Bab VI : Crysanthemum

5 0 0
                                    

Ysant sedang mencoba merangkai bunga di meja kasir toko mereka, secara tiba-tiba ia menemukan dua ekor ulat di daun bunga peony. Dua ekor ulat ini merangkak bersamaan, ia lalu mengulurkan ujung jarinya dan membiarkan kedua ulat tersebut menaiki ujung jari telunjuknya. Kedua ulat tersebut tampak mungil dan imut di jemari Ysant yang bertatto itu.

"Omo... apa kalian bersaudara? Kalian tampak sama? Apakah kalian kembar?" Ysant mengamati ulat yang menggeliat di ujung jari telunjuknya. Ia lalu mengulurkan telunjuk dari tangannya yang satu lagi dan mencoba menyentuh kedua ulat tersebut.

"Kiyowo." Ucap Ysant gemas. Ia lalu melupakan tentang merangkai bunga dan sibuk mengamati kedua ulat di jarinya. Tak lama dia mendengar derit pintu kayu di belakangnya terbuka. Lalu suara Sunny Hyung yang bersenandung terdengar menyusul.

"Ysant, kau sedang apa?" tanya Sunny hyung sambil memutar tubuhnya berjoget sesuai lagu yang ia senandungkan. Baru saja Ysant akan menoleh namun ia justru terkejut mendengar jeritan hyungnya itu.

"Huaaaa... Ysant. Buang ituu!" Sunny menunjuk ulat di jari Ysant, ia lalu memeluk dirinya sendiri yang merinding melihat kedua makhluk mungil yang menggeliat-geliat di tangan adiknya. Ysant yang awalnya terkejut lalu tertawa. Hyungnya yang satu ini memang sangat tidak menyukai serangga.

"Mereka lucu, Hyung? Liat si kembar ini lebih dekat?" Ysant menggoda hyungnya.

"Ya! Jauh-jauh kau! Si kembar kau bilang? Iuhhh....!" Sunny yang awalnya ingin mengobrol dengan Ysant mengurungkan niatnya lalu melipir pergi dan menghilang di balik pintu kayu berukir. Sekujur tubuhnya merinding jika bedekatan dengan serangga. Sedangkan Ysant hanya tertawa. Keduanya lucu, baik ulat itu ataupun hyungnya.

Tiba-tiba ia mendengar suara derit pintu terbuka lagi. Kali ini bukan pintu di belakang meja kasir, melainkan pintu toko yang terbuka menandakan ada pelanggan datang. Apakah tamunya yang saat ini datang? Ia lalu melihat ke arah pintu dan ia menemukan seorang gadis SMA yang sedikit tombol tengah mengunyah permen karet dan memasuki toko bunga itu. Ia menelanjangi ruangan toko ini dengan matanya yang agak menyipit sampai matanya menemukan sosok Ysant di balik meja kasir. Ysant memperhatiakn tamunya. Wow, apakah ia berhadapan dengan anak bermasalah kali ini? Ysant lalu dengan hati-hati memindahkan kedua ulat di jarinya kembali ke daun bunga Peony.

"Selamat datang di toko bunga paradise. Saya Ysant, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ysant sopan.

"Hai, boleh aku melihat-lihat dulu?" jawab gadis itu santai.

"Silahkan." Ysant tersenyum ramah. Lalu gadis itu berjalan mendekati vas-vas bunga potong segar dan mulai melihat-lihat bunga.

Dalam beberapa saat gadis itu terlihat ragu-ragu saat memiliki bunga krisan. Ia terlihat menimang-nimang ingin memilih bunga krisan berwarna apa. Meliht tamunya tampak bingung Ysant lalu mendekta dan mencoba membantu tamunya.

"Kau butuh bunga untuk apa?"

"Hm..." gadis itu menoleh sebentar dengan tetap mengunyah permen karetnya, "untuk calon ayah baruku. Mungkin ini." Gadis itu lalu menunjuk krisan warna putih. Ysant terbelalak.

"Tunggu. Kau tau arti bunga ini?"

"Hm?" gadis itu menoleh kepada Ysant lalu mengangkat bahunya, "tidak, dan tak mau tahu."

Ysant menghembuskan nafas, sepertinya benar gadis ini bermasalah.

"Aku tidak tahu kau suka atau tidak dengan calon ayahmu, namun tidak benar jika kau memberikan krisan putih padanya, bunga ini untuk pemakaman nona cantik." Kata Ysant dengan santai, ia berdiri seraya memasukkan kedua tangannya di kantong.

Gadis itu tampak membulatkan mulutnya. Ia mengurungkan niatnya mengambil bunga krisan putih itu ia lalu menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Jika boleh ku sarankan, sebaiknya kau berikan ini." Ysant mengeluarkan tangan yang nyaman di kantongnya dan mulai mengambil tiga tangkai bunga carnation bewarna putih. Saat ia mengulurkan tangan mengambil bunga yang berada di vas dan itutepat sejajar dengan wajah gadis itu, lengan bertatto Ysant terpampang nyata di mata gadis itu. Dan itu membuat gadis tengil tadi terpana. Lalu mulutnya membentuk kata "wow" tanpa suara. Ia bahkan berhenti mengunyah permen karetnya.

Magic Shop : 7 Flower Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang