7 : Hah, Ipar?

63 8 0
                                    

Aku pun tiba di rumah Sanha dan membawanya masuk ke dalam. Aku mendudukkannya di sofa dan mencari kotak obat untuk mengobati memar-memar di wajahnya. Gara-gara aku dia jadi seperti ini, sejak tadi dia terus mengeluh karena seluruh tubuhnya terasa sakit.

"Noona, kenapa kau membawaku pulang ke rumah?" ucapnya.

"Memangnya kau mau kemana lagi selain kesini? Sudah menurut saja," aku mengeluarkan obat dari dalam kotak.

Sanha memelukku erat sampai aku tak bisa bergerak.

"Kenapa noona menolongku? Kenapa noona membuatku semakin kesulitan mengubur perasaan ini. Kenapa kau tidak bersikap jahat saja padaku?" ucapnya.

"Huss.. gak boleh ngomong kayak gitu. San, kita gak pernah tau Tuhan mau bawa takdir cinta kita kemana. Tapi inilah kenyataannya, kamu harus melepaskan sesuatu yang kamu suka karena Tuhan tahu apa yang kamu butuh." Aku mengusap pundaknya.

"Dan noona butuh suami? Tapi aku tidak bisa mewujudkannya. Oleh sebab itu noona lebih memilih menikah dengan orang yang tidak noona cintai?" tanya Sanha.

"Awalnya aku pikir juga akan buruk, tapi Moon Bin itu kiriman Tuhan. Dia manusia biasa dan dia juga punya perasaan sepertimu. Aku mulai mencintainya, San." Aku melepaskan pelukannya.

"Jika bukan noona yang aku butuhkan, lantas siapa? Aku hanya mencintaimu." Sanha menggenggam kedua tanganku dan menatapku dengan matanya yang memerah.

"Akan selalu ada orang lain yang lebih baik dari pada aku, sudah diam!" Aku mengobati lukanya.

"Aaaa... Perih," erangnya.

"Ya, tapi.. Dari mana kau tahu aku sudah menikah?" tanyaku bingung.

"Junhe!" jawab Sanha.

"Junhe?" Aku menekan luka Sanha.

"Ah, noona, sakit!" teriak Sanha.

"Bener-bener mulut ember! Kalau udah kebiasaan ternyata di sogok pake apa aja juga gak mempan yah, hmm.."

Saat aku sedang mengobati Sanha kami mendengar suara pintu rumah terbuka. Masuklah seorang laki-laki bertubuh tidak begitu tinggi, matanya sipit, kulitnya putih. Dia terlihat tampan dengan lesung pipinya. Dia menatap kami berdua.

"Hyung?" kata Sanha.

Oh, sepertinya dia kakaknya Sanha. Aku sampai tidak bisa menebaknya, meskipun perawakannya dewasa namun dia terlihat lebih pendek dari adiknya.

 Aku sampai tidak bisa menebaknya, meskipun perawakannya dewasa namun dia terlihat lebih pendek dari adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa ada perempuan disini? Aku tidak salah lihat kan?" kata Jinjin.

"Ah, Hyung, katanya kau kecelakaan?" tanya Sanha.

"Nee, gue udah dua hari di rawat di rumah sakit dan Lo gak ada nengok gue sama sekali. Dasar adik durhaka!" kata Jinjin.

"Mian, aku banyak urusan." Sanha memalingkan wajah.

HUSBAND & BOYFRIEND (21+) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang