Bab V : Lily

5 0 0
                                    

"Hyung, sedang apa?" Ysant bertanya pada hyung tertuanya yang sibuk memasak dari tadi. Padahal mereka baru saja selesai makan siang, bahkan beberapa dari mereka masih berada di meja makan.

"Hm..? Oh, aku sedang membuat Kongguksu."

"Oh.. untuk siapa, Hyung? Kita semua sudah makan kan?" Jimin menimpali.

"Tamu kita nanti." jawab Leiron tanpa menoleh karena sibuk membuat mie dingin hidangan khas saat musim panas.

"Oh... ku dengar tamu kita hari ini seorang kakek-kakek ya?" kini Chyd ikut menyambung obrolan. Dan Leiron mengangguk.

"Wah, bagaimana cara menghadapi kakek-kakek, Hyung? Apa yang harus kita lakukan? Rasanya aku akan bingung harus bagaimana dan akan merasa sedikit canggung, rasanya pasti akan sangat berbeda kan di banding saat menghadapi remaja?" Sunny penasaran.

"Hei, kalian lupa kita juga punya satu kakek-kakek di sini? Lakukan saja seperti biasa saat kita sedang bersama kakek-kakek yang sedang tiduran di sofa sambil elus-elus perutnya itu. Dia kan kakek-kakeknya Bangtan."

Sontak mereka semua tertawa dan langsung melihat ke arah Ann yang memang sedang mengelus perut seperti biasa sesaat setelah makan. Sedangkan Ann sebagai orang yang dimaksud hanya tersenyum tipis lalu ia berhenti mengelus perutnya dan berganti mengusap-usap hidung, salah tingkah. Ia sadar diri jadi tidak berusaha mengelak.

**

Kaki rentanya menyusuri jalan Samcheong-dong secara perlahan di tengah terik matahari yang sedang panas-panasnya. Musim panas tahun ini sepertinya jauh lebih panas dari tahun sebelumnya dan bagi Lee Ri On yang sudah berusia lebih dari 70 tahun ini jauh lebih menyiksa. Walau kaki rentanya sudah setengah terseok karena berjalan cukup jauh namun ia menahannya. Hari ini adalah hari mendiang istrinya berpulang dan ia ingin mengunjungi makam istrinya. Kakek Ri On lupa untuk membeli bunga sehingga ia harus berjalan memutar dari komplek perumahannya untuk mencari toko bunga. Sebenarnya di sekitar area pemakanan terdapat beberapa toko bunga namun ia khawatir jika ia akan kesulitan menemukan bunga kesukaan istrinya. Forsythia.

Jalanan ini bukanlah jalanan yang sepi karena sebenarnya termasuk salah satu zona pariwisata, apalagi tempat tinggal kakek Ri On tak jauh dari Hanok Bukchon Village. Banyak sekali toko dan restoran baik yang bergaya tradisonal maupun modern ada di sini, Kakek Ri On ingat ada salah satu toko bunga namun cukup jauh jaraknya. Ia menimang-nimang, haruskah ia memanggil taksi? Rasanya ia tak akan kuat berjalan lebih jauh lagi. Kakek Ri On menoleh ke kanan dan kiri namun ia tak melihat ada taksi terdekat yang mungkin bisa ia tumpangi. Saat ia berjalan perlahan beberapa langkah, ia melihat satu buah toko yang terasa menonjol dari toko di sekitarnya. Sebenarnya bangunan dengan gaya tradisional bukanlah hal yang aneh di sini namun entah kenapa toko itu terlihat memiliki daya tarik sendiri yang membuat sang kakek melihatnya. Ia membaca tulisan di depan pintu yang menggantung "Paradise Florist Is Open".

"Omo, ada toko bunga baru di sini? Ah, syukurlah, aku tak perlu berjalan terlalu jauh." ucap kakek Ri On lega saat melihat toko bunga itu. Lalu ia melangkahkan kakinya dan memasuki toko bunga itu. Ia lalu di sambut dengan aroma wangi musim semi dan perasaan sejuk. Ia bahkan menarik nafas dalam, rasanya energinya kembali terisi saat ia menyingkir dari teriknya sinar matahari di luar sana.

"Selamat datang di toko bunga kami." Sambut seorang pria muda yang memiliki wajah tampan. Kakek Ri On melihat ke arahnya dan lalu tersenyum mengangguk.

Ia lalu melihat ke sekitar dan menemukan beberapa vas berisi bunga-bunga segar berbagai warna lalu ia menghampirinya. Matanya fokus ke arah bunga-bunga berwarna kuning namun beberapa saat kemudian ia terlihat kecewa. Leiron, yang saat ini bertugas menjaga toko itu lalu menghampiri sang kakek.

Magic Shop : 7 Flower Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang