Geishara's - Chapter 06

113 47 2
                                    

Aku mau kamu yang apa adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mau kamu yang apa adanya.

-


Cuma ada satu alasan kenapa Gei tidak pernah mau menyukai matahari tenggelam, bahkan ketika semua manusia menganggap setiap warna yang matahari tenggelam ciptakan adalah sebuah keindahan yang nyata sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa menyukainya. Yang ia tau, matahari tenggelam hanyalah sebuah perpisahan yang sebenar-benarnya terjadi. Gadis itu tidak pernah bisa menerima sebuah perpisahan, baginya perpisahan adalah sebuah jurang besar penuh duri yang tengah menunggunya karena sebuah kepergian.

Ibunya bahkan pergi ketika memperkenalkan matahari tenggelam kepadanya.

Gei jauh lebih memilih menatap matahari terbit, menyaksikan bagaimana sebuah pancaran sinar berbentuk bulat dengan warna kekuningan yang begitu indah, tidak lupa kicauan burung gereja yang selalu ia maknai sebagai nyanyian pagi yang menyenangkan. Di atas rooftop rumahnya ia bisa memandang matahari terbit sepuas yang ia mau atau akan jauh lebih menyenangkan ketika ia berhasil bermain skateboard di pagi hari. Seminggu lalu, seperti yang sudah Dama janjikan. Mereka akan bermain skateboard berdua di pesisir utara kota Jakarta. Dama yang notabene nya bukan seorang morning person pun hanya bisa pasrah sesekali mendumel. Pagi-pagi buta sekali Gei sudah membangunkan nya dari ritual pertemuannya dengan para bidadari dialam mimpi.

"Bangun Dama, keburu sunrise nya ilang."

"Nggak akan ilang, itu sunrise udah kongkalikong sama gue. Tenang aja."

Pagi ini tepat pukul enam kurang seperempat, Gei sudah merasakan bagaimana silauan kekuningan matahari terbit menyapa wajah cantik nya ia bahkan mendapat sebuah pemandangan warna merah mudah langit yang sangat jarang ia temui. Pesisir utara kota Jakarta memang paling tau bagaimana cara membuat ia bahagia.

"Ini mau main skateboard atau mau mandangin matahari terbit sih?" Gei melirik kearah Dama yang baru saja mengeluarkan sepasang skateboard berwarna biru dongker. Ia berjalan pelan menghampiri Dama yang sejak pagi tadi sudah memasang tampang kusut.

Baju kusut kalo liat muka dia bakal insecure nggak ya.

"Mukanya kenapa sih kaya nggak pernah disetrika aja."

Dama memandang sinis, "Memang nggak pernah." Gei tergelak, Dama ini pagi-pagi sudah membuatnya gemas saja.

"Ya kalo nggak pernah kenapa gitu kusut terus dari pagi."

"Gue tuh masih ngantuk Gei, kenapa main skateboard nya nggak sorean aja sih, jauh lebih syahdu."

Gei mendecih, syahdu darimananya. Yang ada mereka tidak akan bermain skateboard.

"Udah ayok ah, protes mulu kaya pejabat lo." Tangan kanannya meraih sepapan skateboard yang baru saja Dama keluarkan. Sebelum melangkah pergi, Gei mencium singkat pipi kiri Dama yang tepat berada di sebelahnya. Bak mendapatkan sebuah energi tambahan matanya yang sedari menahan kantuk kini terbuka lebar-lebar, bahkan ia menyambutnya dengan sebuah cengiran paling manis yang ia punya.

GEISHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang