Fuji membuka perlahan pintu apartemennya. Gelap. Artinya Thoriq belum pulang. Fuji menarik nafas lega, lalu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen dan mengunci pintu. Setelah melepas sepatu, Fuji menaruh tas kerja nya di atas lemari, mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah melepaskan seragam kantornya, Fuji menaruhnya ke dalam keranjang pakaian kotor, ia lalu masuk ke dalam shower room, mengeset air hangat dan mulai membasuh seluruh tubuhnya. Kaca di dalam shower room mulai mengembun, Fuji memejamkan kedua matanya, menikmati setiap semburan air hangat di atas kulit tubuhnya. Seketika ia merasa rileks, tumpukan penat diotaknya terlupakan sesaat. Ia membasuh sekujur tubuhnya dengan lembut. Fuji membuka matanya lalu berbalik hendak mengambil sabun, dan..
"AAaaa..hmmppp !!" Fuji menjerit kaget, namun kemudian suaranya tertahan oleh tangan yang membekap kuat mulutnya.Fuji melotot, perasaannya antara takut dan terkejut.
Rasanya jantungnya melompat keluar dari dadanya. Di hadapannya ada Thoriq, berdiri dibawah shower mandi bersamanya, masi berpakaian lengkap dan membekap mulutnya.
"DIAM !" Bentak Thoriq.Seketika bulu kuduk Fuji meremang.
Baru ini ia dibentak oleh Thoriq. Kilatan mata laki-laki itu tersirat emosi. Fuji serta merta diam mematung.
"Bagaimana kencan dengan mantanmu ?! Sepertinya kamu tampak bahagia." Thoriq menatap Fuji dengan tatapan marah.
Fuji menggeleng cepat.
"I..itu bukan kencan kak, beneran cuma makan siang aja. Aku pun terpaksa.." jawab Fuji cepat sambil memegang tangan Thoriq, melepaskan bekapan tangan laki-laki itu dari mulutnya.
"Kenapa kamu ga bilang sama aku kalo mau pergi makan siang sama Angga ?!" Cecar Thoriq, mendorong tubuh telanjang Fuji mepet ke tembok kamar mandi.
"A..aku lupa kak" Fuji tahu dia salah.
"Bohong !!" Lagi-lagi Thoriq membentak, Fuji semakin ciut.
"Pantas saja kamu menolak makan siang bersama ku !" Thoriq melotot, amarahnya benar-benar menguasainya.
"Ini.." Thoriq mengeluarkan handphone milik Fuji dari saku celananya.
"Kalau kamu tidak bisa menggunakannya untuk menghubungiku dan malah untuk berhubungan dengan laki-laki lain, you better not have it !" Thoriq melemparkan handphone Fuji membentur dinding kaca shower room.
Benturan keras membuat handphonenya hancur dibeberapa tempat dan basah oleh siraman air shower. Fuji memejamkan kedua matanya.
"Kamu sadar ga ? Kamu itu seorang istri sekarang ! Terserah kamu mau menganggap pernikahan kita ini apa, tapi kamu harus ingat satu hal, kamu punya suami ! Semua kegiatan kamu, sekecil apapun itu harus atas sepengetahuan suami ! Minta ijin sama aku dulu !!" Thoriq melotot dihadapan Fuji, memegang kedua pipi Fuji dengan satu tangannya, sehingga wajah Fuji tepat dihadapannya.
"Ma..maaf kak, aku bisa jelasin semuanya.." lirih Fuji, ada setitik air mata disudut matanya, berbaur dengan tetesan-tetesan air mandinya.
"Aku benci dibohongi ! Aku benci dikhianati !" Thoriq berkata tepat di depan wajah Fuji.
Fuji bisa merasakan hembusan nafas amarah Thoriq menyapu kulit wajahnya. Fuji memejamkan kedua matanya.
"Walau kamu tidak mencintaiku, tapi tolong jaga harga diriku sebagai suami. Minimal kamu lakukan ini untuk keluarga kita, untuk orang tua kita." Thoriq melepaskan kedua pipi Fuji, meninggalkan bekas memerah disana, dia tidak menyadari telah menekan wajah istrinya dengan kuat.
"Sial !!" umpat Thoriq kasar.Seluruh tubuh Thoriq basah kuyup, air hangat shower masih terus mengguyur tubuh Thoriq dan Fuji.
Ia menunduk, lalu mengurung tubuh Fuji dengan menaruh kedua tangannya di samping kanan kiri tubuh Fuji yang sudah mepet tembok. Fuji masi terdiam di hadapan Thoriq, menunduk, dengan kedua tangan menyilang di depan payudaranya. Perasaannya tidak keruan saat itu, antara ketakutan, rasa bersalah, dan malu. Bisakah Thoriq membiarkan dia menyelesaikan mandinya sesaat, lalu boleh kembali melanjutkan marah-marahnya ? Pikir Fuji. Sungguh ia merasa tidak nyaman dengan ketelanjangannya saat ini. Thoriq tiba-tiba mengangkat wajahnya yang basah, air mengucur dari kepalanya turun melalui dagunya. Matanya menatap tajam ke arah Fuji yang tidak mampu membalas. Ia hanya menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK ASMARA
FanfictionWARNING !! Mengandung konten dewasa, please be wise dalam membacanya. Sesuaikan dengan usia kalian ya. Ini kisah fiktif. Kisah Fuji dan Thariq, teman masa kecil yang dijodohkan oleh keluarga.