Ketukan di pintu membangunkan Fuji yg masi asik di dunia mimpi. Ingin rasanya Fuji mengabaikan suara ketukan yg semakin lama semakin mengganggu tidurnya. Dengan rasa kesal Fuji menendang selimutnya dan berjalan malas ke arah pintu.
"Fujiiiiii.. lama banget sumpah.. lu buka pintu" Vio menerobos masuk kamar Fuji, menabrak bahu Fuji yg masi 1/2 sadar.
Tubuh Fuji sedikit oleng ketika bahunya ditabrak tubuh Vio yg bongsor.
"Apaan sih kak, pagi-pagi ngerusuh" Fuji menggerutu sambil mengucek2 matanya, menguap lebar lalu kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Lu tau kan, bisnis papa lagi ga bagus sejak awal tahun ?" Vio duduk di atas kasur dengan wajah serius.
Fuji hanya mengangguk kecil sambil memeluk guling dengan kedua mata yg kembali menutup.
"Papa dapet tawaran bagus, Ji. Bisnis papa bakal dapet suntikan dana dari temen papa"
Lanjut Vio, tetap dg mimik serius.
"Good.." gumam Fuji.
"Setiap kerjasama pasti ada kesepakatan," lanjut Kak Vio.
sebelah mata Fuji membuka, mendengarkan ucapan kakaknya.
"Om Baskoro yg mau bantuin bisnis papa, Ji" Vio menarik nafas sesaat sebelum melanjutkan lagi.
"Tapi.. dia juga pengen lebih menguatkan hubungan relasi dengan papa. Dengan cara menjodohkan anaknya dengan anak papa." Lanjut kak Vio.
"Seperti yg kita tau kan, dia punya anak cowo semata wayang. Yg bini nya meninggal karena kecelakaan pesawat 2 tahun lalu, dan yg ada skandal itu.."
Kali ini Fuji sudah menyimak Vio sepenuhnya, pikirannya melayang ke anak Om Baskoro yg sedang dibahas Kak Vio. Thoriq, seingat Fuji itu namanya. Kakak kelas Fuji sekitar 4 tahun diatasnya. Karena mereka dulu sekolah di Yayasan yang sama sedari TK-SD-SMP-SMA, otomatis satu lingkungan sekolah. Thoriq lumayan hype anaknya, banyak cewe yg suka, termasuk teman-teman Fuji. Klo buat Fuji, Thoriq itu adalah kesalahan. Tidak ada yg tahu kejadian yg pernah terjadi diantara mereka berdua. Bahkan Thoriq, mungkin dia jg sudah lupa. Karena setelah kejadian itu, Thoriq dan dirinya seolah-olah tidak pernah saling mengenal. Dingin. Tidak pernah ada komunikasi sekalipun.
"Fuji, kamu dengerin kakak ga sih ?"
Fuji terkesiap, seketika dia merasa terhisap kembali dari pusaran memorinya.
"Eh iya, jadi gimana kak lanjutannya ?" Fuji pura-pura fokus dengan kakaknya.
"Ya jadi kamu mau dinikahin sama Thoriq, Ji.." Kak Vio merebahkan tubuhnya di samping Fuji.
"A..apaa kak ???!!" Gantian Fuji yg terduduk di atas kasur, dia yakin barusan kakaknya ada salah ngomong.
"Jujur ya Ji, aku juga sebenernya berat. Rasanya gak adil buat kamu. Tapi, setelah aku dan papa pikir ulang, karena ini sama Thoriq, sudah kenal sama keluarga kita sedari dulu, masa depan cerah berpendidikan, dan kamu juga nyatanya tidak pernah punya pacar, which is itu sedikit mengkhawatirkan, ya aku dan papa merestui. Terlepas dari perjanjian antara papa sama Om Baskoro terkait bisnis papa ya, Ji." Jelas Kak Vio sambil memandang langit-langit kamar Fuji.
"Kak, seriusan sih kak ?!" Entahlah kenapa tiba-tiba Fuji rasanya mau histeris.
"Thoriq itu kan udah punya istri, kak." Cerocos Fuji lagi.
"Ji, kamu ini ga nyimak omongan kakak tadi ya ? Istrinya yang selebgram itu kan meninggal 2tahun lalu. Kecelakaan pesawat." Kak Vio memandang ke arah Fuji.
"Dan kamu tau ga, saat rilis nama-nama penumpang pesawat, ketauan dong kalau ternyata istrinya satu pesawat dengan cowo band yang disinyalir selingkuhannya. Sebelahan kursi lagi. Jelek bener nasib si Thoriq." Lanjut Kak Vio.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK ASMARA
FanfictionWARNING !! Mengandung konten dewasa, please be wise dalam membacanya. Sesuaikan dengan usia kalian ya. Ini kisah fiktif. Kisah Fuji dan Thariq, teman masa kecil yang dijodohkan oleh keluarga.