Pintu coffee shop terbuka, lalu masuk seorang wanita berambut sebahu yang diikat seadanya, mengenakan celana jeans belel yang dipadukan dengan kaos putih polos dan berkacamata minus. Dia melangkah ke sebuah kursi yang letaknya agak pojok disamping jendela kaca. Seorang pelayan mendekat, lalu mencatat pesanannya. Sepeninggal pelayan tersebut, wanita itu bersandar dikursinya dan memandang keluar coffee shop melalui jendela kaca di sampingnya, ia bermandikan pantulan cahaya matahari dari kaca jendela. Dari arah pojokan lain coffee shop, dari tempat yang agak tersembunyi, tampak Angga sedang memandangi gadis itu dengan khidmat. Ini adalah rutinitas bulanannya selama 12 bulan terakhir. Selalu menantikan kehadiran wanita itu di hari dan waktu yang sama, yaitu setiap hari sabtu di minggu kedua tiap bulan untuk mendatangi coffee shop tersebut. Memandanginya lama, sebelum kemudian datang mendekati dan menyapanya. Setelah puas, Angga bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati wanita itu.
"Hai.." sapa Angga pelan.
Wanita itu sedang memejamkan kedua matanya, lambat-lambat ia membuka matanya dan melihat ke arah Angga.
"Hai.." balasnya.
"May I ?" Tanya Angga menunjuk bangku di hadapan wanita itu.
Ia mengangguk pelan. Angga pun menarik bangku di depannya dan duduk di hadapan wanita itu.
"Udah dari jam berapa kamu disini ?" Tanya wanita itu memandang lurus ke arah Angga.
"Sejam kayaknya." jawab Angga mengira-ngira sambil melirik ke arah smartwatch nya.
"How's your day, Ji ?" Tanya Angga kemudian.
Yes, wanita itu adalah Fuji.
"Lumayan." jawab Fuji singkat.
"Tumben telat hari ini ? Biasanya jam 09.30 kamu udah dateng. Ini 10.10 baru sampe." Angga mengalihkan pembicaraan.
"Tadi di jalan ban mobilku kempes, jadi nyari bengkel dulu. Sekalian ganti jadinya, udah pada gundul juga rupanya." Jawab Fuji.
Lalu seorang pelayan datang mengantarkan pesanan Fuji.
"Saya pesan satu hot americano ya." Pesan Angga kepada pelayan tersebut sebelum pergi.
"Mau aku liatin nggak mobilnya ?" Tawar Angga kemudian.
"Ga usah, udah beres kok." Jawab Fuji sambil menyesap minumannya.
"Perusahaan akhir bulan ini rapat pemegang saham, Ji. Udah waktunya kita mengangkat direktur baru." Ujar Angga pelan.
Fuji hanya diam.
"Kamu dateng ga rapat nanti ?" Tanya Angga kemudian.
Fuji menggeleng cepat.
"Ada papa Baskoro yang mewakili" jawabnya.
"Yah mungkin itu yang terbaik. Papa Baskoro juga ga bisa terus-terusan meng-handle beberapa perusahaan secara bersamaan. Mana dia juga kan sekarang sering sakit." Gumam Fuji.
"Papa ku sama kak Vio saja sudah kewalahan." Lanjut Fuji.
"Kalau begitu kapan kamu pulang buat bantuin mereka semua ?" Angga menatap lekat Fuji.
"Kita semua butuh kamu." Lanjut Angga lembut.
Fuji menatap sekilas mata Angga, lalu ia mengalihkan pandangannya kembali. Menatap jalan yang penuh lalu lalang orang dan kendaraan.
"Entahlah.." jawab Fuji lemah.
"Brand pakaian kamu juga kan lagi booming di pasaran. Mau sampai kapan kamu nyerahin semua nya ke Giska ?" Ujar Angga kemudian.
"Its time to move on, Ji. Apa belum cukup waktu setahun buat kamu untuk berduka ?" Tanya Angga lagi.
"Nggak cuma Om Baskoro, Papa kamu, kakak kamu, perusahaan, yang butuh kehadiran kamu. Aku juga butuh kamu.." Angga menyentuh lembut tangan Fuji.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK ASMARA
FanfictionWARNING !! Mengandung konten dewasa, please be wise dalam membacanya. Sesuaikan dengan usia kalian ya. Ini kisah fiktif. Kisah Fuji dan Thariq, teman masa kecil yang dijodohkan oleh keluarga.