Juna melancarkan aksinya.
"Nggak ah males di rumah kamu rame."
"Gapapa mumpung ada sisa tasyakuran persiapan pernikahan mbak Janeeta tadi."
"Aku suapin mau?" Tawar Juna membuat Shasa geli.
"Suapin apasih saya masih punya tangan ya pak."
Juna memborgol tangan Shasa dengan tangannya agar mereka tidak berjauhan, "Kita kan udah bestie dari kecil siapa dulu yang belain kamu dibully perkara kamu ngompol di kelas."
"Ih Juna mana ada hubungannya! Lepasin borgolnya itu motor aku mau ditinggal?!" Pekik Shasa.
"Biar nanti diurus sama Bimo. Sekarang kita pulang dulu."
"Pulang naik apa? Bisa nggak sih lepasin dulu borgolnya nggak enak dilihat orang." Shasa harus melangkah disamping Juna karena tangan kanannya terikat dengan tangan kiri Juna.
"Gapapa atuh ini mengingatkan masa kecil kita dulu kalau main polisi-polisi an kamu yang jadi pencurinya aku yang jadi polisinya." Balas Juna membuka mobilnya membuat Shasa mengingat masa kecilnya yang sering bermain dengan keluarga Sucipto tersebut apalagi dia sangat dekat dengan mereka seperti sudah menjadi keluarga sendiri.
"Saya bukan pencuri sekarang."
"Pencuri tetap pencuri soalnya kamu udah curi perhatian saya. Jadi harus kena sanksi." Balas Juna kemudian menyetir mobilnya untuk pulang.
"Curi perhatian gimana? Saya diem lho."
"Ya gitu deh pokoknya suap malem ini kamu makan di rumah aku." Balas Juna membuat Shasa menghela nafas pasrah.
"Iya-iya terserah polisi bawel."
Sedangkan dirumah Sucipto jika malam akan ramai karena semua berkumpul untuk makan malam. Seperti sekarang Maulana dan Valent yang tengah berebut bebek panggang yang tersisa satu ekor. "Bang ngalah dong ke adeknya!" Protes Maulana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABDI NEGARA FAM'S
Ficção AdolescenteBerisi tujuh bersaudara yang memiliki profesi sebagai abdi negara dalam pekerjaannya. Dari anak pertama hingga ketujuh memiliki karakter yang berbeda-beda. Saksikan saja keseruan keluarga ini di cerita abdi negara fams. Apalagi kisah cinta si bontot...