Part 4: Marah dan Takut

4 4 0
                                    

.

.

Sebelum Membaca vote dulu ya.

Happy reading guys

.

.

"Anjing!!" Ucap Angga tiba-tiba. "Bangsat loh!!" Angga semakin frustasi usai kejadian barusan. Dia menarik tangannku sembari membantuku berdiri. 

"Lutut Lo luka." Ucap Angga sedikit khawatir.

Aku menangangguk sebagai jawaban. Tidak ada perbicangan sama sekali diantara kami berdua, terlihat di wajah Angga dia begitu kesal dengan orang-orang yang menabraknya. Entah ke arah mana dia membawaku dia sama sekali tidak mengatakan apapun. 

****

"Turun lo, udah sampe!" Tegas Angga.

"Kok lo kasar bangat sih ngomongnya."

"Terus, mau lo gue harus gimana? lo mau gue sujud sama lo." Angga sedikit emosi. Tatapannya tajam, dia bukan seperti Angga yang aku kenal beberapa hari sebelumnya.

"Angga, kalau gue ada salah lo ngomong dong, jangan kayak gini. Perasaan lo jemput gue fine-fine aja, sekarang kok lo kasar ya. Sumpah gue ngak paham sama lo." 

Aku meningalkan Angga. Aku ingin pulang, lagi-lagi tangan kekar miliknya menyambar tanganku, dia menarikku secara paksa memasuki markas mereka, jalanku sedikit terpingkal akibat luka saat terjatuh tadi. Di sana ada Ben dan Vino yang memperhatikan kami dari kejauhan. Ingin sekali rasanya aku meminta mereka menghentikan Angga saat ini, namun mereka sepertinya bisu, tidak ada yang berani meleraih Angga sedikit pun. Aku merasa menjadi tontonan bagi mereka semua. Tempat apa sebenarnya ini? Kenapa mereka hanya diam melihat seorang wanita di perlakukan kasar seperti ini.

"Lepas Angga!" Pekikku dengan lantang.

"Diam!" Bentak Angga "Gue minta lo semua keluar sekarang, jangan ada yang tersisa selain gue dan Alea, Paham!" 

Anggota Tiger Black keluar, terkecuali Vino dan Ben yang tersisa. Keduanya memandang Angga sembari tertawa "Marah dia bro" tutur Vino sembari menyikut Ben. Ben mendekati Angga sembari memegang bahu Angga, dia tahu kalau sahabatnya itu sedang emosi.

"Kalau ada masalah cerita dong, jangan Kayak gini Nga!" Ucap Ben "Anak motor mana yang bikin lo sekesal ini hmmm?" 

"Sok tau lo!" 

"Bro kita sama-sama bukan satu dua hari, noh motor lo lecet ngak mungkin kali seorang pimpinan Tiger Black jatuh!" Vino ikut bergabung, sementara aku sesekali meringis menahan peri akibat luka yang ada di lutukku "Al, lo ngak apa-apa?" Tanya Vino, dia sedikit khawatir denganku.

"Ehem, Vin gue di sini." Angga mendekatiku, lagi-lagi dia mencengkeram tanganku, tetapi tidak sekuat tadi "Gue mau kalian selidiki secepat mungkin yang udah nabrak gue." Angga menarikku, dia membawaku ke salah satu ruangan, barangkali ini tempat privasi dia, aku ngak tahu sama sekali. 

"Lo diam di sini, gue mau ambil obat merah." Angga mengecek setiap sudut lemari mencari apa yang dia butuhkan. Dia mulai menyusuri setiap sisi lemari, namun tidak menemukan barang yang dia cari.

"Angga lo cari ini?" Tanyaku kepada Angga sembari tersenyum mengejek. "Kalau cari itu yang benar dong jangan asal." Lagi-lagi aku mengejek Angga, aku tahu dia kesal, bukan hanya karena aku mengejeknya tetapi karena kejadian beberapa waktu lalu.

"Ngak usah tertawa kali." Ucap Angga sembari mulai mengobati lukaku.

"Gue boleh nanya ngak?" Tanyaku dengan sedikit gugup. Angga mengangguk sebagai jawaban. "Tiger Black ngak punya musuh kan Nga?"
Seketika Angga mendongak memandangiku lamat-lamat, aku mengigit bibir sembari mengucapkan kata maaf kepadanya.

"Ada kok, banyak lagi!" Tutur Angga sembari melanjutkan mengobati lukaku. "Gue bahkan punya musuh di mana-mana, saling bunuh malah. Kadang kalau lagi tempur banyak korban jiwa, sebagian juga luka parah. Gue bahkan pernah bunuh sahabat gue sendiri, ya karena dia menghianati Tiger Black." Penjelasan Angga membuatku merinding, aku sedikit menjauh darinya dengan wajah panik.

"Angga, Lo,,,Lo,,,"  pyarrrrttttrrrrr, aku berhasil menjatuhkan vas bunga dengan wajah menegang.

