24. Obat Untuk Zio

289 167 106
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote and komen ya:)

Penuhi setiap paragraf dengan komentar


Aku selalu berusaha menjadi obat untuk setiap luka yang kamu punya.
Tanpa aku dan kamu sadari
kamulah yang menjadi obat untuk setiap rasa sakit yang aku rasa.

~Arzio Gala Putra~

Malam tampak indah dihiasi oleh gemintang yang bertebaran di langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam tampak indah dihiasi oleh gemintang yang bertebaran di langit. Zia, duduk termenung di balkon kamarnya sambil memegangi kalung yang melingkar di lehernya. Pandangannya menatap kosong ke depan.

Setelah ia mengetahui bahwa Zio adalah anak yang memberikannya kalung ini, dia memang lebih sering melamun. Lebih sering dari biasanya. Zia hanya tidak menyangka, bahwa Zio adalah anak kecil yang ia temui 12 tahun yang lalu.

Nyatanya, takdir kadang memang selucu itu. Ia mampu memisahkan orang yang sudah bertahun-tahun bersama dan menyatukan kembali mereka yang sudah bertahun-tahun berpisah.

Seketika kejadian tadi siang kembali terlintas di pikirannya. Ia tidak pernah perduli jika Zio akan selingkuh atau memiliki gadis lain selain dirinya. Tapi, kenapa tadi hatinya merasa sakit saat Rania memberikan sebuah kue untuk Zio? Padahal itu kan hanya sebuah kue. Rasa ini, adalah rasa yang sama saat dia melihat Gerald bersama gadis lain dulu.

"Apa aku emang udah jatuh ke kamu Kak?" ucapnya membatin sambil menatap liontin yang kini ia genggam.

"Zia," panggil Lisha membuat Zia menoleh.

"Ada apa, Ma?" tanya Zia pada mamanya yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Tadi Tante Raina telpon, kamu disuruh ke rumahnya." Zia bangkit dari duduknya menghadap sang mama.

"Emangnya ada apa, Ma?" tanya Zia bingung.

"Pokoknya kamu ke sana saja, nanti Mama suruh Pak Sapto antar, ya." Zia hanya mengangguk menuruti mamanya. Entah mengapa dia juga ingin bertemu Zio.

Zia menuruni tangga dengan jaket yang sudah membungkus tubuh rampingnya. Gadis itu mudah sekali pilek dan bersin-bersin jika terkena angin malam. Itu sebabnya dia harus selalu menggunakan jaket jika keluar malam.

"Yaudah Ma kalau gitu Zia pergi dulu. Assalamu'alaikum," ucapnya mencium tangan mamanya.

"Waalaikumsalam," jawab Lisha. Ia menatap belakang punggung Zia yang sudah masuk ke dalam mobil. Mobil pun bergerak keluar halaman menuju rumah Zio.

Keysha datang berdiri di samping Lisha. "Zia mau kemana Ma?" tanya Keysha.

"Ke rumah Zio," jawab Lisha sambil mengusap kepala putrinya. Bibir Keysha pun membulat mendengar itu.

 Bibir Keysha pun membulat mendengar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Are My Medicine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang