#5
Reola berani sumpah, dirinya bukan orang yang mudah cemburu. Sudah biasa juga melihat Jonathan berkumpul dengan teman-temannya, yang pasti ada perempuan di sana. Namun, kali ini rasanya agak berbeda. Pengkhianatan yang selalu Reola takutkan jadi terasa memiliki wujud nyata.
Siapa sangka Reola bisa merasa seakan terhantam truk minyak gara-gara melihat Jofi tertawa pelan begitu renyah dalam hening, bersama cewek semampai yang sedang bersandar di rak buku perpustakaan di hadapan Jofi. Apakah ini juga sebuah rutinitas yang Jonathan lakukan di jam istirahat?
Kenapa harus di perpustakaan? Dari sekian banyak tempat untuk bicara lebih lantang dan jelas, mereka malah memilih tempat sehening dan seprivasi ini. "Ya, biar enggak ketahuan sama lo lah" pasti akan jadi jawaban Jodie kalau cewek itu bersama Reola sekarang.
Ingin marah dan menginterupsi pun rasanya Reola begitu berat hati. Mungkin dia sedang salah paham, mungkin Jofi dan cewek jangkung itu sedang bicara perihal organisasi. Tapi mau bagaimana lagi, jam mata pelajaran berikutnya hampir dimulai, dan buku cetak yang Reola butuhkan berada tepat di rak di bagian atas kepala cewek yang sedang berbincang asyik dengan Jonathan.
Dengan amat terpaksa sembari membawa tangga kecil untuk mengambil buku, Reola menghampiri pacarnya yang masih tidak sadar dia ada di sana. "Permisi, Kak. Maaf ganggu sebentar, saya mau ambil buku di atas, boleh?"
Reola yakin suaranya agak goyah mengingat kakinya saja sudah gemetar tak karuan. Sambil mempererat pegangan pada tangga kecil yang dibawanya, Reola memaksakan diri untuk menyunggingkan seulas senyum saat kedua orang di hadapannya menoleh.
"Oh, iya silakan. Maaf ya nutupin." Cewek yang berkartu identitas Yuki Nagata itu membalas senyum Reola dengan senyum ramah sampai matanya menyipit.
Setelah melihat lebih dekat, Reola baru menyadari bahwa cewek cantik bernama Yuki itu mengenakan riasan wajah yang lucu seperti cewek-cewek Korea. Kemudian Yuki berpamitan untuk ke kelas karena bel masuk mata pelajaran berikutnya sudah berbunyi. Dan karena Jonathan menawarkan bantuan pada Reola.
"Eh, gue ambilin aja, ya? Tinggi soalnya, nanti jatuh."
Namun, tentu Jonathan tidak akan memberikan sedikit saja pertanda bahwa mereka sebenarnya sepasang kekasih. Reola selalu mengikuti alur cerita mereka, karena sejak awal juga dia yang tidak ingin hubungan ini cepat-cepat dipublikasikan.
"Maaf ngerepotin, Kak," kata Reola kala itu, seolah mereka tidak kenal sama sekali. Tak lupa berterima kasih setelah bukunya dia dapat, dan buru-buru meninggalkan perpustakaan setelah mengembalikan tangga.
Terlalu gugup dan takut, Reola yakin tangannya sampai berkeringat dingin. Yang justru jadi bencana karena tangan Reola yang licin menjatuhkan buku cetak perpustakaan sampai beberapa halaman belakangnya robek. Tentu saja setelah ini Reola akan dapat denda dan peminjaman buku di pustaka jadi dibatasi untuknya.
Sambil mengomel pelan, Reola merapikan lembaran yang robek agar tidak keluar dari sampul buku. Gara-gara hal ini juga, dia pasti akan diomeli oleh penjaga perpustakaan yang super duper cerewet itu.
"Kenapa?"
Seiring terdengarnya suara itu dari samping kiri, Reola melompat kecil karena terkejut. Omelannya langsung berhenti, sambil meringis miris, Reola membuka halaman belakang buku cetaknya, menunjukkan sisi yang robek cukup parah.
Declan melihat Reola lagi setelah mengamati hal yang jadi sebab cewek itu mengomel sendiri sambil berjalan ke arah kelasnya. Declan hanya menggeleng pelan, tak habis pikir kenapa Reola bisa begitu ceroboh.
"Tunggu sini," instruksi Declan setelah mengambil buku Reola dan malah pergi ke kelasnya di ujung lorong yang berlawanan.
Reola tak pandai menebak, jadi dia semakin terkejut dan heran saat Declan kembali padanya membawa buku yang sama tetapi kelihatan masih sangat baru.
"Pake aja," kata Declan kala itu.
"Loh, yang tadi gimana?" tanya Reola, belum mengerti rencana Declan. "Ini beli? Nggak ada cap perpustakaannya."
"Iya, udah sana bawel amat."
Ketika didorong Declan agar Reola segera ke kelas pun cewek itu masih saja lah loh lah loh. "Gue janji balikin bukunya abis kelas! Biar sekalian bayar denda," kata Reola tak beranjak juga.
"Gue aja yang balikin."
"Ah, gitu." Reola meringis kecil sambil mengusap lehernya, jadi merasa canggung sendiri. Dia dan Declan tidak pernah seakrab ini, 'kan?
"Oke, deh. Makasih ya. Nanti pulang sekolah, gue traktir buat gantinya." Reola melanjutkan dengan sebuah penawaran.
"Gak. Gue sibuk," tolak Declan spontan.
"Ih, ayolah. Sekalian gue mau beli buku di Gramedia, terus nanti pengen cobain kafe kucing yang baru buka di dekat lampu merah itu."
Declan kedengaran menghela napas pelan masih sambil menatap mata Reola yang cokelat terang. Dengan suara yang dipelankan, seolah tahu bahwa ucapannya adalah sebuah rahasia. Declan menyeletuk, "Sana sama Jonathan."
Spontan Reola melarikan matanya dari ikatan netra yang semula ditahan oleh Declan. Tak ingin cowok itu melihat sejuta kesedihan yang Reola simpan rapi di dalam sana.
"Ah, itu. Kalau malam minggu Jonathan latihan basket," jawab Reola pelan. "Ayolah, gue nggak enak hati kalo nggak gantiin uang lo," bujuknya kemudian.
"Jam 7. Kalau belum kelar, gue tinggal," tutur Declan yang akhirnya menyerah.
BIG NEWS! jadi selain tulis ulang declan, aku ada rencana ganti judul juga, terus udah ada cover barunya yang super unyu 🥹🫵🏻 tapi aku belum tau bakal ganti di chapter berikutnya atau ganti pas terbit aja (gatau kapan terbit wkwk). btw aku mau ganti karna ngerasa judul itu lebih cocok sama alur declan sih, terus juga aku terinspirasi dari lagunya EDEN dengan judul yang sama. dan di cover barunya nanti udah ada banyak clue soal alur. ok then i'll see u next week xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Declanous [Tulis Ulang]
RomansaYou broke my heart, but I still love you with all the pieces.