Angga semakin mendekatiku, dia sama sekali tidak memperdulikan wajahku yang kian menegang, aku berjalan mundur sementara Angga terus mendekat alhasil aku terjebak di dinding, wajahnya yang terus mendekati wajahku hingga kami berada dalam jarak yang cukup dekat. Aku memejamkan mataku untuk tidak melihat raut wajah Angga saat ini.

"Aouhh!."
Sakit tentu saja aku merasakan itu, dia cowok paling menyebalkan yang pernah aku kenal. Bisa-bisanya dalam kondisi seperti itu dia malah menjitak jidatku dengan keras.

"Apa yang ada di pikiran lo hah? Lo pikir Tiger Black psikopat? Huh, Lo emang lugu ya, hahaha." Angga sangat puas mengejekku.

"Lo benar-benar ya, gue pikir Tiger Black emang kayak gitu. Dasar Lo nyebelin."

Pukul 15.02
Angga mengantarku pulang, di  tengah perjalanan kami banyak berbincang mengenai Tiger Black. Sebagai ketua Angga memang selalu tegas kepada anggota Tiger Black, namun kadang kala dia tidak bisa mengontrol emosinya seperti tadi, Ben dan Vino adalah penenang Angga, semua tentang Angga mereka tahu terutama masa lalu Angga yang mungkin belum bisa menerima kehadiranku saat ini.

Awan hitam mulai menyatu membentuk gumpalan hitam yang sedikit lagi akan menurunkan tetesan-tetesan air di bumi ini. Aku dan Angga masih nyaman menyusuri jalan menuju kediamanku dan teryata aku baru sadar kalau jarak antara rumah Angga dengan kediamananku cukup dekat hanya dipisahkan beberapa gang saja. Pantas saja dia tahu tempat aku tinggal. 

Eitss, tunggu dulu ini bukan jalan menujuh rumahku, dia akan membawaku kemana? Pikiranku mulai berkecamuk, aku mulai menoleh kanan-kini, tempat ini sangat asing bagiku. Jika ini menuju rumah Angga kenapa dia tidak bilang padaku. Jangkan tahu di mana rumahnya, jalurnya saja aku tidak tahu. Aku tahu kalau rumah kami berdekat itu informasi dari Vino, itupun kalau dia tidak membohongiku. 

"Angga kau ingin membawaku kemana, hah?"  Aku mulai panik.

Dibawa gerimis yang mulai jatuh membasahi bumi, Angga tidak mengatakan apapun meskipun aku sudah mememul-mukul helm yang dia kenakan sedari tadi. Air mataku jatuh bersama ketakutan yang mulai membuat tubuhku gemetar karena hujan yang semakin deras disertai rasa panik. Benar-benar membuatku takut.

"Angga ini bukan arah rumah gue! Lo jangan bercanda dong Nga." Aku semakin frustasi karena Angga sedari tadi tidak menjawab pertanyaanku, dia benar-benar mengabaikanku."

Angga semakin melajukan motornya hingga saat itu pula aku teriak histeris "Angggaaaaaaa!" 

Angga mengehentikan motornya dengan tiba-tiba "Lo brisik banget sih jadi cewek, kuping gue sakit tahu." Angga turun dari motonya, sementara aku masih tercengak tidak percaya dengan tindakan Angga "Lo nangis? Hahaha gue ngak bakalan curi lo kok santai saja."

Dia masih bisa tertawa lepas, dasar cowok nyebelin. Angga benar-benar membuatku panik.

"Mau turun ngak? Tuh baju loh basah." Dia membuka jaket yang sedari tadi dia kenakan "Pake ini baju lo transparan, gue ngak mau ada yang liat." Aku membulatkan mata "Marahnya nanti aja, sekarang buruan gih turun kakak gue ada di dalam, lo jangan pikir aneh-aneh ya gue mo apa-apain lo." 

Aku masih diam tidak menjawab perkataan Angga sama sekali. Aku mengusir semua pikiran jelekku terhadapnya, aku pikir dia akan membawaku ke tempat aneh dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadapku.

Benar saja semua pakaian yang aku kenakan basa. Aku baru sadar soal blus yang ku kenakan ternyata sangat tipis. Dalaman yang kukenakan tampak sangat jelas, aku merapatkan kembali jaket yang diberikan Angga kepadaku. 

"Ayok, buruan." Mendengar Angga berkata seperti itu aku bergegas cepat, aku pikir dia sudah pergi ternyata belum "Lo mikir apa sih? Aku udah liat kok."

Lagi-lagi dia membuatku tercengak "Dasar mesum." Aku berjalan dengan cepat meninggalkan Angga yang masih melongo karena aku mengatainya mesum.

~Bersambung~



Lanjut Ngak??

Sorry upnya lama Autornya lagi sibuk-sibuknya hehehhe

Titik Temu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang