1. Malice

6 0 0
                                    

2021.

Rembulan menahan napasnya kesal sekaligus mencoba sabar ketika melihat Pak Nara. Walaupun ini sudah pertemuan ke empat, ia masih bersungut-sungut menyesal memilih peminatan Hukum Pidana. Kenapa juga ia meminta bantuan bocah disebelahnya ini?

Disampingnya ada Adnan, teman dekatnya di kampus selain Teressa. Lelaki inilah yang bertanggung jawab mengapa ia bisa berada di kelas Pak Nara. Sebetulnya itu bukan sepenuhnya salah dia, Rembulan juga bodoh tidak memberikan instruksi rinci ingin memgambil kelas apa saja ketika ia meminta tolong Adnan mengisi KRSnya.

Bukan tanpa alasan, sehari sebelum jadwal war KRS adalah hari ulangtahun Ayahnya. Tentu saja ia dan Kakaknya pergi mengunjunginya di pemakaman, berziarah. Sungguh menyedihkan bukan? Hati Rembulan tersayat menerima kenyataan bahwa Ayahnya di penjara atas kejahatan yang tak pernah ia lalukan hingga akhir hayatnya. Namun setidaknya sekarang dia tidak merasakan sakit lagi.

Alhasil gadis itu menangis hingga tertidur pulas sampai pagi hari, bahkan terdapat puluhan panggilan telpon tak terjawab dari Adnan. Akhirnya mau tak mau lelaki itu benar-benar menyamakan kelas Rembulan dengan kelasnya karena khawatir kehabisan kuota, terlebih ini adalah kelas peminatan.

Tidak disangka jika Adnan malah memilih kelas dosen killer, sekaligus orang yang paling Rembulan hindari di kampus, karena lebih cepat terisi dibandingkan kelas sebelah. Rembulan ingin marah namun Adnan telah membantunya jadi ia tidak punya hak untuk itu. Toh kini Adnan sendiri menyesali kebodohannya.

Suasana kelas terasa sangat mencekam. Beberapa mahasiswa terlihat pucat pasi sambil berdoa agar mereka tidak kena tunjuk untuk menjawab pertanyaan dari pria berpakaian serba hitam yang berdiri tegap di depan kelas. Pria satu itu terkenal sebagai dosen killer yang tidak segan membuat para mahasiswa berkeringat dingin selama kelas berlangsung.

Narapati Antasena Utama.

Lebih dikenal dengan sapaan Pak Nara, dosen spesialisasi Hukum Pidana. Dikenal karena sikapnya yang menyeramkan di kelas serta wajahnya jarang sekali menampilkan ekspresi, alias datar-datar saja seperti tembok.

Selain itu Nara adalah seorang mantan jaksa yang cukup terkenal karena membantu penanganan kasus besar beberapa tahun silam di umur yang masih tergolong muda. Ia memutuskan keluar dari kejaksaan tidak lama setelah kasus tersebut usai. Hal tersebut cukup membuat Rembulan penasaran.

Kasus pembunuhan seorang politikus ternama yang menyeret banyak nama, baik yang benar-benar bersalah maupun korban framing. Salah satunya, ketua tim forensik.

Ya salah satunya adalah Ayahanda dari Rembulan, Dokter Ahnaf Sutedja.

Bisa dibayangkan bagaimana kesalnya Rembulan ketika harus berada di satu ruangan yang sama dengan jaksa yang menuntut Ayahnya terlebih kini menjadi dosennya sendiri.

Meskipun Rembulan mempunyai dendam kepada pria itu, gadis tersebut cukup mengakui bahwa kecerdasan Nara memang mengintimidasi.

Sikap pria itu didukung oleh tatapan tajam serta kepandaiannya merangkai kata-kata tajam yang dapat menyayat hati. Walaupun begitu, saat ini Rembulan tetap saja dapat mendengar beberapa mahasiswi berbisik-bisik memuji ketampanan serta aura yang dipancarkan oleh Pak Nara.

Tentu saja hal itu membuatnya memutar bola mata kesal. Dasar, apakah mereka semua masokis yang akan semakin senang dan bahagia jika menerima siksaan?

Gadis itu memperhatikan salah satu rekannya yang sedang dicerca pertanyaan tanpa henti. Suasana kelas sangatlah hening, kontras dengan suara berat Nara. Rembulan sama sekali tidak merasa takut dengan apa yang Nara lakukan, kebenciannya masih terlampau besar untuk bisa takut kepada pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chaotic NeutralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang