Noona...
Panggilan itu sudah tak asing lagi di telingaku. Sanha berlari dari lapangan basket ke arahku dengan membawa bola di tangannya. Aku memberikannya sebotol air mineral untuk minum dan mengelap keringat di wajahnya.Sudah hampir satu tahun aku berpacaran dengannya, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa menerima cinta pria manja ini. Setiap kali bersamanya, aku seperti sedang mengurus seorang bayi.
Tapi sikapnya yang menggemaskan dan kekanak-kanakan justru membuatku semakin jatuh hati padanya. Karena, ia hanya melakukannya padaku saja, tidak yang lainnya.
Sebenarnya, kakakku Eun Woo tidak begitu menyukai Sanha sebagai kekasihku. Katanya, "ngapain pacaran sama bocil?" Hmm, entahlah, dia bocilku yang paling aku sayang.
"Mau makan apa, aku akan traktir hari ini," kataku.
"Tidak, biar aku saja. Aku punya uang lebih," Sanha merangkulku.
"Seharusnya memang kau yang membelikanku makanan setiap hari," kataku.
"Ani, noona, seharusnya kau yang memasak untukku setiap hari." Sanha mengecup keningku dan berlari meninggalkanku.
Aku masih duduk di tepi lapangan sambil menunggunya mengganti baju. Setelah dia selesai, kami berduapun berjalan bersama sambil bergandengan tangan menuju kantin.
"Ah, enak sekali makanannya, aku sudah lapar sejak tadi." Sanha menyuapiku juga.
"Apa rencanamu hari ini?" tanyaku.
"Tidak ada, aku ingin berkencan saja dengan Noona."
"Hmm, hari ini aku ada les di rumah, nilaiku anjlok semua, haha.." aku tertawa.
"Itu karena Noona malas belajar," balasnya.
"Benar, untuk apa belajar? Lagi pula aku tidak ingin bekerja, biar suamiku saja yang memberiku nafkah." Aku menatap Sanha.
Benar, di usiaku saat ini aku sudah siap untuk menikah. Aku tidak mau terus di katai perawan tua, hhh.. mulut orang-orang itu memang sangat menyebalkan. Tapi Sanha? Tidak mungkin kan aku minta di nikahi olehnya.
"Sanha-ya, apa kau pernah berciuman?" tanyaku secara tiba-tiba.
"Fhuhhh..." Sanha mengeluarkan kembali makanan dari mulutnya.
"Mian," aku segera memberikannya minum.
"Kenapa noona bertanya seperti itu, aku kan jadi malu," wajahnya merah merona.
"Pernah?" tanyaku.
"Ani, Noona kan pacar pertamaku. Hmm, apa semua orang yang berpacaran melakukan itu? Haruskah kita melakukannya juga?" tanya Sanha.
"Haha, entahlah, aku juga belum pernah." Jawabku.
Huhu, malang sekali nasibku. Sudah bertahun-tahun hidup menjomblo, dan sekarang harus berpacaran dengan anak polos juga. Bagaimana bisa aku mengenalkannya pada keluargaku? Mereka pasti akan menertawakan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND & BOYFRIEND (21+) - [END]
Roman d'amourAku mencintai dan di cintai oleh dua orang pria secara bersamaan. Moon Bin, dia adalah guru les private ku sendiri yang ternyata sudah di jodohkan denganku. Sementara Yoon Sanha, dia adalah mahasiswa juniorku yang tertarik padaku sejak semester pert...