Kei, mahasiswa semester 3 di Hybe University. Btw, Hybe bukan hanya punya univ aja, yayasan pendidikan Hybe juga memiliki satu sekolah SMA. Gedungnya terletak dibelakang gedung universitas mereka. Tidak jauh.
Mereka juga menyediakan asrama untuk siswa ataupun mahasiswa yang mungkin mau tinggal disana.
Seperti halnya Kei. Sejak awal ia memilih tinggal di asrama dibanding mencari apartment atau tempat tinggal lain.
Namun, satu hal yang membuat Kei kesal. Ia mendapat informasi bahwa tahun ini asrama siswa SMA dan juga mahasiswa akan digabung disatu gedung yang sama.
Pantas saja tahun lalu asrama putra mahasiswa ini dibangun lagi untuk menambah lantai. Ternyata tahun inilah kebijakannya diubah. Dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang dimana walaupun ada perubahan teman sekamar, tapi semuanya tetap mendapat sesama mahasiswa walau berbeda jurusan atau angkatan. Tapi tahun ini ia bisa saja mendapat teman sekamar anak SMA.
Padahal ia sudah cocok dengan Fuma. Teman sekamarnya semester pertama sampai semester kedua, dan kini juga mereka bersahabat lantaran sama-sama anak rantau. Mereka berdua berasal dari Jepang. Maka dari itu lebih memilih untuk tinggal di asrama.
Mungkin saja jika perubahan teman sekamarnya adalah mahasiswa itu tidak akan masalah. Tapi ini anak SMA. Semoga saja yang akan menjadi teman sekamarnya bukan bocah nakal yang menjadi preman di sekolah. Oh, atau semoga teman sekamarnya bukan anak SMA. Ya, semoga saja.
Tok tok tok!!
Kei yang sedang merapihkan pakaiannya ke dalam lemarinya menoleh ke arah pintu. Apa itu teman sekamarnya?
Ah, omong-omong, Kei lah yang tinggal dikamar lama. Fuma bilang dia yang akan pergi mendapatkan kamar baru. Kei bersyukur untuk itu, setidaknya ia tidak perlu repot membereskan semua barang-barangnya dan memindahkannya ke kamar baru. Terimakasih Fuma!
"Masuk! Gak dikunci."
Tak lama pintu berderit. Kei menghela napas kala yang ia lihat adalah bocah berwajah lugu. Dengan koper, tas yang besar dipunggungnya, sweater kebesaran yang menutupi bagian pahanya, celananya terlihat sedikit lebih panjang dari sweaternya. Dan jangan lupakan boneka penguin dipelukannya.
"Permisi. Kayi yang bakal tempatin tempat ini. Om siapa ya?"
Wah gila. Tampangnya memang bukan anak nakal. Tapi, bocah ini beraninya memanggil dia 'Om'. Anak itu memang tidak pendek dilihat dari wajahnya yang masih sangat muda, tingginya hanya kurang beberapa senti dari dirinya.
Tentu Kei lah yang lebih tinggi. Dia termasuk 10 besar mahasiswa tertinggi tau? Memang ada beberapa yang lebih tinggi darinya, tapi lihat saja, Kei akan mengalahkannya.
"Jangan panggil gue Om. Gue baru semester 3. Lo kelas berapa?"
Tiba-tiba saja matanya berbinar, "Wah! Om roommate nya Kayi? Salam kenal Om! Kayi baru masuk SMA tahun ini."
Oh, astaga! Belum ada sejam ia bersama bocah ini, kepalanya sudah seperti ingin berasap. Apa dia abaikan saja bocah ini?
Kei memejamkan matanya untuk menahan amarahnya, ia harus sabar sekarang.
Anak yang bernama Kayi itu menghampiri kasurnya dan langsung merebahkan tubuhnya disana.
"Ah! Akhirnya! Disini kasurnya enak juga. Gak seburuk yang ada dipikiran Kayi."
Kei mengerutkan keningnya, menatap sinis pada bocah yang sedang mengoceh itu.
"Diem! Berisik."
Mendengar itu, si bocah duduk dari acara tidurannya, "Om jangan galak dong sama Kayi!"
"わ る が き"
[Dibaca 'Warugaki' atau berarti anak nakal. Biasanya adalah kata kasar yang digunakan untuk seseorang yang lebih muda.]
Kai berdiri, menghampiri Kei dengan wajah terkejutnya, "Om Anime?!"
Kei mendelik, "Nama gue Kei. Panggil gue Bang Kei atau Kak Kei. Ngerti?" Ia masih mencoba untuk tetap sabar saat ini.
Tapi bocah nakal itu malah menggeleng, "Enggak ah! Namanya jelek. Bagusan Om Anime." Bantahnya.
Kei memutar bola matanya kesal, "Padahal nama gue agak mirip sama nama lo. Lagian ya bocah, kita cuma beda 4 tahun. Jangan panggil gue Om!" Dumelnya.
Tapi agaknya hal itu tidak digubris oleh anak yang saat ini sedang memeluk bonekanya sambil memperhatikan wajahnya.
Kei tidak mengelak jika tubuhnya sendiri memiliki struktur yang cukup unik. Lantaran tinggi badannya, tubuh ramping dengan ototnya, tapi ia memiliki kepala sangat kecil dan tulang rahang yang jelas.
Sebenarnya tidak berbeda jauh dengan anak kecil didepannya ini. Kei mengakui jika anak yang menyebut dirinya sendiri Kayi itu, atau lebih tepatnya roommate barunya ini memiliki struktur tubuh yang cukup mirip dengannya. Hanya saja 'Kayi' lebih berisi, dengan kepala dan pipi bulatnya itu. Menurut Kei, bocah dihadapannya lebih mirip dengan boneka porselen atau barbie versi laki-laki. Cant-
Kei menampar pelan pipinya. Menyesal telah berpikir begitu. Hal itu malah membuat bocah dihadapannya terkejut.
Mendengar bocah berwajah bule itu mengatakan hal itu dengan wajah polos tanpa dosanya, Kei hanya bisa menghela napas. Entah apa yang akan terjadi untuk setahun kedepan mereka menjadi teman sekamar. Tolong doakan agar Kei tetap berada disini untuk melanjutkan kuliahnya, dan bukan pindah ke rumah sakit jiwa.
---
Halooooo~~!!
Crackpairnya kakak!
Gatau yaa, tapi pengen aja bikin cerita tentang mereka. Sebenernya niatnya mah udah lama banget. Sejak TXT ketemu &Audition ituu. Dari foto ini jugakk!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tapi, dijadiin draft terus! Baru kesampean up sekarang wkwk. Gatau ini mah ada yang mau baca atau enggak 😭😭
Yaudalaaa, makasii yang udaa mau bacaa!! Byebyee~~