O8 :: We're Friends Right?

34 9 4
                                    

Cessa berlarian di koridor Rumah Sakit dengan rasa panik mengelilinginya. Gadis itu seakan tak peduli dengan panggilan Yuda di belakang sana, yang ia tuju hanya ruangan Felix sekarang.

Saat dimana netranya menangkap presensi Sandi tengah duduk di sebuah kursi yang terletak di luar ruangan yang Cessa cari, gadis itu berhenti berlari sembari menatap Sandi dengan cemas.

"Cessa? Lo sama siapa ke sini?"

"Dimana Felix?"potong gadis itu cepat.

Sandi bangkit dari duduknya, "Felix, ada di dalem Sa,"lirihnya.

Gadis itu melirik pintu ruangan tersebut dan Sandi bergantian. "Gue mau masuk,"

"Sa—"

"Cessa!"

Keduanya menoleh ke arah Yuda yang berlari menghampiri mereka, cowok itu nampak terengah-engah karena mengejar Cessa.

Cessa menatap Sandi cemas, "San.. Felix gak kenapa-napa kan?"

Cowok itu menggeleng, "Gue gatau Sa, kita doa'in aja semoga dia selamat."

Saat itu seluruh tubuh Cessa melemas, dari kalimatnya, Cessa tahu bahwa kecelakaan Felix cukup tragis dan sepertinya hanya sedikit harapan untuk sekedar melihat Felix membuka matanya.

Yuda yang masih terengah menatap Sandi, "Kok bisa .. Felix.. Kecelakaan?"

"Gue gak tahu pasti kronologisnya gimana, gue sendiri dihubungin sama polisi, katanya karena nomor gue ada di paling atas riwayat panggilannya. Gue dateng sama Juna tadi, dam Juna masih di lokasi kejadian."

"Kenapa lo gak hubungin orang tuanya?"tanya Yuda lagi.

"Gue gak punya nomornya, gue cuma punya nomor Cessa itupun gak aktif, dan gue inget lo tetanggaan, makannya gue hubungin lo."

Cessa berjongkok lemas, ia mulai menangis ketakutan. Yuda sigap ikut berjongkok dan mengusap bahu gadis itu. "Duduknya disana Sa, jangan ngalangin jalan."

Cowok itu menuntunnya untuk duduk di kursi, Cessa menangis sesenggukan. Sementara kini Yuda berusaha menghubungi orang tua mereka sekaligus menenangkan Cessa.

Sandi memalingkan wajahnya, ia merasa kesal sendiri melihat Yuda yang terlihat begitu peduli dengan Cessa.

Pintu ruangan terbuka, menampakkan salah satu perawat dengan masker di wajahnya. Ketiga remaja itu refleks bangun.

"Ada keluarga pasien?"

Cessa mengangkat tangannya, "Saya."

"Silahkan masuk."ujarnya.

Cessa memasang raut bingung, ia kemudian masuk ditemani Yuda. Sedangkan Sandi memilih diam di luar saja.

Nafas Cessa tercekat melihat wajah Felix yang berlumuran darah, dan wajahnya terlihat begitu pucat. Ia mulai berkaca-kaca lagi, Yuda mengenggam tangannya guna menenangkannya.

Felix tidak bergerak sama sekali, nafasnya berembus pendek.

"Lix.. ini gue Cessa.. Lo denger gue kan?

Cessa mulai menangis lagi, "Lix, jawab.."

Dengan tangan bergetar, Cessa melepas tangan Yuda dan menggenggam tangan Felix. Ia dapat respon, Felix mulai memegang tangannya dengan lemah.

"Lix, lo harus sembuh, lo pasti kuat.."

Kalimat-kalimat Cessa terus terucap sama. Terdengar sangat putus asa.

Tangan Felix tiba-tiba menggenggamnya kuat, disusul dengan nafas yang menghembus susah payah. Felix terlihat sesak dan kesakitan. Cessa menangis histeris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Speed of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang