DOSEN TEACHING SEX

1.2K 15 0
                                    

Bang Levin membawaku untuk membantunya menyelesaikan penelitian dosen, dia bilang akan memberikanku gaji dua kali lipat dari yang biasanya dia berikan padaku.

Kami berada di sebuah Villa pinggiran kota, pemandangannya indah dengan sederet pegunungan dan pohon-pohon rindang. Udaranya sangat sejuk, suara gemericik air terdengar dari kolam ikan koi yang memanjang di samping villa.

Aku membantu Bang Levin menurunkan barang-barangnya dari atas mobil. Datanglah seorang pria dengan rambut yang telah dipenuhi uban membantu mengantarkan barang-barang itu.

Levin : "Terimakasih Kang Dayat."

Ternyata pria beruban itu adalah penjaga villa milik keluarga Bang Levin. Kami diantarkan ke sebuah kamar dengan dua tempat tidur identik dan jendela yang menghadap langsung ke sebuah danau.

Sebelum Kang Dayat keluar dari kamar itu, dia membisikkan suatu kalimat di dekat telingaku. "Hati-hati" sebuah peringatan tak bertuan. Aku tidak paham mengapa dia memperingatkan untuk berhati-hati.

Selagi Bang Levin menyusun barang-barang miliknya, aku merentangkan badanku di atas kasur sebelah kanan. Setelah lima jam menempuh perjalanan, aku menikmati empuknya kasur itu.

Levin : "Gimana? Nyaman tempatnya?"

Aku : "Tidak bisa dibayangkan, tetapi bisa dinikmati. Seprainya lembut sekali."

Levin : "Karena hanya ada satu kamar mandi, jadi aku mandi duluan ok."

Hampir saja aku ketiduran dengan kenyamanan tempat dan suasana kamar itu, kamarnya sangat luar dengan ventilasi udara yang baik sehingga udara bebas berlarian di sana.  Suara shower mengalir dari kamar mandi membuatku sedikit terganggu, bayangan pikiran kotor mengalir ke dalam otakku, membayangkan tubuh Bang Levin di sana.

Ini hanya nafsu semata, aku harus membuangnya.

Aku beranjak dari kamar itu ke luar. Melihat pemandangan sekitar, dan mendapati Kang Dayat berdiri memberi makan ikan koi. Aku memutuskan untuk menghampirinya.

Aku : "Kang, maaf mengganggu. Soal tadi... apa maksudnya ya? Hati-hati soal apa kang?"

Kang Dayat : "Nama kamu teh saha?"

Aku : "Dipta, Kang."

Kang Dayat : "Oh, saya panggil Kang Dipta ya. Pokonya hati-hati, Pak Levin teh sakitnya sedang kambuh. Jadi kamu gak boleh buat dia naik darah."

Aku : "Sakit? Bang Levin sakit apa? Dia kelihatan baik-baik aja."

Kang Dayat : "Sakitnya bukan fisik, tapi di sini nih." Dia menunjuk ke arah kepala.

Levin : "KALIAN SEDANG APA DI SANA?"

Kang Dayat : "KANG DIPTA MAU LIHAT IKAN KOI PAK."

Bang Levin mengangguk sambil tersenyum, tiada raut wajah yang mencirikan bahwa dia sedang sakit. Dia sangat tampak baik-baik saja, bahkan lebih tampan dengan rambut kelimisnya. Akan sangat terhormat jika aku bisa menyentuh rambut itu, dan mengeringkannya dengan tanganku.

Levin : "Dipta, ada yang ingin aku katakan padamu. Selama berada di sini, tolong jaga sikapmu. Ikuti semua aturanku, dan jangan membantah."

Aku tidak tahu ke arah mana percakapan itu dituju, seolah sikap Bang Levin sedikit berbeda.

Aku : "Tentu bang, Dipta akan bantu penelitian Bang Levin hingga tuntas."

Kang Dayat : "Kalau begitu saya siapin masakan untuk makan malam."

Malam itu setelah selesai makan malam, aku dan Bang Levin duduk di ujung ranjang masing-masing. Dia bilang ada sesuatu yang ingin dia katakan.

Levin : "Dipta, sebelumnya aku minta maaf karena membawamu kemari. Kau tahu keluarga tampak baik-baik saja bukan? Namun sebenarnya itu semua palsu. Kami keluar yang sakit, kami memiliki kelainan masing-masing. Dan kau pasti tidak menduganya."

Aku : "Anda keliatan baik-baik saja bang."

Levin : "Emosiku sedang tidak stabil dalam seminggu ini. Aku tidak bisa mengontrolnya secara pasti, dan itu sebabnya aku di sini sekarang. Setiap bulan aku selalu menyempatkan diri untuk mengurung diriku selama lima hari di kamar ini. Dan itu selalu berhasil. Namun, setiap kali aku mengurung diriku, gairahku akan memuncak dan meluap begitu saja. Sejauh ini apa kau mengerti dengan perkataanku?"

Aku : "Entahlah... Aku paham kalau Abang berdiam diri di sini untuk menenangkan diri. Dan setiap kali Abang mengurung diri maka gairah seksual Abang akan meningkatkan pesat. Penyakit yang langka, tetapi apa hubungannya dengan keberadaan ku disini, bang?"

Perasaan tercampur aduk saat mendengar semua pernyataan bang Levin itu. Ada sedikit rasa takut, penasaran, sedih sekaligus heran.

Levin : "Kau berpengaruh besar menyembuhkan diriku, sejak aku menemukan videomu, aku sembuh lebih cepat dari biasanya."

Aku : "Tunggu, video apa maksudnya?"

Levin : "Selasa nakal, kau membuat semua video itu dengan tubuhmu yang menggoda itu. Namun, sayangnya kau berhenti melakukan hal itu."

Perasaan malu mengguyur tubuhku, keringat dingin keluar dari sekujur tubuh membawa serta seluruh rasa kehilangan harga diriku.

Aku : "Sejak kapan, sejak kapan kau mengetahui hal itu?" Aku mulai lebih kasual dengannya.

Levin : "Sejak pertama kali Sally memintamu menjadi pacarnya. Karena Sally adikku yang sangat penurut, akulah yang menyuruhnya untuk mendekatimu."

Aku : "Sial. Kau... Aneh dan brengsek."

Sebuah kepalan tinju melayang ke tubuhku, bukan hanya sekali tapi dua kali. Sekilas aku lihat mata berbinar tajam dari lelaki itu. Aku coba membalas pukulannya hingga kamu saling memukul satu sama lain.

Aku tumbang lebih cepat dari yang aku perkirakan, mataku berkunang-kunang, dan aku kehilangan kesadaran.

____________________

Kalau kalian suka cerita ini silahkan di vote!

Judul : DOSEN TEACHING SEX

KISAH TAMPAN (GAY STORIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang