Ragu-ragu Fuji berjalan memasuki sebuah restoran Jepang di kawasan kulineran. Hari itu ia menggunakan dress crinkle airflow selutut berwarna soft pink dengan aksen putih. Rambut pendeknya ia rapikan dan dihias oleh bando simpel. Penampilannya dipermanis dengan shoulderbag printed berwarna senada dengan bajunya, dan valentino heels dengan warna merah. Sampai di dalam restoran, Fuji berjalan ke arah meja resepsionis.
"Sudah reservasi atau belum kak?" Tanya resepsionisnya sopan.
"Atas nama Violentia" jawab Fuji.
"Oh, ada kak, di private tatami room" jawab resepsionis itu.
Kemudian seorang pelayan mengarahkan Fuji ke tempatnya.
"Silahkan masuk kak." Pelayan itu membuka kan pintu geser dari ruang private.
Fuji masuk setelah melepas heelsnya. Duduk di atas tatami sambil mengedarkan pandangannya. Hmmm.. kak Vio belum datang. Baru Fuji seorang yang hadir diruangan itu. Lalu sambil menunggu, Fuji mengeluarkan handphone nya, hendak menghubungi kakaknya.Tiba-tiba pintu bergeser terbuka, Fuji menengok, lalu masuk seorang laki-laki ke dalam ruangan tersebut. Kedua mata mereka bertemu. Fuji terkesiap, laki-laki itu Thoriq. Pria yang akan menikah dengannya. Ini adalah pertemuan kali pertama mereka setelah bertahun-tahun lalu. Debar jantung Fuji tidak keruan. Buru-buru Fuji membalikkan badannya. Berusaha menutupi demam panggung yang menjalari dirinya.
"Hai.." sapa Thoriq sambil tersenyum canggung.
Fuji hanya tersenyum sekilas. Dia seperti starstruck. Lidah kelu. Dia bingung harus berkata apa. Thoriq duduk di hadapannya. Mereka berdua diam-diam saling mencuri pandang tapi tidak berani memandang langsung. Harus Fuji akui, Thoriq semakin tampan, makin keren dan terlihat sangat dewasa. Thoriq hari ini menggunakan celana panjang hitam dan kemeja putih polos pas badan yang dia gulung tangannya sampai siku. Wajahnya bersih dihiasi oleh jambang dan kumis tipis. Dan ya Tuhan.. dada serta bahu bidang milik Thoriq sangat mengundang. Fuji merasa jantungnya melemah, debarannya ga kira-kira. Dia khawatir thoriq bisa mendengar degub jantungnya yang sedang berdisko.Thoriq sendiri sedang menilai Fuji di hadapannya. Dia tidak menyangka kalau Fuji bakal jadi tambah secantik ini. Kampret ! Dia mendapat informasi kalau Fuji belum pernah pacaran sama sekali sejak terakhir mereka bertemu, dia pikir mungkin karena Fuji masi cupu sama seperti jaman SMA dulu. Terkaan dia salah. Fuji tumbuh menjadi bunga yang sempurna. Cantik menarik, modis dan menggoda. Dan matanya dengan sangat kurang ajar sudah berkali-kali mencuri pandang ke arah kaki betis dan paha Fuji yang terlihat ketika mereka duduk di atas tatami. Sial ! Mulus lagi, gerutu Thoriq. Ini yang membuatnya makin tidak konsentrasi.
"Yang lain mana?" Tanya Fuji tiba-tiba.Thoriq mengedikkan bahunya. Dia hanya diundang. Host nya kan keluarga Fuji.Fuji berdecak pelan, kak Vio dan papa tidak dapat dihubungi. Fuji sibuk memencet-mencet handphonenya, ketika pintu bergeser, lalu masuk beberapa pelayan menghidangkan makanan mereka.
"Sepertinya hanya kita berdua" ujar Thoriq setelah semua pelayan pergi.
Fuji mengangguk. Kesal. Ia seperti dijebak oleh kak Vio, yang bilang kepadanya kalau hari ini mereka mau makan rame-rame sekeluarga di tempat itu.
"Kakak diundang kak Vio ?" Tanya Fuji.
Thoriq mengangguk.
"Katanya aku disuru dateng sendiri" jawab Thoriq.
"Makan yuk.." ajak Thoriq.
Lalu keduanya pun mulai makan dalam diam tanpa percakapan sama sekali. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kamu sudah tau kita dijodohin?" Akhirnya Thoriq memulai percakapan.
Fuji mengangguk.
"Jadi.. gimana ?" Tanya Thoriq ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK ASMARA
Fiksi PenggemarWARNING !! Mengandung konten dewasa, please be wise dalam membacanya. Sesuaikan dengan usia kalian ya. Ini kisah fiktif. Kisah Fuji dan Thariq, teman masa kecil yang dijodohkan oleh keluarga.