30 Hari Sebelum Pernikahan..
Fuji baru sampai rumahnya sepulang kantor. Ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, meraih tas kerjanya dan mengeluarkan amplop putih yang tadi diberikan supervisornya dikantor. Fuji membaca sekilas surat itu, ia menghela nafas. Mulai bulan depan Fuji dimutasi ke kantor pusat. Kebetulan sekali. Bulan depan dia akan menikah dengan Thoriq, dan dia akan tinggal di apatemen Thoriq, dan kebetulan, kantor pusat Fuji searah dengan apartemennya, malah satu building dengan kantor Thoriq, calon suaminya. Tuhan !! Bahkan semesta alam pun seolah merestui mereka, sehingga banyak sekali kebetulan kebetulan yang menyatukan mereka.Sedari minggu lalu Fuji dibantu kak Vio dan Sarah sahabat kak Vio sedari kecil, sudah bolak balik menaruh barang-barangnya di apartemen Thoriq. Fuji sengaja kesana saat jadwal Thoriq sedang tidak ada. Entahlah, dia masi canggung buat bertemu muka lagi dengan Thoriq. Ia masi berupaya menghindarinya selama masi bisa menghindar. Bahkan Fuji memberi syarat supaya pernikahan mereka dibuat sesederhana mungkin dan tidak memberitahukan kantornya perihal pernikahan ini. Soalnya di salah satu poin dalam kontrak kerjanya, selama setahun ke depan dia tidak boleh hamil. Dan sejujurnya, jauh di dalam lubuk hatinya, Fuji masi berat buat menjalani biduk rumah tangga dengan Thoriq. Fuji lalu teringat beberapa hari lalu saat Thoriq main ke rumahnya, dan mereka bertemu di kamarnya ketika Fuji sedang beberes barang-barangnya. Thoriq lagi-lagi menyudutkan dirinya di tembok.
"Makasi ya" bisik Thoriq lembut di telinga Fuji.
"Bu.. buat apa?" Fuji sungguh tidak nyaman dengan posisi mereka berdua.
Di sisi lain ia takut saat posisi mereka begitu tiba-tiba kak Vio atau papa masuk ke kamarnya. Dan yang lainnya dia takut Thoriq melakukan hal yang sama seperti beberapa tahun lalu. Fuji belum siap.
"Mau menerima lamaranku pada akhirnya" jawab Thoriq sambil memandang lembut Fuji.
"Aku ga siap begini.." Fuji mendorong dada Thoriq untuk menjauh. Thoriq menangkap tangan Fuji yang menempel di dadanya.
"Aku selalu menunggu kamu buat membalas semua perasaanku." Thoriq tersenyum ke arah Fuji, sebelum kemudian dia melepaskan Fuji.
"Sebaiknya kakak keluar dari kamarku. Kita belum resmi kak. Aku ga nyaman" Fuji membuang wajahnya, dia belum sanggup menatap mata Thoriq.
"Oke.. sampai jumpa beberapa minggu lagi calon istriku.." bisik Thoriq sebelum pergi dari kamar Fuji.Fuji terduduk di kasurnya, ya Tuhan.. bagaimana nasibnya setelah menikah nanti..
The Wedding Day..
Fuji merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya serasa remuk, lelah setelah seharian full sedari jam 3 subuh bangun, make up, persiapan ijab kabul, acara pernikahan lalu dilanjut dengan private lunch. Jam dinding menunjukkan pukul 21.05 waktu dia tiba di apartemen, lalu dibantu Kak Vio dan Sarah ganti baju, bebersih kemudian mandi. Sekarang sudah jam 22.40, barusan Kak Vio dan Sarah pamitan pulang, besok sepertinya mereka mau datang lagi. Fuji meneliti daster selutut yang dipakainya, bahan katun warna merah muda dengan motif semangka. Ia ingat celetukan Sarah waktu dirinya baru keluar kamar mandi.
"Malam pertama pake daster motif buah-buahan ?" Yang disambut dengan sikutan Kak Vio diperut Sarah. Sarah meringis sambil nyengir keceplosan.
"Kita balik ya Ji, udah malem." Kak Vio langsung mencium pipi Fuji dan bersiap untuk pulang.
"Ga minep aja kak ? Temenin aku." Fuji menahan tangan kakaknya.
"Please Ji.. kamu bukan anak-anak lagi" Kak Vio membelai lembut rambut Fuji.
"Aku takut.." decit Fuji lagi.
"Jiiii.. Thoriq ga bakal ngegebukin kamu lah.." Sarah terkikik pelan yang kemudian dipelototi oleh Kak Vio. Sarah buru-buru diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK ASMARA
FanfictionWARNING !! Mengandung konten dewasa, please be wise dalam membacanya. Sesuaikan dengan usia kalian ya. Ini kisah fiktif. Kisah Fuji dan Thariq, teman masa kecil yang dijodohkan oleh keluarga.