Part 8 : Siapa Mereka?

9 2 0
                                    

Hallo 👋 gimana nih alurnya. Udah dapat feel dari ceritanya belum?
Hehehe sorry ya lama up.

Jangan lupa vote dan komennya.
.
.
Happy reading 😍

"Angga!" Aku mencegah Angga.
Aku mencegah Angga, dia sudah Samapi di koridor rumah sakit. Emosi meluap ketika melihat sahabatnya Vino sudah tidak ada.

"Alea! Please, lepasin gue." Ujarnya. "Gue harus tahu siapa yang ngelakuin hal itu sama vino."

"Dalam keadaan seperti ini? Lo tahu ngak emosi Lo ngak ke kontrol, gue cuman mau bilang, Lo harus berpikir jernih."

"Lo ngak tahu jadi gue gimana rasanya."

"Aku tahu Angga. Kehilangan seorang sahabat itu ngak muda." Ucapku "Lo mo kemana?" Tanyaku sembari mencegah Angga.

"Lo ngak usah ikut. Bagas gue titip Alea."

"Gue ikut Lo! Lo ngak usah protes, Lo dan bagas yang udah nyeret gue kedalam permasalahan kalian. Kali ini Lo harus setuju dengan tindakan gue."

"Bahaya Alea. Ntar Lo kenapa-napa gimana."

"Lo diam! Gara-gara Lo berdua gue ngak sadarkan diri, sekarang gue ikut Angga atau gue bilang sama keponakan Lo kalau gue ngak mau ketemu dia karena Lo."

"Lo ngancam?"

"Menurut Lo?"

"Lo turutin aja Angga. Gue titip sepupu gue. Jagain dia baik-baik. Lo ingat kalimat Lo kemarin kan?"

Angga mengangguk. Entah apa yang dimaksud oleh Bagas. Sebenarnya aku kurang paham dengan permasalahan kedua lelaki ini yang tiba-tiba baikan tanpa sepengetahuan ku.

"Kapan baikannya?" Tanyaku sedikit penasaran.

"Kemarin." Jawab Angga.

"Kok gue ngak tahu?"

"Lo belum sadar bego."

Plak. "Ngak usah ngatain gue bego juga kali."

"Buset. Keras juga pukulan Lo."

Angga mulai memacu motornya. Di tengah perjalan dia banyak bercerita tentang pesahabatannya dengan Bagas. Kata Angga, Bagas sering menceritakan aku ke dia. Dia tidak nyangka kalau cewek nyebelin yang dia temui adalah aku sepupu Bagas.

"Kok Bagas ceritain gue kek Lo, sih?"

"Karena dia sayang bangat sama Lo?"

Di tengah keseruan kami bercanda. Segerombolan, geng motor dengan pakaian hitam menggekori kami dari arah belakang. Sesekali mereka menendang-nendang motor milik Angga. Angga berusaha untuk menghindar. Karena posisi kami dikepung membuat pergerakan Angga sedikit kesulitan untuk menghindar alhasil kami terjatuh.

Brukk...

"Woi! Bangsat Lo." Angga berteriak. "Lo ngak apa-apa Al?"

Aku menggeleng menjawab pertanyaan Angga. Dia membantu berdiri, kakiku sedikit lebam akibat tertimpa motor saat jatuh.

"Siapa mereka Angga? Lo kenal mereka? Mereka yang buat kita kecelakaan sebelumnya?" Tanyaku bertubi-tubi.

Angga menggeleng. Sembari mendorong motornya menuju arah bengkel yang tidak jauh dari tempat kami jatuh. Sebenarnya tidak banyak kerusakan yang ada pada motor itu. Namun inisiatif Angga yang tidak ingin motornya lecet membuat kami harus berlama-lama di bengkel dan kehilangan jejak segerombolan geng motor yang tidak kami ketahui indetitas mereka.

"Lo ko santai bangat sih, kayak ngak ada Masalah gitu. Padahal Lo udah terseret dalam masalah gue, Gibran dan Bagas."

"Ini semua kan gara-gara Lo. Andai Lo ngak dekat-dekat gue, pasti Gibran ngak bakalan tahu kalau gue sepupu Bagas."

Titik Temu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang