Part 14 : Dia Siapa

2 0 0
                                    

Hallo readers.
Semoga kalian suka dengan alurnya.

Happy reading 😍

Sebelum baca jangan lupa vote dan setelah baca jangan lupa komennya yah hehehe.

"Huuu. Akhirnya gue sampe juga. Yah kali gue kalah sama tikus kecil itu." Membaringkan badan. "Kira-kira apa hubungan Alea dengan Tiger Black? Dia tampak dekat dengan Ben. Sebenarnya apa yang terjadi sebelum ingatanku hilang?"

Gadis itu membuatnya terus kepikiran akan dirinya, ia bagaikan bagian dari diri Angga, ia merasa gadis itu ada kaitannnya dengan masa lalunya. Angga mulai bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia berpikir kalau Ben pasti tahu sesuatu tentang gadis itu.

Tok...tok...tok

Ceklek.
Pintu kamar terbuka. Di sana gadis kecil yang mungil memasuki kamar Angga sembari mengendong boneka.

"Om Angga!" Panggil Sela dengan mata berbinar, ia datang dan memeluk Angga. "Om Angga kapan ajak Aunti cantik ke sini. Aunti cantik sudah lama ngak jenguk Sela."

Angga tampak binggung dengan ucapan Sela. Ia hanya diam memandang Sela dengan heran. "Sela sayang, om boleh tahu ngak aunti cantik itu baik bangat ya? Buktinya Sela kangen sama aunti cantik." Tanya Angga. Sebenarnya Angga tidak tahu aunti cantik yang dimaksud Sela. Namun, dia engan membuat keponakan sedih sehingga dia berusaha menghibur Sela. "Nanti kapan-kapan ya om ajak Aunti cantik main ke sini."

"Benar ya om." Ucap Sela dengan mata berbinar. "Om tahu ngak waktu om Angga di rumah sakit aunti cantik datang Lo. Tapi Aunti cantik sedih melihat om sa....."

Ceklek
Pintu kamar Angga terbuka kembali, membuat perbincangan Angga dan Sela usai. Ternyata Mbak Sinta. ia menghampiri keduanya.

"Sayang udah malam, Sela tidur ya." Beralih mengendong Sela. "Lo habis balapan? tidur gih besok sekolah."

"Iya mbak. Gue bukan anak kecil lagi kali. Ngak perlu di ingatin."

"Bagi mbak Lo masih bocah." Meninggalkan Angga.

"Mbak kebiasaan." Ucap Angga yang tidak di dengar oleh mbak sinta.

Tring...tring ...tring...

"Halo. Angga!"

"Iya gue ngak budek Ben. Ada apa jam begini telfon gue."

"Yaelah bro, santai aja kali. Gue nginap yah. Malas gue balik rumah."

"Widih. Tumben-tembenan Lo malas balik rumah. Berantem lagi Lo mah bokap? Bro sebagai sahabat nih gue cuman ingatin, Lo harus bersyukur masih ada nyokap, Bokap. Masih ada yang sayang sama Lo bro."

"Si anjing pake nasehatin gue segala. Gua otw sekarang."

"Hati-hati loh." Menutup sambungan telepon.

Angga dan Ben berbincang banyak hal. Mengenai Tiger Black hingga pada kisah mereka saat pertama kali bertemu. Ben tampak semangat dan bahagia saat melihat sahabatnya tertawa bersamanya. Di tengah perbincangan Angga kepikiran ucapan keponakannya Sela.

"Ben gue boleh tanya sesuatu?" Tanya Angga dengan ragu.

"Tumben Lo nanya pake izin segala lagi. Biasanya Lo main nyrocos aja." Tertawa.

"Gue kepikiran sama kalimat Sela. Dia menanyakan aunti cantik. Gue binggung Ben yang di maksud Sela itu siapa?" Angga menghela nafas. "Gue curiga ada kaitannya dengan Alea sepupu Bagas." Tukas Angga.

"Lo yakin. Lo ingat ngak kejadian sebelum penculikan? Lo masih ingat Gibran kan?"

"Gila loh. Masa gue lupa siapa Gibran. Dia ketua Germo, lebih tepatnya penghianat buat Tiger Black." Ucap Angga kesal. "Dia bukannya pindah ya? Tapi itu ngak pentinga buat gue. Sekarang yang perlu gue tahu kalau Alea itu ada kaitannya dengan masa lalu gue atau tidak. Lebih tepatnya sebelum penculikan itu terjadi."

"Gue bukannya ngak mo bantuin Lo mengingat apa yang Lo ngak ingat Nga. Gue takut Lo kenapa-napa kalau memaksa mengingat masa lalu Lo."

Hening. Tidak ada percakapan antara keduanya. Ruangan itu seketika legang. Angga nampak berusaha mengingat-ingat masa lalunya. Lebih tepatnya sebelum kejadian penculikan itu.

"Arrrgggg." Pekik Angga.

"Angga! Lo ngak apa-apa? Ngak usah memaksakan diri Nga." Ben panik. "Gue panggil mbak Sinta ya."

Ben di cegah oleh Angga. "Ngak usah Ben, gue ngak apa-apa kok." Dia memperbaiki posisi duduknya. "Gue minta lo ceritain apa hubungan gue dengan gadis itu. Maksud gue Alea. Gue pengen ingatan gue kembali Ben."

Ben tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu. Ia duduk sembari memperhatikan Angga lamat-lamat. "Lo yakin gue bakalan cerita semua tentang Alea. Seberapa dekat lo sama Alea."

Angga mengangguk mantap. Ben menghela nafas panjang. Ia mulai menceritakan semua kisah Angga dan Alea, diawali dengan pertemuannya dengan Alea. Lebih tepatnya saat Alea menjadi siswa baru di sekolah mereka hingga pada tragedi penculikan itu terjadi. Angga menyimak penjelasan Ben dengan baik. Ia berusaha mengingat semua kejadian itu. Namun, kepalanya sakit. Semakin ia mengingat sakit di kepalanya semakin terasa. Berulang ia mencoba hal yang sama kembali terjadi sakit di kepalannya semakin menjadi.

"Lo ngak usah memaksa. Gue bakalan bantu lo sebisa gue buat ingat semuanya."

"Makasih bro."

Pagi hari Angga sudah siap dengan seragamnya. Ia tampak sangat antusias, sementara Ben memilih untuk ikut bersamanya. Ben sebenarnya engan untuk ke sekolah. Ia tidak bersemangat. Angga memaksanya karena Ben sudah berjanji akan membantunya mengembalikan ingatannya.

Kedua insan muda itu menyempatkan diri berziarah di makam Vino. Sudah lama mereka tidak berkunjung. Meskipun Vino sudah tidak ada, mereka tetap menganggap Vino masih bagian dari Tiger Black. Tidak akan pernah di lupakan.

"Alea!"

Kaget. "Kalian ngapain ke sini?" Tanya ku, membuat ku salah tingkah dengan kehadiran kedua pria itu. Terutama Angga. Penampilannya mampu membuat mataku terkesima. "Kalian ngak sekolah?" Aku mulai basa basi.

"Lo sendiri? Ngapain di makan sahabat gue?" Angga tampak sedikit sinis dengan kehadiran Alea.

Ben yang paham situasi memberi ruang kepada keduanya untuk berbicara.

"Bro gue cabut ya. Ada urusan mendadak." Tanpa menunggu respon kedua sejoli itu. Ia bergegas menjauh.

"Kemarin Lo bilang bukan pacar Vino kan?" Tanya Angga selidik. Sebenarnya dia sudah tahu kalau Vino memiliki kekasih bernama Dina. Sesuai dengan apa yang di ceritakan Ben semalam. Namun, dia pura-pura agar Alea bisa menjelaskan sendiri.

"Gue balik. Ada urusan mendadak." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sendiri? Ngak barang aja?" Diam "Btw Lo belum jawab pertanyaan gue?" Angga mendesak.

"Gue bukannya udah jawab tempo hari. Gue ngak suka mengulang kalimat yang sama." Aku mempertegas kalimat ku.

"Okey. Gue ngak akan ulangi lagi. Tapi..."

"Lo bisa minggir? Gue mau balik!"

"Barang Ama gue ajah."

"Gue bisa sendiri. Terimah kasih."

Angga menarik paksa tangan ku. "Lo keras kepala bangat sih. Ini udah jam berapa. Atau Lo mau d hukum sama pak Somad?"

Aku tersenyum saat mendengar Angga mengomel. "Lo ngak pernah berubah Angga. Sama seperti dulu. Suka bertindak semau mu. Bertindak tiba-tiba. Andai ingatan Lo udah balik kayak dulu. Aku akan lebih senang dari hari ini." Kataku dalam hati.

~Bersambung~

Semoga hari kalian selalu ceria ya readers.
Salam hangat dari author

Titik Temu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang