DECLANOUS 6

7.2K 1.1K 354
                                    

#6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#6

Aneh rasanya melakukan hal yang tidak biasa dilakukan, adrenalin memacu seakan Reola sedang berada di ketinggian dan takut jatuh. Dia sampai menghabiskan beberapa lembar tisu hanya untuk mengeringkan telapak tangannya yang berkeringat sejak dia mulai merias wajah.

Jangan lupa. Reola akan pergi dengan Declan malam ini, sudah lama dia tidak melihat dunia luar di malam hari, apa lagi kali ini ditemani special guest yang tidak disangka-sangka. Yang bersangkutan bahkan sudah menunggunya di kamar Cleo sejak setengah jam belakangan. Bohong jika Declan bilang akan meninggalkan Reola seandainya dia belum selesai berdandan ketika cowok itu sampai.

Sejenak Reola sempat terdiam berpikir, Jonathan tidak pernah sampai sebegininya, 'kan? Kenapa malah jadi orang lain yang bisa memperlakukan Reola dengan baik? Sedikit lucu.

Reola meraih tas selempang putihnya sebelum meninggalkan pintu kamar dalam keadaan tertutup. Dia mengetuk kamar kakaknya dan memanggil Declan agar mereka bisa segera pergi.

Ketika keluar dari kamar Cleo, Declan sempat memperhatikan wajah Reola sebentar. Walaupun tidak berkata apa-apa, sepertinya cowok itu tidak menyangka Reola akan sampai berdandan semanis ini. Memang, Reola berdandan untuk dirinya sendiri agar senantiasa indah dilihat, tapi semuanya juga bagian dari menghargai Declan.

"Jangan dipasang," cegah Reola saat Declan ingin mengaitkan gesper helm yang Reola pakai. "Gue nggak bisa bukanya nanti."

Declan hanya mendengarkan Reola, menatapnya sekilas, tetapi tetap memasangkan gesper helm cewek itu.

Sesuai tujuan awal, mereka pergi ke Gramedia lebih dulu untuk membeli buku Reola. Declan tak mengeluarkan sepatah kata meski dari tatapannya saat itu, Reola bisa menebak kalau Declan bingung kenapa dia membeli buku cetak sama persis seperti yang dia pinjam dari pustaka dan robek tadi sore. Padahal kan Declan sudah meminjamkan bukunya, mungkin adalah hal yang ada di pikiran cowok itu.

"Mau makan apa?" tanya Reola pada Declan setelah mereka keluar dari Gramedia dan sedang menjemput motor di parkiran.

Kala itu Declan melihat ke arah Reola seakan mempertanyakan apakah benar cewek itu bertanya demikian. Karena Reola yang mengajaknya, jadi Declan pikir cewek itu sudah tahu akan membawa mereka ke mana.

"Anything but Korean food," jawab Declan singkat.

"Gue pengen Chicken Katsu Ramen, deh," tutur Reola langsung mendapat gambaran ingin makan apa.

Declan mengangguk saja, kembali memasang gesper helm Reola karena cewek itu sepertinya kebiasaan tidak mengaitkannya. Yah, urusan buka-membuka gesper helm saja kan ada Declan yang bisa menolong, seperti tadi.

Segera saja Declan mengantar Reola ke restoran Jepang yang menurutnya punya Katsu Ramen bercita rasa terbaik. Setelah membantu Reola turun dari motor dan membuka gesper helmnya, Declan membawakan paper bag cewek itu yang berisi buku baru dari Gramedia beberapa saat lalu.

"Eum ... makasih," ucap Reola agak canggung.

Yah, walaupun Declan tidak menanggapinya dan segera masuk ke restoran untuk memesan Katsu Ramen beserta nomor meja mereka. Declan menyuruh Reola langsung duduk saat cewek itu membuka tas selempangnya, pasti hendak membayar makanan cewek itu sendiri.

Tentu saja Declan tidak akan membiarkan hal semacam itu terjadi. Apa lagi, ini Reola.

Hujan turun cukup deras di luar ketika mereka menunggu makanan disajikan. Dalam suasana yang sangat nyaman ini, Reola masih bingung ingin membuka topik pembicaraan seperti apa dengan Declan. Walaupun sepertinya cowok itu juga tidak masalah kalau mereka hanya saling membisu.

"Biasanya kalau malam minggu sering nongkrong, Lan?" Tak betah pada canggung yang mengembang di udara, Reola akhirnya memecah hening.

"Jarang, gue nge-gym."

"Oooh." Reola mengangguk paham. "Gue pengen juga deh nge-gym, tapi masih mager. Kalau gue nge-gym gitu, lo bisa bantuin, 'kan? Biar gue nggak pakai personal trainer lagi."

Declan memperhatikan Reola baik-baik, seakan sendirinya pun tak yakin cewek itu sungguhan ingin masuk ke dalam gym dan memulai hidup sehat. Tetapi Declan menjawab, "Bisa. Kasih tau, aja."

Tidak seberapa lama kemudian makanan mereka disajikan. Kali ini jadi ada alasan mengapa mereka harus sama-sama diam, Reola tak perlu lagi merasa begitu grogi hanya karena diamnya Declan membuat dia berdebar tak karuan.

Ini baru pertama kalinya Reola ke restoran yang satu ini karena Declan yang memilih, jadi dia harap tidak akan mengecewakan.

"Tau nggak, sih," celetuk Reola setelah menelan suapan pertama dari ramennya. "Nemu makanan enak itu juga disebut jatuh cinta, loh."

Declan berdehem saja, tak ingin diajak bicara saat makan. Reola juga melanjutkan nikmat rasa ramennya dengan tenang. Namun, saat chicken katsu di mangkuknya habis, Reola mulai melirik ramen milik Declan. Tapi sepertinya Reola tak punya keberanian sebanyak itu untuk menawar chicken katsu Declan yang baru dimakan sehelai.

Walaupun secara tak disangka Declan mengarahkan sumpitnya untuk memindahkan semua chicken katsu yang tersisa ke mangkuk Reola. The art of noticing. Selalu berhasil menghangatkan dada Reola yang aliran darahnya memacu sampai ke seluruh wajah.

"Makasih, Alan."

"Hm." Declan mengangguk sambil menyempatkan diri untuk melihat senyum manis yang Reola ulas untuknya.

Declanous [Tulis Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang