Part 4

25.5K 2.4K 12
                                    

#sebelum baca follow dulu oke?makasih^_^.

Setelah rapat yang membuat Ivander pusing selesai.pria itu langsung berjalan menuju ruangan nya karena sudah hampir satu jam,Ivander membiarkan Xander sendirian.

Tiba didepan pintu,dengan sangat pelan Ivander membuka pintu dan pandangan pertama yang dia lihat Xander sedang tertawa dengan lepas bersama dengan seorang pemuda yang datang ke kantor nya kemarin,yang berpakaian sangat kotor tapi sekarang pemuda itu terlihat sangat bersih dengan baju yang bisa dibilang sangat cocok ditubuh kecil nya.

"Eh ya!kok bisa sama!"terlihat pemuda itu terkejut membuat Ivander tensenyum.

"Tita tama tata!jangan-jangan tita tembal lagi!"Ucap Xander yang sedang tertawa kencang bersama dengan pemuda itu.membuat sudut hati Ivander terasa sedikit nyeri karena anak nya tidak pernah tertawa selepas itu saat bersama dengan diri nya.

"Xander." Panggil Ivander saat masuk kedalam ruangan nya yang membuat Nial terdiam begitu pun dengan Xander yang sekarang tengah menatap Ivander dengan tatapan bertanya.

"Tadi apa yang daddy bilang hm?.Xander tidak boleh keluar dan mengajak orang masuk kedalam ruangan daddy." Tanya Ivander

berdiri di hadapan anak nya yang sekarang sedang menunduk.

"Tadi Andel tetepian daddy.telus ada cuala tetutan di pintu,pac Andel butain pintu nya ada tata Nial,dia bait tok cama Andel,tita juga tembal!" Jawab Xander setelah beberapa saat terdiam.tidak lupa menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dengan Nial.

"Kamu,saya tidak mengijin kan kamu masuk tapi kenapa sekarang kamu berada disini?" Tanya Ivander yang sekarang menatap kearah Nial dengan tatapan tajam nya,yang membuat tubuh Nial sedikit meremang.

"Gimana Tuan mau suruh saya masuk orang Tuan aja gak ada disini,ada nya anak Tuan yaudah karena dia yang nyuruh saya masuk,jadi saya masuk deh sambil nemenin dia."Ucap Nial dengan polos tidak lupa dengan senyum biasa nya selalu dia tunjukan.

"Baiklah,sekarang kau keluar dari ruangan saya." Ucap Ivander setelah menghembuskan napas berat nya,sungguh ber urusan dengan pemuda didepan nya ini cukup membuat Ivander pusing.

"Tapi Tuan,saya belum bekerja bagaimana bisa pergi?" Jawab Nial dengan polos.

"Saya tidak ada pekerjaan untuk dirimu,semua pekerjaan tidak cocok untuk diri mu yang kecil serta pendek." Ucap Ivander dengan nada mengejek seperti biasa,membuat kedua mata bulat Nial melotot.

"Saya sudah besar tau sudah dua puluh dua tahun,sama saya juga tinggi siapa bilang saya pendek!" Jawab Nial dengan kedua mata yang terlihat melolot serta pipi menggembung.

"Saya yang bilang." Balas Ivander dengan santai membuat Nial mendengus.

"Tata-tata ayo ain cama Andel!" Ucap Xander saat melihat Nial mulai berjalan keluar dengan pipi memerah menahan marah,sambil meraih tangan Nial.

"Daddy kamu jahat tau!" Ucap Nial yang sekarang menatap Xander yang sedang memelùk kedua kaki nya.

"Daddy emang jahat!,dia celalu tinggalin Andel sama Bibi dilumah,telus Daddy nya pulang malem pac Andel tidur.tetalang caat Andel penen ain sama tata,tata nya malah di ucil!" Ucap Xander dengan menatap daddy nya dengan kedua mata yang siap mengeluarkan air mata,membuat Nial menyesal telah mengatakan hal tersebut.sungguh Nial tadi kesal jadi tidak bisa mengendalikan ucapan nya.

"Huh,baiklah kalian boleh bermain tapi ingat jangan ribut.saya mau ber konsentrasi sama pekerjaan saya." Ucap Ivander dengan menatap Nial dengan tajam,sedangkan yang di tatap hanya mengerjab beberapa kali.

"Kita mau main apa?" Tanya Nial membawa Xander dalam gendongan nya,sambil berjalan menghampiri sofa yang ada di dalam ruangan,duduk disana dengan Xander berada di pangkuan nya.

"Andel mau celita-celita." Ucap Xander sambil menyandarkan kepala nya di dada Nial.

"Cerita apa?" Tanya Nial dengan penasaran tidak lupa tangan nya mengelus punggung Xander dengan lembut,dan itu semua tidak luput dari perhatian Ivander.

"Andel tepenen banet,tetemu tama mommy.tapi daddy celalu bilang talo mommy ndak bica di danggu,mommy cudah tenang dicana.Andel masih helan kok mommy bica tenang tanpa ada Andel cama daddy di camping dia." Ucap Xander mulai menceritakan bahwa dia sangat ingin bertemu dengan ibu nya,tapi ayah nya selalu mengatakan bahwa ibu nya tidak bisa di ganggu dan sudah tenang disana.otak kecil nya selalu berpikir dengan keras bagaimana ibu nya bisa bahagia tanpa dia serta ayah nya .Xander tumbuh menjadi anak yang dewasa di usia nya yang baru tiga tahun.

Ivander meneteskan air mata nya saat mendengar keluhan anak nya,tapi kenapa Xander tidak pernah mengatakan apapun kepada nya? kenapa harus mengatakan nya sama orang yang bahkan baru pertama kali dia temui,apa sesibuk itu diri nya sehingga anak nya pun tertutup pada diri nya?

"Ander tau,mungkin daddy Ander belum ingin mengatakan alasan yang sebenarnya karena Ander masih kecil,harus besar dulu baru nanti dikasih tau. untuk sekarang Ander semangat aja buat belajar nanti kalo sudah besar Ander pasti mengerti apa yang dikata nya sama Daddy nya Ander." Ucap Nial dengan memeluk penuh sayang balita itu,Nial paham apa yang dikata kan Ivander pada Xander.karena dulu waktu orang tua nya tiada saja Nial masih sulit untuk percaya padahal dia sudah lumayan dewasa tapi Xander..dia masih terlalu kecil untuk tau itu semua.

"Tenapa halus besal dulu bial tau?Andel penen nya cetalang tau nya,bial Andel bica tetemu cama mommy tayak olang-olang.punya mommy." Cicit Xander dengan pelan,dengan sesekali terdengar isak kan tangis,Xander menangis.

__________

Tepat pukul 17:00,Nial sudah diperboleh kan pulang oleh Ivander.

"Tata jangan pulang dulu.tata cama Andel aja dicini,becok,dan cetiap hali bial Andel ndak tecepian." Ucap Xander memeluk dengan erat kedua kaki Nial.

"Tapi kaka harus pulang sayang,adik- adik kak pasti menunggu buat dibeliin makanan."Jawab Nial mencoba selembut mungkin agar Xander mengerti,tapi seperti nya anak itu masih kekeh.karena pelukan nya malah semakin erat.

"Sayang biar kan kaka Nial nya pulang,kita antar dia biar besok dia bisa kesini lagi terus main sama Xander." Ucap Ivander sekarang berjongkok di samping anak nya.

"Janji becok tecini." Cicit Xander dengan mengulurkan jari mungil nya kearah Nial dan juga Ivander.

"Janji." Ucap Ivander dan juga Nial bersamaan sehingga membuat Xander tertawa melihat nya.

Bersambung...

_votmen.

DUDA{M-PREG} [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang