Bab 13

14 3 0
                                    

Lena memilih untuk membuka novel begitu bel pergantian mapel berbunyi, sejak kemarin tepatnya sejak Jerry memukul Braga, Lena semakin mendapat tatapan cemooh dari teman-temannya itu. Bahkan kini, tak ada satupun yang mengajaknya berbicara, kejadian yang dulu pernah dialami kini terulang kembali dan sepertinya ini akan berlangsung lama. Beruntung, siang nanti dia tak memiliki agenda klub manapun, jadi dia bisa segera pergi atau mungkin dia akan mengunjungi Jena saja.

Melirik sekilas pada jam dinding didepan sana, hanya tersisa satu jam pelajaran sebelum bel pulang tapi kelasnya mulai ricuh karena guru yang mengajar beranjak pergi, hanya meninggalkan soal-soal yang harus dijawab, sayangnya Lena termasuk dalam jajaran siswa berprestasi, sepuluh soal cukup mudah baginya meskipun jawabannya sangat panjang.

Dia sudah terbiasa mengerjakan apapun dalam diam, salah satu kebiasaan karena sejak dulu memang tak ada yang mengajaknya berbicara, apalagi dari dulu saat masih dibangku SMP, dia memang tak pernah berkesempatan satu kelas dengan keempat sahabatnya ataupun Jena. Jaddi, inilah dia selalu hening, jikapun selesai dia lebih suka membaca novel. Dan lagi-lagi karena dia tak memiliki teman untuk diajak mengobrol, jikapun ada yang mengajaknya berbicara kebanyakan hanya bertanya tentang jawabannya.

Saat Lena masih mencoba fokus untuk membaca novel ditangannya, tiba-tiba saja perutnya terasa sakit, seperti ada yang meremasnya. Bahkan keringat dingin mulai terkihat, Lena menunduk menyandarkan dahinya pada meja. Menahan erangan sakit yang keluar, kenapa harus datang secara tiba-tiba seperti ini? Batinnya kesal.

Lena mencoba bertahan, apalagi waktu terus berjalan dimana kini suara bel pulang berbunyi, gadis itu menyerahkan buku miliknya pada sosok Kian, sang ketua kelas yang meminta untuk mengumpulkan buku yang sudah berisi jawaban itu.

Lena membuka ponsel dan mengirim pesan pada dua sahabat baiknya, Jared dan Hoshi, berharap salah satu dari mereka segera membalas pesannya itu. Dan benar saja, ponselnya segera berdering menandakan panggilan masuk, dari Jared yang segera Lena terima.

"Halo?"

"Kenapa?"

"Gue chat aja." bisik Lena lemah.

"Gue kesana, tunggu."

Ingin hati menolak agar Jared tak ke kelasnya, dimana ternyata hampir semua temannya belum keluar kelas, entah apa yang menahan mereka.Dia akan semakin digosipkan jika Jared kesini, tapi Lena juga bingung, siapa yang harus dia mintai tolong jika bukan sahabat lelakinya itu.

Dan benar bukan, saat Jared masuk kelas itu dengan menenteng jaket miliknya, seketika itu juga entah kenapa suasana kelas jadi cukup hening, seolah semua mata memandang penuh penasaran pada Jared yang datang.

Beruntung, bangku disamping Lena sudah kosong membuat cowok itu segera menarik bangku tersebut untuk duduk menyamping di samping Lena.

"Udah gue duga, lo pasti lagi dapet." bisik Jared begitu dia mendekat, mengabaikan tatapan dari teman sekelas Lena, dia lebih memilih membantu Lena memasukkan buku-buku gadis itu kedalam tas. Setelahnya dia menyerahkan jaket itu, Lena tentu saja tak akan menolak, berjaga-jaga takut jika dia sudah bocor, jadi Lena segera mengenakannya, bersyukur memiliki sahabat yang tinggi, karena jaket Jared mencapai pahanya.

"Mana gue tau, harusnya beberapa hari lagi." balas Lena sedikit sewot.

"Gue juga mana tau hal begituan." balas Jared mengerutkan dahi membuat Lena mengerang kesal yang dibalas senyum manis cowok itu.

"Langsung pulang aja?" seperti kebiasaan, Jared merangkul Lena santai, tak tahu saja jika gadis itu sudah meringis menahan malu sekaligus kesal.

"Memang lo nggak ada jadwal latihan?" tanya Lena balik.

WHO'S THE KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang