Bab VII : Miscarriage?!

2.3K 259 86
                                    

Di hari senin pagi, perasaan Ale benar-benar tidak keruan. Kedatangan Asmo di rumahnya kemarin membuatnya terkaget-kaget. Atlas akan segera menikah dan ia sangat berpotensi menjadi pengganggu dalam rumah tangganya dengan Asmo.

Ale tidak menyukai ide itu.

Dalam perjalanannya menuju pasar terdekat, Ale terus memikirkan cara bagaimana agar Atlas tidak lagi mengunjunginya. Haruskah ia mengatakan jika kehadiran Atlas sangat mengganggu dirinya? Atau haruskah ia mengatakan jika ia tidak membutuhkannya lagi? Ale bingung!

Mengingat kembali undangan yang dipegangnya kemarin, hati Ale diremas. Ada rasa asam yang merayap di hatinya. Mengingat rasa menyakitkankan itu kembali, ia segera menggelengkan kepalanya. Stres berlebihan akan membuatnya tidak sehat dan akan sangat mempengaruhi Little Baby. Ale memutuskan untuk tidak memikirkannya sama sekali, ia terus saja melangkahkan kakinya menuju pasar.

Sebelum ia bisa melangkah lagi, seseorang kemudian berteriak padanya. Sadar jika orang itu berbicara padanya, Ale melihat bagaimana orang itu menunjuk ke atas kepalanya. Dengan sigap Ale melangkah ke kanan beberapa kali hanya untuk melihat sebuah pot tanah liat jatuh di tempat dimana ia berdiri sebelumnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya orang tidak dikenal itu.

"Ah, ya. Terima kasih, jika bukan karenamu mungkin aku . . ." Ale tidak berani melanjutkan kalimatnya.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Lebih berhati-hati lagi lain kali. Perhatikan juga sekitarmu. Karena ketidakwaspadaan orang lain, kita bisa saja celaka."

Sekali lagi, Ale mengucapkan rasa terima kasihnya pada orang itu sebelum melanjutkan perjalanannya. Di pasar, ia membeli beberapa bahan pokok dapur. Ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kejadian sebelumnya. Keteledoran orang lain tentu saja bisa membawa petaka bagi orang yang tidak tahu apa-apa. Ale mengelus perutnya guna meyakinkan Little Baby untuk tidak takut. Pasalnya, Ale sedikit takut tadi.

Setelah membeli semua bahan pokok yang ia butuhkan, Ale memutuskan untuk pulang. Namun anehnya, di perjalanan pulang, ia terus saja mengalami berbagai hal-hal aneh. Misal, seorang pencuri datang padanya dan berniat mengambil dompetnya, untung saja banyak pejalan kaki yang menolongnya. Ada lagi seorang pria berlari ke arahnya dan dengan sengaja mendorongnya, namun lagi-lagi seorang ibu-ibu Beta menolongnya dengan sigap. Beberapa preman datang padanya dengan motor mereka, Ale sudah sangat takut saat itu. Namun siapa yang bisa menyangka jika polisi sedang berpatroli dan menangkap semua preman itu.

Apakah berhenti sampai di situ? Jawabannya tidak, berbagai gangguan aneh terus datang padanya dalam waktu sangat singkat. Awalnya Ale ingin menekankan jika ini adalah hari buruknya. Hanya saja, semakin ke sini ia semakin yakin jika seseorang menargetkannya. Ale ketakutan. Apa yang paling ia pikirkan hanyalah anak yang ada di dalam kandungannya. Ale lalu berjalan lebih cepat sembari memeluk bahan belanjaannya. Ia terus berjalan dengan langkah tergesa-gesa dan tidak stabil. Sebelum—

—seseorang tiba-tiba menariknya ke gang sempit. Dengan susah payah Ale meronta dan berteriak meminta tolong. Itu adalah tiga orang berseragam tentara. Ale lebih ketakutan. Ia melihat waspada ke arah tiga orang itu.

"Beraninya kau mengancam Jenderal dengan anakmu!" teriak prajurit yang paling kanan.

Karena terlalu panik, Ale tidak bisa mengatakan apapun dan terus tergagap. Ia ingin menjelaskan sesuatu!

"Kau bahkan menggoda Jenderal dengan tubuh jalangmu? Sebentar lagi dia akan menikah dan mencampakkanmu!"

Ale lalu hanya mengangguk panik. Dalam hati ia terus mengatakan, 'ya, campakkan. Tidak apa-apa. Lepaskan aku. Biarkan aku pergi sehingga aku tidak akan mengganggu hidup Jenderal kalian lagi! Aku akan menghilang dari hidupnya!' Sayangnya, tidak satu pun dari kalimat itu bisa keluar dari mulutnya. Tubuh Ale gemetar hebat, ia takut. Kakinya tidak mampu lagi menahan berat badannya. Ia jatuh terduduk di atas tanah dengan air mata yang terus mengalir. 'Ya Tuhan, aku takut sekali. Bagaimana nasibku setelah ini? Apa aku akan mati?' Ale terus memikirkan yang terburuk.

AAATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang