#2
Reola baru melihat balasan Jofi pagi ketika bangun tidur. Dia bahkan tidak ingat kapan tertidur karena menunggu balasan Jonathan Firnand yang ternyata masuk pukul setengah 3 pagi. Katanya ponsel cowok itu mati dan dia tertidur karena menunggu daya ponselnya terisi.
"Sama Alan aja, La. Nanti telat kalo nunggu gue," kata kakak Reola yang saat membuka pintu kamar ternyata masih baru selesai mandi.
"Gak pa-pa, deh. Nunggu Eyo, aja, sungkan sama Alan. Ngomong aja nggak pernah."
Cleo mengacak rambut depannya yang masih basah, kemudian sambil berkacak pinggang menatap Reola, cowok itu berkata, "Aku udah bilang tadi sama Alan, sama dia aja, ya. Dia udah siap itu di depan."
Yah, kalau tinggal naik dan duduk manis sih Reola tak apa. Yang membuatnya enggan hanyalah harus bicara pada Declan yang jarang-jarang mau menjawab. Cowok itu seperti tidak punya hubungan saja dengan Reola.
Ketika sampai di depan teras rumah, benar saja Declan sudah berada dalam posisi siap, hanya tinggal tancap gas. Cowok itu kelihatan jauh lebih jenjang saat duduk di motor besar kesayangannya. Dan saat melihat Reola, Declan spontan memeriksa pijakan motornya untuk memastikan sudah dia buka atau belum.
Reola tidak menerima uluran lengan yang sepertinya Declan lakukan dengan ogah-ogahan. Dia memilih berpegangan pada bahu cowok itu agar bisa naik ke jok belakang motornya yang tinggi. Nampaknya sampai tiba di sekolah pun, mereka tidak akan mau saling buka pembicaraan.
Declan memotong jalan sebelum lampu merah, karena sepertinya kepala Reola yang kosong itu lupa mengingat untuk pakai helm. Selain itu, mereka juga diburu waktu, Declan tidak yakin mereka akan sampai sebelum gerbang sekolah ditutup. Dia jadi harus ikut terlambat gara-gara Reola dan Cleo bangun kesiangan.
Setelah melewati jalanan sempit dan gang-gang rumah warga, Declan berhasil membawa Reola selamat sampai sekolah. Walaupun gerbang sudah ditutup dan dari kejauhan pun mereka sudah diberi kibasan tangan oleh satpam yang berjaga, isyarat untuk putar balik saja.
Namun, Declan tetap turun bersama Reola setelah motornya berhenti di depan gerbang. Sambil mendorong punggung Reola agak pelan, Declan bilang pada pak satpam, "Dia aja, Pak, kasih masuk. Tadi motor abangnya kempes."
Anak sekolah memang pandai bersilat lidah. Pak satpam percaya saja saat itu, lantas membukakan gerbang agar Reola bisa masuk. Sementara Declan yang malang tetap berakhir di luar gerbang bersama motornya. Entahlah, Reola tak begitu banyak peduli karena tadi cowok itu bilang "Urus urusan masing-masing".
Yah mungkin Declan dan Cleo akan sungguhan putar balik dan main game di rumah. Atau justru mencari tempat tongkrongan untuk minum kopi pagi hari seperti bapak-bapak.
Sekilas informasi, Reola dan Jofi tidak satu kelas. Cowok itu satu angkatan dengan Cleo dan Declan. Meski begitu, Cleo sepertinya tidak satu kepercayaan dengan Jofi. Maksud Reola, mereka tampak jelas tidak akrab, saling sapa pun tidak. Cleo yang lebih jelas tidak menyenangi keberadaan Jofi di mana pun di dekatnya.
Maka dari itu, hubungan Reola dan Jofi yang sudah nyaris satu tahun ini tak pernah tercium sampai ke hidung Cleo. Walaupun Reola mulai skeptis belakangan, sepertinya sang kakak sudah mulai curiga atau malah sudah tahu tapi memilih diam sampai Reola angkat bicara.
Sebenarnya tidak mudah punya hubungan di belakang layar, tapi apa boleh buat jika hanya hal ini yang bisa dilakukan untuk mencegah pertumpahan darah. Jodie juga sering mengatakan bahwa hubungan di belakang layar lebih berisiko terhadap adanya anomali orang ketiga. Hal yang sampai detik ini mengganggu pikiran Reola gara-gara menemukan kuku palsu. Sekarang pun Reola masih menyimpan kuku itu di dompetnya, jaga-jaga saja kalau suatu saat hal yang tidak dia inginkan sungguhan terjadi.
Saat memikirkan itu, dering yang paling Reola nantikan berbunyi. Tak biasanya, Jofi mengajak Reola makan siang di kantin belakang. Mepet jam masuk mata pelajaran berikutnya begini, biasanya kantin belakang sepi.
Namanya juga hubungan di belakang layar. Apa-apa harus dilakukan dengan gerakan bawah tanah. Mereka sering bertemu di halaman belakang sekolah diam-diam di antara jam mata pelajaran. Entah Jofi hanya ingin menyapa sebentar, atau terkadang cowok itu membicarakan agenda setelah sekolah.
Jofi tidak selalu jahat bukan? Padahal menyampaikan hal-hal semacam itu bisa melalui pesan singkat, tapi Jofi selalu memilih mencuri waktu untuk bertemu.
"Bisa aja karna dia takut salah kirim chat ke selingkuhannya," Jodie menolak pembelaan yang Reola sampaikan padanya di belakang guru yang sedang menjelaskan materi.
Tentu saja, masuk kelas terlambat tadi menjadi sebuah pertanyaan tidak hanya untuk tenaga pengajar, tapi juga untuk teman sebangku Reola. Ingin mengusir image buruk pacarnya dari kepala Jodie, Reola dengan senang menyampaikan hal yang terjadi di kantin belakang. Namun, sepertinya memang sulit membersihkan noda oli di kain putih.
"Mana boleh berprasangka buruk terus," sangkal Reola bisik-bisik.
"Mini bilih birprisingki birik tiris," kata Jodie sambil meniru aksen Reola. "Memang cowok lo itu patut dicurigain, lo aja yang denial."
A/N — lmk if u want more❓🤠 anw don't forget to follow me on insta (@skyzafnia). i'm funny guys dw 😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Declanous [Tulis Ulang]
RomanceYou broke my heart, but I still love you with all the pieces.