Jared menatap segerombolan cowok yang masih bertahan di lapangan basket yang tak jauh dari tempat duduknya. Adam, Nino dan Bima, tiga cowok yang Jerry sempat sebutkan sebagai teman-teman Braga. Ketiga temannya tak ada, Marcell yang pulang lebih awal karena akan menjemput Jena, sedangkan Hoshi kini sudah mengantar Lena meninggalkan Jared yang memang memilih untuk menetap lebih dulu.
Dengan membawa bola basket, Jared memantulkannya menuju ke segerombolan cowok dihadapannya. Mengabaikan beberapa anak cheers yang juga masih setia menetap di lapangan basket outdoor.
"Tanding, kalau gue kalah kalian boleh minta apapun, tapi kalau gue menang sebaliknya." ujar Jared begitu di hadapan Adam, dia melempar bola basket itu yang segera di tangkap Adam.
"Cih, ternyata nggak temen lo doang yang sok jago. Lo juga ternyata." balas Adam sengit, dia merasa tertantang untuk mengalahkan Jared.
"One by one?"
Kali ini Jared terkekeh kecil, sangat terlihat dia meremehkan Adam. "3 lawan 1 pun gue jabanin." seketika senyum Adam hilang, dia merasa kesal bukan main.
"Ngelunjak tuh anak!" ujar Nino tak terima.
"Nggak usah ikutan, gue kasih paham siapa yang dia lawan."
Jared melepas baju basketnya, menampilkan kaus putih tipis yang membuat sebagian siswi menjerit tertahan. Adam yang juga mendengarnya mendengus, seolah muak akan kesombongan cowok di depannya itu.
"Lo duluan aja, setelahnya gue pastiin lo cuma jadi figuran." terang Jared bersiap, lagi Adam mengerang kesal karena diremehkan, dia segera menggiring bola menuju ring milik Jared.
Jared tersenyum tipis, belum menghentikan langkah adam. Dan begitu Adam mencetak rekor, dimana teman-temannya itu heboh dan mulai merasa menang. Jared seketika berubah, bak pemain profesional, dia merebut bola basket itu yang membuat Adam beberapa saat terkejut karena kecepatan cowok itu.
Dan seolah membenarkan ucapannya, Adam benar-benar tak diberi panggung sama sekali. Bahkan hanya untuk merebut bola basket itu saja, Adam sangat kesulitan. Jared benar-benar berubah dari orang yang dirinya lihat semenjak pertandingan antar pemilihan anggota.
Bahkan Jared terkesan lemas dan hanya mengetahui sedikut teknik, bukan sosok Jared saat ini yang memang harus Adam akui, walau dalam hati, jika Jared sangat hebat bahkan mungkin melebihi Jerry yang jelas-jelas terlihat berbakat.
Adam membungkuk mencoba menetralkan napasnya, Jared bahkan masih berjaya dengan memantulkan bola basket itu. Skor miliknya menjulang jauh dan kini musuhnya sudah hampir terkapar hanya karena kelelahan tak bisa merebut bola basket, Jared tersenyum sinis.
Dia berjalan mendekat dan saat berjarak dua langkah, tanpa aba-aba dia melemparkan bola basket itu sekencang mungkin hingga mengenai wajah Adam, seketika yang berada disana mulai mendekat heboh, bahkan para gadis sudah memekik terkejut.
"Anjing!" teriak Adam, wajahnya seokah terasa begitu panas menerima lemparab yang tidak diduganya itu.
"Ya, sebutan buat cowok yang beraninya sama cewek. Nggak fisik memang, tapi ternyata lebih banci karena mulut mereka layaknya cewek yang suka tebar rumor nggak berdasar." kata Jared tenang, saat Nino dan Bima ingin menghajarnya, dia menoleh dan memberikan tatapan tajam bagi kedua cowok itu, seolah memperingati untuk tak ikut campur.
Tanpa aba-aba, Jared menyeruak maju. Dia ingin sekali menonjok wajah Adam, tapi ingat bahwa yang memulainya itu Braga bukan bawahannya. Jadi saat Jared mencengkeram baju Adam, dia melepaskannya kembali dengan kasar. Apalagi beberapa siswa sudah heboh mendekat, mengira akan ada perkelahian.
"Minta maaf sama Lena kalau nggak, jangan harap ini yang terakhir yang lo dan yang lain dapatin. Ngerti?"
Jared berbalik dan melihat segerombolan yang ditatapnya datar, tentu saja hal itu membuat mereka takut dan menyingkir. Mengamati langkah Jared yang perlahan menjauh dengan bisik-bisik yang pasti setelah ini kejadian barusan akan menjadi hot topic.
"Nah lihat kan! Nggak mungkin mereka segitunya kalau nggak punya hubungan apapun!" bisik Mila pada Yuki dan beberapa anak cheers yang masih disana.
"Tapi bukannya normal ya, kalau sahabat marah gitu tau sahabatnya di rendahin? Itu kan udah masuk pelecehan juga." Ovy, orang paling pendiam yang masuk cheers itu berbicara pelan.
"Alah, tapi kan nggak segitunya! Pasti memang bener, Lena tuh ngasih sesuatu biar selalu jadi putri buat mereka!" balas Mila tak mau kalah, ah saat-saat seperti ini. Yuki tak bisa berpikir jernih, bahkan meskipun sudah dua hari Jerry di skorsing. Hingga detik ini, cowok itu belum pernah menceritakan apa yang terjadi hingga membuatnya hilang kendali, yang semakin membuatnya ragu.
*****
"Hosh, kerumah Jerry yuk!" ajak Lena yang kini duduk dibelakang Hoshi, cowok itu sepertinya tak begitu mendengar karena mereka memang tengah berada di jalan. Lena kembali mengutarakan niatnya, kali ini dia berteriak cukup keras.
"Hah? Ngapain?" tanya Hoshi bingung.
"Ya gapapa, gue kangen aja sama dia!"
"Dih, paling dia sibuk main games!"
"Ayolah, sekalian liat keadaan dia!" bujuk Lena yang pada akhirnya dituruti oleh Hoshi, motor besarnya kini tak lagi menuju rumah Lena melainkan ke rumah sahabatnya yang lain.
Dan begitu mereka melihat gerbang rumah Jerry, keduanya tahu bahwa kemungkinan ada sepupu Jerry yang datang dilihat dari mobil yang mereka kenali.
Setelah memarkirkan motor miliknya, Hoshi melangkah lebih dulu untuk memencet bel dengan cepat. Membuat Lena kesal melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Eh mas Hoshi sama mbak Lena, ayo masuk. Mas Jerry di dalam, ada mas Jeffery juga!" ujar bi Nana, pembantu dirumah Jerry.
"Oke bi, makasih ya." jawab Lena ramah keduanya berjalan mendekat kearah ruang santai, dimana ada sosok sepasang sepupu yang tengah bermain playstion.
"Yes!!"
"Ya! Ya!! Curang!!"
"Nggak dong, enak aja curang!!"
"Wah lo menang Jer, tumben! Kali ini taruhannya apa?!" Hoshi yang melihat wajah sumringah Jerry seketika ikut duduk disamping sang sahabat, menatap Jeffery yang berwajah muram karena kalah bermain.
"Gue minta dibeliin action figure terbaru, kalau bisa karakter dari demon slayer."
"Si anjing." mendengar itu, Hoshi dan Jerry malah ketawa ngakak, mengabaikan raut Jeffery yang keruh seketika.
"Btw, siapa yang berani ngehina lo Len? Butuh abang gebukin juga nggak?" kali ini Jeffery menatap Lena yang seketika meringis kecil.
"Janganlah kak, kasihan anak orang itu." balas Lena tak ingin ada lagi sebuah keributan.
"Loh dia kan berani berbuat, harus berani ambil konsekuensinya dong. Lagian kata Jerry juga dia baik-baik aja, nggak parah kok. Lo sendiri, masa lo lepas gitu aja?" jika saat berbicara tadi Jeffery fokus menatap Lena, di kalimat akhir, Jeffery fokus menatap sosok Hoshi yang kini menggantikannya bermain.
"Nggak lah, enak aja. Mumpung ada yang cari masalah, gue bakal kasih penyelesaiannya." kali ini Lena terang-terangan meringis membayangan Hoshi mengerjai lawannya, sahabatnya itu nggak bisa jika hanya bertindak satu kali macam Jerry atau yang lain, Hoshi ini beda.
Cowok itu lebih suka main aman, tapi mental lawannya yang tidak aman.
"Lo nggak mau ikutan lagi Jer?" tanya Jeffery yang memang sudah tahu, tentu saja karena Jerry menceritakan semuanya.
"Kan kemarin udah, giliran dong yang lain ngerasain." jawab Jerry santai yang dibalas tawa lebar sepupunya itu.
"Kalau masih kurang atau ada yang berani sama lo, libatin kakak ya. Kakak kan juga mau ikutan."
Kali ini Lena benar-benar mengerang, oh ayolah jika seperti ini terus sampai tua nanti juga dia akan sulit mencari teman. Meskipun memang Braga keterlaluan, tapi seharusnya pelajaran dari Jerry sudah menyelesaikan, tapi ini malah semakin di tambah. Ah membuatnya pusing saja.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO'S THE KING
Teen FictionHelena atau biasa dipanggil Lena, gadis cantik sekaligus putri satu-satunya keluarga Mahendra kini sudah beranjak remaja dengan memasuki salah satu sekolah elit dalam negeri. Sayangnya, lagi-lagi dia harus bersabar karena mendapati, empat teman baik...