Bab IV : Chamomile

7 0 0
                                    

Aya duduk termangu sambil memeluk lutut di depan jendela apartemennya, ia menatap kosong ke arah gedung-gedung tinggi di luar sana. Sesekali ia menarik asal rambut yang berantakan ke arah belakang agar tak menutupi pandangannya. Ada garis hitam di bawah matanya, ini sudah hari ketiga ia tak dapat memejamkan mata bahkan ketika ia sudah minum obat tidur yang diresepkan oleh dokter pribadinya. Sebuah cangkir yang berisi coklat hangat yang kini sudah dingin tersisa setengahnya, sedangkan tak jauh dari cangkir itu terdapat 2 cangkir kosong yang sebelumya ia isi dengan teh melati, ia berharap itu dapat membantunya rileks dan tidur namun ternyata tak membuahkan hasil. Ia menghela nafas panjang, melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di sofabed tak jauh dari kakinya. Aya mengambil ponsel itu lalu menuju kontak dan mengetikkan nama suaminya. Ia baru saja akan menelepon suaminya namun saat membayangkan respon suaminya akan seperti biasanya, ia mengurungkan niatnya dan melemparkan ponselnya kembali ke sofabed.

"Haruskah aku mencari angin ke luar?" gumamnya perlahan, bertanya pada dirinya sendiri. Rasanya ia malas harus beranjak dari tempatnya saat ini. Namun ia sudah kehabisan akal, pelipisnya sudah berdenyut nyeri menahan pusing karena tidak bisa tidur berhari-hari. Meski enggan, akhirnya ia beranjak dari tempatnya duduk dan melangkahkan kaki dengan gontai menuju kamar. Aya mengambil long cardi berwarna biru langit yang tergeletak di kasur, lalu ia mengambil dompetnya dan memasukkan ke kantong celananya. Ia kembali ke sofabed untuk mengambil ponsel dan mengantonginya lalu melangkah keluar dari apartemennya. Ia memasuki lift dan menekan tombol LG, ia belum menentukan tujuan, mungkin ia hanya akan berjalan santai tanpa tujuan di taman sekitar area apartemennya. Sebelumnya ia akan mampir ke mini market di lantai dasar untuk membeli eskrim yang akan ia nikmati selama berjalan kaki membunuh waktu.

Aya melangkahkan kakinya dengan santai, di tangannya ia menenteng kantong plastik kecil berisi eskrim. Di sekitar apartemennya memang terdapat jogging track dan taman yang diperuntukkan untuk penghuni apartemen dan warga sekitar, Aya menyusuri jogging track yang cukup lengang karena saat ini masih pukul 4 sore di hari kerja. Ia hanya menenteng eskrimnya tanpa ada ketertarikan untuk menyicipinya dan melangkahkan kakinya tanpa arah, ia hanya ingin membuat tubuhnya lelah agar saat pulang nanti ia bisa tidur. Jalur jogging track ini memiliki sederetan bangunan 2 lantai di salah satu sisinya berupa berbagai macam toko dan agensi real estate yang berakhir tepat sebelum area taman. Ia terus berjalan selama beberapa menit hingga saat mendekati taman tempat biasa beberapa orang beristirahat ia melihat sebuah toko yang terlihat mencolok. Selain posisinya yang berada di paling ujung, itu juga satu-satunya bangunan yang hanya terdiri dengan satu lantai saja. Toko tersebut juga memiliki nuansa berbeda dari toko di sebelahnya yang dibangun secara modern. Toko itu lebih seperti Hanok dari pada sebuah toko. Ia hanya memiliki satu pintu masuk tanpa jendela. Pintu itu terbuat dari kayu dengan kaca tembus pandang yang melengkung di bagian atasnya, di atas pintu itu terdapat lampu antik yang unik.

Aya merubah arah langkah kakinya, yang awalnya ia menuju taman kini ia melangkahkan kaki mendekati toko yang unik tersebut. Saat sudah mendekat ia melihat tulisan yang tergantung pada pintu kayu "Paradise Florist is Open". Dari kaca tembus pandang pada pintu, Aya dapat melihat terdapat vas-vas berisi bunga segar di dalam. Entah apa yang dipikirkan Aya, ia melangkah maju dan membuka pintu kayu itu. Aya disambut semerbak wangi bunga musim semi, ia merasakan sensasi aneh yang tidak biasa seperti sedang memasuki dimensi yang berbeda namun di sisi lain ia merasa hangat dan nyaman. Ia mengedarkan padangan dan menemukan semakin banyak vas-vas berisi bunga segar yang jauh lebih banyak dari yang terlihat dari pintu kaca tadi. Ia memasuki sebuah toko bunga ternyata, melihat bunga dengan berbagai warna ia merasa seperti mendapat penyengaran, hidupnya yang terasa abu-abu akhirnya menjadi terasa sedikit berwarna seperti bunga-bunga itu. Tanpa sadar Aya tersenyum tipis.

"Selamat sore, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" suara seorang pria mengejutkan Aya. Aya menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seorang pria muda, mungkin berusia sekitar 25 tahun hampir separuh dari umurku. Pria itu tersenyum manis dengan bibir yang sexy tapi juga imut di saat bersamaan, ia memiliki bibir yang tebal dan penuh berwarna pink, sementara pipinya yang sedikit chubby menambah keimutannya. Ia memakai anting di kedua telinganya, anting model loop dengan hiasan rantai kecil sepanjang 2 cm. Rambutnya berwarna perak dengan tubuh tidak terlalu tinggi serta mengenakan sweater berbahan knit yang terlihat kebesaran sehingga membuat badannya tampak mungil, meski sweaternya sedikit lebih besar dari badannya namun itu tidak dapat menyembunyikan tubuhnya yang bagus. Aya yakin ia memiliki perut rata lengkap dengan absnya, itu terlihat dari celana panjangnya yang ketat menunjukkan bentuk kakinya yang terbentuk indah, sepertinya ia tipe yang menjaga bentuk tubuhnya dengan berolahraga. Pria ini dengan sabar menunggu jawaban Aya yang tengah melakukan scanning kepada pria di hadapannya, ia masih berdiri dengan tangan terpaut satu sama lain dan senyum lembut menghiasi bibirnya. Aya kembali melihat ke wajah pria itu dan pandangan mata mereka bertemu, saat itu Aya sadar bahwa pria itu menunggu jawaban darinya.

Magic Shop : 7 Flower Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang