Brukk.
"Hajar mereka!" Teriak seseorang.Dina bersembunyi. Gibran menggerakkan semua anak buahnya untuk menghadang orang yang berteriak. Tanpa menunggu kesempatan dua kali, Angga dan Bagas mulai meronta-ronta untuk melepaskan ikatan tangan mereka.
Keributan mulai menggema memenuhi seisi ruangan. Angga dan Bagas berhasil melepaskan ikatan tali yang membaluti tangan mereka.
Kami keluar dari ruang penyekapan. Ternyata Ben bersama anggota Tiger Black datang menolong kami.
"Angga!" Panggil Ben.
Gibran hendak memukul Ben dengan balok kayu. Angga teriak berusaha menghentikan tindakan Gibran. "Ben Awas."
Brukk.
Balok kayu tepat mengenai kepala Angga. Darah segar mengalir. Semuanya panik saat melihat Angga tidak sadarkan diri. Saat yang bertepatan sirine polisi terdengar jelas. Gibran beserta anak buahnya diseret oleh pihak kepolisian. Sementara Dina tidak diketahui keberadaannya.Aku masih tidak bisa menghentikan air mataku. Bagas yang sedari tadi menemani ku hanya diam. Dia masih mematung melihat sahabatnya tidak sadarkan diri.
Ben berdebat dengan pihak kepolisan. Gibran tidak akan di tahan melainkan dibebaskan, karena mereka menganggap bahwa ini hanya kenakalan remaja.
"Pak. Dia hampir menghilangkan nyawa teman saya pak!"
"Dek, maaf. Ini hanya kenakalan remaja."
"Dia hampir menghilangkan nyawa seseorang pak. Itu sama halnya dengan dia membunuh."
Namun, pihak kepolisian tetap pada keputusan mereka. Ben sangat emosi dia hampir memukul polisi tersebut.
"Stop!" Selah Bagas. "Ben cabut! Angga lebih penting ketimbang si brengsek itu."
Ben mulai mengontrol emosinya, saat Bagas menghentikan tindakannya. "Fuck!" Teriak Ben.
Rumah sakit yang penuh sesak itu, tampak sangat sibuk dengan kedatangan berbagai pasien. Angga ditangani oleh dokter. Beberapa suster keluar masuk membawa peralatan yang diperlukan untuk menangani Angga.
"Alea, gimana. Ada perkembangan?" Tanya Ben. Dia ngos-ngosan sembari memegang kedua lututnya.
"Ada kabar tentang Dina?"
Keduanya menggeleng. "Gibran dibebaskan." Aku membulatkan mata saat mendengar perkataan Ben.
"Udah. Lo ngak usah pikirin Gibran. Yang terpenting sekarang Angga. Mbak Sinta udah Lo kabari belum?"
Aku menggeleng sebagai jawaban. Dengan segera Bagas mengabari Mbak Sinta, kalau Angga di rumah sakit.
Satu jam kemudian Mbak Sinta datang tiba di rumah sakit bersama Sela.
"Aunti cantik!" Panggil Sela kegirangan. "Aunti om Angga baik-baik saja kan?" Mata Sela berbinar, seolah di paham kalau Angga tidak baik-baik saja. Melihat Sela ingin menangis aku segera menenangkan nya dan mengatakan kalau Angga akan baik-baik saja.
"Sebaiknya kau diam saja Alea" ucap mbak Sinta penuh emosi. "Kalau bukan gara-gara kamu adik saya tidak akan seperti ini."
"Mama, kok aunti cantik di marahi. Dia kan baik ma."
"Dia ngak baik Sela. Om Angga masuk rumah sakit gara dia." Mbak Sinta memasuki ruangan Angga. Dia sangat marah besar kepadaku.
"Sebaiknya kita pulang ya Al. Besok gue bakalan nemanin Lo ke sini lagi kok. Lo butuh istirahat."
Bagas mengantarkan aku pulang. Dia menginap di rumah. Mbak Sinta membenci, ini semua gara-gara aku Angga sampai masuk rumah sakit.
Tok...tok...tok
"Alea! Makan yuk. Tante masak kesukaan lo."
"Gue ngak lapar Bagas!"
"Al! Lo jangan nyalahin diri sendiri. Semua ini musibah. Kalau Lo seperti ini terus, Lo bakalan sakit Alea.""Gue ngak perduli Bagas. Kalau gue sakit, gue bakalan rasain apa yang dirasakan oleh Angga. Tolong tinggalkan gue sendiri."
"Bego Lo Alea. Dengan Lo ngak makan kayak gini. Lo pikir Angga senang? Ngak Alea. Lo bikin Angga tambah khawatir."
"Tapi..."
"Ngak usah pake kata tapi. Sini Lo ikut gue makan!" Bagas menarik ku secara paksa agar aku bisa makan."Gue ngak mau Lo sakit."
~Bersambung~
Maaf ya kalau alurnya ngak nyambung 🙏
Sejauh ini gimana nih menurut kalian ? Komen dong hehehe
Jangan lupa votenya ya teman-teman
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
Teen FictionAlea merupakan siswa baru yang pindahan karena beberapa hal yang harus ia hindari. Dirinya yang selalu tertimpa banyak masalah di sekolah lamanya dan berharap ia akan menemukan sekolah tanpa ada masalah sedikit pun. Dia bertemu dengan Angga sebagai...