Hari ini aku akan memasuki sekolah baruku. Aku berharap tidak ada permasalahan lagi setelah ini. Yang berlalu biarlah berlalu, aku ingin mengubur masa lalu di sekolah ini.
Bruk.
Seseorang menabrakku, aku mendongak untuk melihat wajah yang menabrakku barusan."Kalau jalan pake mata dong. Ngak liat apa ada orang." Selah seseorang dari arah belakang.
"Gue jalan pake mata kok." Aku membela diri.
"Biarkan saja, sepertinya dia anak baru di sini." Selah pria yang menabrakku tadi.
Mereka meninggalkanku yang masih berdiam diri di tempat. Mereka tidak tampak seperti siswa pada umumnya di sekolah ini. Seragam yang dilapisi dengan menggunakan jaket yang tertulis "Tiger Black".
Aku menjadi pusat perhatian banyak siswa saat pria yang menabrakku tadi bersama ketiga rekannya meninggalkanku. Perbincangan meraka terdengar samar di telingaku, namun aku masih bisa mendengar kalimat Tiger Black persis dengan nama yang ada di jaket pria yang menabrakku tadi.
Aku malas berdiam diri dan mendengarkan kalimat konyol para siswa, aku memilih untuk pergi. Baru beberapa langkah, kini seorang siswi berkacamata berdiri di depanku.
"Astaga! Jantungku." Ucapku sembari mengelus dada karena kaget.
"Halo, namaku Dina." Mengulurkan tangannya, "Lo kaget?" Dina bertanya sembari tertawa.
"Maaf sudah membuatmu kaget. Oh ya, Lo anak baru ya?" Dina masih saja berbicara panjang lebar sementara aku masih menatapnya heran.
"Ngak usah begitu kali liatnya, gue tahu kok kalau gue cantik." Pernyataan Dina barusan semakin membuatku bingung dengan sikap gadis ini, namun dia anak yang baik. Perawakan yang ramah membuat sedikit nyaman di tempat baru ini.
Dina menemaniku keruang guru, saat melangkah masuk di sana sudah ada tiga orang siswa mengenakan jaket dengan tulisan 'Tiger Black" salah satu di antara mereka adalah pria yang menabrakku beberapa waktu lalu.
"Lo lagi! Pagi ini gue selalu sial setelah pertemuan tidak menyenangkan tadi." Ucap pria yang menabrakku tadi pagi.
"Angga! Jaga sikapmu." Bentak pak Somad.
Aku tahu nama pak Somad dari papan nama yang ada di bajunya.
"Gue juga sial kali usai pertemuan tadi pagi." Jawabku Asal.
Dina menyikuku, lalu berbisik padaku kalau Tiger Black anak geng motor yang ditakuti di sekolah ini.
Aku melotot pada Dina. Dia balik melotot padaku."Kau murid baru itu?" Tanya pak Somad padaku.
Aku membalas dengan anggukan."Pak dia satu kelas denganku ya." Dina menyela ucapan pak Somad.
Pak Somad menatap Dina lamat-lamat. Namun dia tetap mengiyakan ucapan Dina. Seruan antusias dari Dina membuat geng Tiger Black menatap kami tidak suka.
"Lagi dan lagi gue satu kelas dengan gadis pembawa sial itu." Ucap Ben salah satu anggota geng Tiger Black.
"Sudahlah bro, paling sebentar lagi dia akan nyerah sama kita." Vino menyela ucapan Ben.
"Diam! Kalian sebaiknya masuk di kelas masing-masing." Bentak pak Somad yang sedari tadi sibuk mengurus berkas-berkas pindahku.
Aku belum sempat menjawab ucapan pak Somad, Dina sudah menarik tanganku menuju ruang kelas kami.
Tiger Black mengekori kami masuk ke ruang kelas.Aku duduk tepat di dekat Angga, sesekali dia melirikku, aku bisa melihatnya dengan sudut mataku.
"Alea perkenalkan dirimu kepada teman-temanmu." Pinta pak Somad yang menjadi guru kami di awal pertemuan ini.
Aku maju di depan kelas sembari menarik nafas Pelan
"Halo semua!" Sapa ku di balas oleh teman sekelas ku.
"Perkenalkan nama saya Alea Ryanti Putri panggil saja Alea."
"Boleh ngak gue panggil sayang." Ucap Ben yang membuat teman sekelas tertawa termaksud Angga.
"Boleh saja asal Lo bisa jawab pertanyaan Gue."
Aku diberitahu oleh Dina kalau Ben tidak begitu mahir dalam pelajaran. Dia sering menyontek saat ulangan dan malas mengerjakan tugas sekolahnya.
"Hoooo," seru teman sekelas "Lo yakin Ben dengan tantangan Alea?" Ucap Vino remeh.
"Siapa takut!" Ucapnya sedikit sombong.
"Ok. Jangan ada satupun yang membantu. Terutama teman Lo yang bernama Angga." Ucapku mantap.
"Bagaimana sains bisa menjelaskan mati suri?" Ucapku dengan mantap.
"Hoooo." Lagi dan lagi Ben mendapat sorakan dari siswa lainya.
"Ayo Ben jawab pertanyaan Alea. Bukankah itu sangat mudah." Tambah pak Somad sembari tertawa.
Ben tidak bisa menjawab apapun, dia mati kutu dengan pertanyaanku. Aku tersenyum puas melihat Ben. Pak Somad meninggalkan kelas, menyuruh kami belajar mandiri karena ada urusan mendadak.
"Ya. Apa yang lo lakukan barusan mereka tidak akan melepasmu dengan muda Alea." Ucap Dina.
"Mereka harus diberi pelajaran Dina." Ucapku asal.
"Terserah Lo deh. Gue mau ke kantin. Ikut ngak?"
Aku menggeleng sebagai balasan.
Dina meninggalkan aku seorang diri. Siswa lainya mulai berhamburan entah kemana. Keadaan kelas mulai sepi menyisakan bangku kosong. Tiger Black juga tidak ada di kelas, usai pak Somad meninggalkan kelas mereka juga ikut menghilang entah kemana. Aku membereskan buku-buku yang berhamburan di atas meja, mulai memasukan semuanya di dalam tas.Tiga orang siswa dengan ikat rambut dan gelang berwarna pink memasuki kelas dan mulai mendekatiku.
"Lo siswa baru itu ya?" Tanya salah satu di antara ketiganya.
"Iya. Lo ada urusan apa sama gue?" Balasku.
"Kenalin gue Indah ketua geng Pingky dan ini teman gue Rara dan Lia." Tersenyum sinis "Lo ngak usah kecentilan jadi cewek, asal Lo tahu...."
"Tahu apa?" Tiba-tiba Angga bersama kedua temannya memasuki ruang kelas. "Pergi ngak!" Bentak Angga.
Geng Pingky meninggalkan ruang kelas dengan wajah kesal.
"Lo ngak usah sok nolongin gue kali."
"Siapa yang nolongin. Gue ke sini cuman mau bilang, Lo berani ya sama kita?"
~Bersambung~
@diansaferlin15
Halo, selamat membaca. Semoga suka ya jangan lupa vote dan komenya nya. Kalau suka lanjut terus ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
Teen FictionAlea merupakan siswa baru yang pindahan karena beberapa hal yang harus ia hindari. Dirinya yang selalu tertimpa banyak masalah di sekolah lamanya dan berharap ia akan menemukan sekolah tanpa ada masalah sedikit pun. Dia bertemu dengan Angga sebagai...