Part 2

256 18 0
                                    

"Selamat pagi semua" sapa seorang pria yang memasuki kelas, membuat kelas yang tadinya gaduh seketika hening.

"Pagi pak" jawab seluruh murid dengan lantang, terkecuali satu siswi yang sedang tidur dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Ah lebih tepatnya hanya sekedar memejamkan mata.

"Perkenalkan nama saya Bintang Valerio Alderik, kalian bisa panggil saya dengan nama Bintang. Kalian sudah mengenal siapa saya bukan?"

Seluruh dunia pun tau siapa Bintang, ia adalah anak tunggal dari Galvano Dirgantara dan Alea Firesa. Ia pemilik SMA Andromeda dan juga CEO dari perusahaan Alderik Company.

"Sudah pak" jawab seisi kelas kompak.

"Good, saya disini akan menggantikan pak Guntur yang melanjutkan studinya di LA. Selama saya menjadi guru, kalian harus menaati peraturan yang ada."

"Telat 1 menit memasuki kelas saya, silahkan keluar. Tidak mengerjakan tugas yang saya berikan, akan saya suruh membuat tugas 3× lipat dan lari mengelilingi lapangan. Ada yang ingin ditanyakan?"

"Guru telat dilarang masuk dan mengajar, pintu akan dikunci dari dalam" ucap Bulan santai yang masih memejamkan matanya tanpa melihat dosen tersebut.

"What's your name girl?" Tanya Bintang dengan aura dinginnya.

"Bulan" jawabnya singkat.

Bulan menegakkan kepalanya, ia menatap ke depan. Betapa kagetnya ia saat melihat siapa guru tersebut.

"Eh buset, itu kan om-om yang di cafe. Njir dia yang gantiin Pagun? Mampus gue" ucap Bulan dalam hati sambil meringis.

Bintang yang melihat reaksi Bulan tersenyum smirk "hi babe" sapa nya.

Orang-orang didalam kelas langsung syok dan menatap Bulan dengan pandangan bertanya. Bulan yang ditatap seperti itu menundukkan kepalanya malu.

"Lo hutang penjelasan sama gue" bisik Senja pelan.

Bulan menepuk jidatnya pelan, sudah dipastikan sebentar lagi dirinya akan menjadi bahan gosip seantero sekolah.

Bulan bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Bintang keluar kelas.

Dan di sinilah mereka berada, di taman belakang yang nampak sepi.

"Maksud bapak tadi apa?" Tanya Bulan sambil berkacak pinggang dan menatap tajam Bintang.

"Seharusnya saya yang nanya, coba jelaskan apa maksud kamu waktu di cafe minggu lalu" desak Bintang.

"Eum anu i-itu..." Bulan memejamkan matanya, mencoba mencari alasan yang tepat.

"Apa hm?" Tanya Bintang dengan menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban dari Bulan.

"Aelah Patang, cuma buat konten doang kok" ucap Bulan cepat.

"Who is that Patang?"

"Bapak lah, siapa lagi? Yakali kakek saya" ucap Bulan sambil memutar bola matanya malas.

"Nama saya Bintang kalau kamu lupa."

"Ck, Patang itu pak Bintang. Udah sih anggep aja panggilan kesayangan plus limited edition dari saya."

"Kesayangan hm?" Goda Bintang.

"Ya gak seperti apa yang bapak pikirin ish. Udah deh ya pak, jangan ngeselin" ucap Bulan sedikit kesal.

"Haha gemas sekali" ucapnya dengan sedikit mengacak-acak rambut Bulan.

"Eum bapak gak marah sama saya?" Tanya Bulan dengan sedikit takut dan wajah yang menunduk.

"Asal kamu tau, perbuatan kamu itu bisa mencemarkan nama baik saya. Kamu harus bertanggung jawab, jika tidak kamu akan saya laporkan ke polisi" ucap Bintang dengan memasang mimik wajah serius.

"Jangan dong pak! Tolong maafin saya ya" mohon Bulan.

"Dengan satu syarat" tawar Bintang dengan senyum penuh arti.

"Apa syaratnya?"

"Nanti akan saya beri tahu jika butuh."

"Berarti bisa kapan aja dong?"

"Good girl, kalau gitu saya minta nomor hp kamu."

"Dih buat apaan, Patang mau modus ya?!" Tuduh Bulan.

"Ngapain saya modus sama kamu, kurang kerjaan."

╺ַ╌ི̈──╌ֵ─┅╼╼╼⃘۪۪⃖❆⃘̸۪۪⃗╾╾╾┅─ֵ╌──╌ַྀ̈╸

Bulan melangkah memasuki rumahnya dengan lemas, hal tersebut sontak menjadi tanda tanya bagi Langit {abang Bulan}.

"Kenapa? Lemes amat kayaknya."

"Gak papa, cuma capek aja" balasnya lalu duduk di sofa samping abangnya.

"Bunda mana bang?" Tanya Bulan sembari mencari keberadaan bundanya.

"Pergi ke rumah temennya" jawab Langit. Bulan hanya ber-oh ria saja.

"Bulan keatas mau istirahat, capek banget."

Sesampainya di kamar, Bulan membersihkan dirinya kemudian merebahkan tubuhnya di kasur.

Belum ada satu menit memejamkan mata, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Dengan ogah-ogahan Bulan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Bulan menatap layar ponselnya bingung, sebuah nomor tidak dikenal menelfon dirinya?

Tanpa ragu Bulan menolak panggilan tersebut, belum ada lima detik nomor tersebut menelfon dirinya lagi. Tetapi selalu Bulan tolak, hingga ia merasa jengah kemudian ia mengangkatnya.

"HEH KAMPRET, MAU LO APASIH?! GANGGU TAU GAK!" Ucap Bulan ngegas.

"Kenapa telfon saya baru diangkat?"

Bulan langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar suara tak asing dari sebrang sana, "eh buset ini teh Patang? Mampus gue, bisa kena semprot" ucapnya merutuki kebodohannya.

"M-maaf pak, saya kira tadi orang iseng" ringis nya.

"Patang kenapa nelfon saya? Kangen ya?" Tanya Bulan kelewat pede.

"Gak."

"Gak salah lagi kan, hayo ngaku."

"Kamu itu terlalu pede."

"Harus kalo itu mah, so kenapa Patang nelfon saya?"

"E-e itu... Saya hanya ingin mengecek apakah benar ini nomor kamu atau bukan, takutnya kamu berbohong dan malah ngasih saya nomor sedot WC."

"Udah kan? Kalo gitu Bulan tutup."

"Tunggu dulu!"

"Apa lagi?" Tanya Bulan.

"Jangan lupa save nomor saya."

"Hm."

Sambungan telefon pun terputus. Tanpa Bulan sadari, sedari tadi abangnya berdiri diambang pintu memperhatikan Bulan dari awal mengangkat telfon hingga berakhir.

"Abis telponan sama siapa?"

Bulan menoleh, ia sedikit terkejut dengan kehadiran abangnya yang secara tiba-tiba.

"Astaghfirullah bang, ngagetin aja ish" kesal Bulan.

"Maaf, abis serius banget sih. Emang dari siapa?"

"Bukan siapa-siapa" elaknya.

"Pacar ya?" Goda Langit.

"Gundulmu ijo" sinis Bulan.

"Udah deh sana keluar" usir Bulan.

"Ck ngusir."

"Bodo, wlee. ABANG PINTUNYA TUTUP LAGI!"

•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•─̇••─̇•─̇•─̇•─̇•─̇•

kamis, 11 agustus 2022

My Sweet TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang