Angga menyesap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya kemudian. Kedua matanya memandangi ruang kaca di hadapannya. Air sudah masuk 3/4 ke dalam ruang kaca tersebut. Fuji berenang kesana kemari, menjerit-jerit minta tolong sambil menggedor-gedor dinding kaca di sekelilingnya. Namun nihil, ruangan itu kedap suara. Angga melihat Fuji yang panik bagai menonton tv dengan mode mute. Dia sendiri bahkan tidak bisa mendengar jeritan dan gedoran Fuji. Angga tersenyum sinis. Bodoh ! Harusnya Fuji menyimpan tenaganya. Ujar Angga dalam hati. Perlahan tubuh Fuji sudah mulai tenggelam, ia terus berenang ke atas untuk dapat menghirup oksigen, tangannya mencoba menggapai-gapai permukaan air. Angga tanpa berkedip memandangi tubuh Fuji yang bergerak-gerak di dalam air. Wanita itu mengenakan celana pendek hitam dan kemeja putih tipis pas badan, sesekali kemeja itu naik keatas mengikuti gerak tubuh Fuji. Ia dapat dengan jelas kulit tubuh dan lekukan tubuh Fuji. Kaki-kaki Fuji terlihat lebih jenjang di dalam air.
Mungkin, Angga menjadi bergairah melihat Fuji saat itu. Sesaat Angga terbuai dengan apa yang ia lihat di depannya. Namun kemudian ia tersadar, diredamnya nafsunya dalam-dalam. Tidak, ia tidak ingin mencicipi tubuh itu. Setidaknya sebelum Fuji benar-benar menjadi miliknya secara sah. Dirinya jahat, tapi dia bukan bajingan.
"Buang airnya." Angga berbicara pada walkie talkie di tangannya.
"Siap bos, 86." Balas suara disebrang sana.
Angga kemudian bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan gelap tepat dihadapan ruangan kaca tempat Fuji ditenggelamkan. Seketika air di dalam ruang kaca itu surut. Fuji yang tadi sudah mulai megap-megap kekurangan oksigen, melemas tubuhnya. Dalam beberapa menit tubuh Fuji sudah tergeletak di lantai ruangan kaca. Air sudah menghilang dari ruangan tersebut. Tubuh Fuji meringkuk di lantai bagaikan ikan dalam kolam yang baru saja dikuras habis, bedanya ini tidak menggelepar. Sekujur tubuhnya basah kuyup, nafasnya masih tersengal-sengal, tenggorokannya sakit akibat tadi sempat beberapa kali ia tersedak air. Kepalanya pusing tidak keruan, ia tidak mampu mengangkat tubuhnya. Sayup-sayup Fuji mendengar langkah kaki mendekat, pintu ruangan kaca yang terbuka, dan bisik-bisik suara disekitarnya, lalu ia pun kehilangan kesadarannya.
"Masih hidup." Irham menyentuh nadi Fuji, mengeceknya.
"Bagus. Segera ganti bajunya, lalu keringkan ruangan." Angga berdiri di belakang Irham sambil memeriksa ruangan kaca di hadapannya.
"Mau sampai kapan begini?" Irham berbalik menatap Angga.
Angga balas menatap Irham dengan sorot mata tidak suka.
"Lakukan saja apa yang saya perintahkan. Tidak perlu banyak tanya." Jawab Angga dingin.
"Dia bisa mati." Ujar Irham kemudian.
"Dan apa perduli mu.." kilah Angga cepat.
"Sayang kalau mati, lumayan cantik." Sambar Agus tiba-tiba, yang membuat Angga dan Irham menoleh bersamaan ke arahnya.
"Bangsat ! Jangan coba-coba kalian bertindak kurang ajar kalau masih ingin hidup !" Gertak Angga menaikkan volume suaranya.
Irham dan Agus terdiam. Melihat mimik Angga saat itu mereka paham, bos nya tidak sedang main-main.
"Ayo cepat ! Nanti dia keburu siuman." Lalu muncul Lisa dari luar, menyuruh Irham menggendong Fuji keluar.
"Ingat ! Jangan sentuh dia sedikit pun. Dan jangan ikut campur !" Angga menahan langkah Irham sesaat, menatap tajam ke arahnya. Irham menunduk dan mengangguk. Lalu ia berlalu sambil menggendong tubuh Fuji yang masih belum sadarkan diri.
"Kita perlu bicara kak, nanti." Bisik Lisa kepada Angga sebelum ia pergi mengikuti Irham.
Angga mematung sesaat. Lalu kemudian ia pun melangkah pergi, meninggalkan Agus yang sibuk mengeringkan ruangan kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK ASMARA
FanfictionWARNING !! Mengandung konten dewasa, please be wise dalam membacanya. Sesuaikan dengan usia kalian ya. Ini kisah fiktif. Kisah Fuji dan Thariq, teman masa kecil yang dijodohkan oleh keluarga.