05. TEMPAT BARU

64 44 37
                                    

"Bisa jadi dihari ini kau enggan,
tapi di esok hari kau mendambakan."
~ Seehab

Happy reading....

Di kobong putra, Ridwan tengah asik menjemur kasurnya di depan kobong, sesekali laki-laki itu bersholawat.

"Panas-panas gini emang cocok buat manjain kesayangan gue nih. Karena lu udah setia nemenin gue merajut mimpi, sekarang giliran gue manjain lu! " Ucap Ridwan seolah-olah sedang berinteraksi dengan makhluk hidup.

Ridwan kembali bersholawat dengan sapu lidi ditangannya menepuk-nepuk kasur kesayangannya.

"Lagi ngapain, lu? " Fadil menepuk pundak Ridwan tiba-tiba.

Ridwan terperanjat, namun sedetik kemudian dirinya menetralkan ekspresinya, "Lagi mandi! Punya mata juga, masih aja nanya! " Timpal Ridwan sinis.

Fadil hanya tertawa melihat raut kesal sahabatnya itu.

"Lu katanya ke toko cuma sebentar, tahu-tahunya berjam-jam! Atau jangan-jangan lu didepan sana godain cewe cakep dulu, ya? Kira-kira lu, godain cewek gak ajak-ajak gue. " Ridwan menampilkan raut pura-pura merajuk.

Merasa risih Fadil mengusap wajah sahabatnya.

"Mata lu berjam-jam! Lagian siapa juga yang godain cewek cakep? Yang ada juga gue malah ketemu sama cewek urakan gitu! "

"Siapa emang? "

"Biasa si anak baru itu! " Ridwan mangut-mangut memahaminya.

"Asal lu tahu ya! Itu cewek tiba-tiba ngamuk, bahkan mau ngelempar gue pake kursi, gila kan tuh cewek? "

"Tuh, cewek ngamuk pasti karena lu cari gara-gara duluan, kan? Kalau emang iya, wajarlah tuh cewek ngamuk! "

Fadil tak terima dirinya disalahkan, ia berinisiatif untuk membela diri. Tapi tiba-tiba jari telunjuk Ridwan menempel pada bibirnya.

"Gak usaha ngelak! Gue tahu lu, Dil! Lu itu suka cari gara-gara sama orang. Gue saranin ya, lu jangan terus-terusan berantem sama tuh cewek! Bisa-bisa lu suka sama dia! " Ridwan berusaha mengingatkan sahabatnya yang usilnya minta ampun.

Fadil menghempaskan tangan laki-laki itu, "Gue gak bakalan suka sama cewek kayak dia! Udah urakan, galak lagi. Pokoknya dia bukan tipe gue banget! " Elak Fadil

"Kita liat aja nanti! "

Dengan tersenyum miring, Ridwan melanjutkan acara memanjakan kasur kesayangannya, kembali bersholawat mengabaikan Fadil yang pergi dari hadapannya.

***

Di pagi hari yang cerah, dua orang gadis dengan seragam putih biru sedang menunggu angkutan umum yang lewat. Keduanya asik bercerita hingga tertawa ria. Tawa keduanya terhenti tatkala sebuah angkot berhenti dihadapannya, keduanya menaiki angkot dengan perasaan waswas. Karena ini merupakan hari pertama keduanya bersekolah di tingkat SMA.

Sesampainya disekolah, keduanya diarahkan oleh para OSIS untuk berkumpul dilapangan, untuk melakukan perkenalan.

Waktu istirahat tiba, Nayla dan Maryam memutuskan untuk pergi ke kantin, mengisi perut-perutnya yang keroncongan. Keduanya memesan makanan untuk mengganjal perutnya yang kosong, setelah memesan Nayla dan Maryam duduk di bangku panjang. Tak berselang lama, seorang laki-laki menghampiri bangku mereka dengan berkas-berkas ditangannya.

"Permisi, boleh ikut duduk disini, gak? " Izin laki-laki bername tag Akbar Maulana.

"Silahkan, kak! " Melihat dari penampilannya, Nayla dan Maryam bisa memastikan bahwa laki-laki itu merupakan kakak kelasnya yang menjabat sebagai OSIS.

Laki-laki bernama Akbar itu memanggil pedagang kantin, untuk memesan makanan. Ia terus berkutat dengan berkas-berkas dihadapannya, hingga pesanannya tibapun ia masih asik berkutat dengan berkas-berkas, sesekali memakan pesanannya.

Tiba-tiba tanpa sengaja, Maryam menyenggol minumannya. Hingga minuman itu terus merambat diatas meja hingga mengenai berkas-berkas kakak kelasnya. Kedua gadis itu panik. Lantas Maryam buru-buru mengelap meja yang basah akibat ulahnya.

Dengan wajah ketakutan, Maryam menghampiri kakak kelasnya yang berada di kursi sebrangnya.

"Maaf, Kak. Aku gak sengaja! Aku benar-benar minta maaf, Kak. " Maryam merasa ketakutan apalagi sekarang dia menjadi pusat perhatian.

Akbar masih mengibas-ngibas berkasnya, agar cepat mengering. Namun, tak kunjung mengering. ia mendongak melihat gadis dihadapannya ketakutan. Kemudian ia berdiri menghembuskan napasnya sekejap, melihat gadis itu semakin ketakutan.

"Kamu gak usah ketakutan gitu! Saya gak akan ngapa-ngapain kamu! " Ucap Akbar tenang.

"Tapi aku udah buat berkas-berkas kakak basah. Pasti itu penting banget! "

Akbar tersenyum melihat Maryam merasa bersalah, "Kamu tenang aja ini hanya berkas biasa dan bisa bikin lagi! Ya udah, kalau gitu saya duluan. " Maryam bernapas lega menatap kepergian Akbar.

"Maryam, kamu gak papa? " Tanya Nayla memastikan.

Maryam hanya tersenyum menanggapi Nayla, "Kita ke lapangan aja, yuk! " Ajak Maryam.

Hari semakin sore, Nayla dan Maryam baru saja selesai melaksanakan sholat ashar. Keduanya memutuskan untuk langsung pulang. Disepanjang koridor keduanya asik bercerita mengenai hari pertama sekolah, sesekali Nayla menggoda Maryam atas kejadian siang tadi.

Ketika keduanya sedang asik bercerita, tiba-tiba tanpa sengaja Nayla menyenggol seseorang yang sedang berdiri dihadapannya bersama teman-temannya. Awalnya Nayla merasa waswas karena dilihat dari seragamnya, pasti laki-laki itu kakak kelasnya. Ia berinisiatif untuk meminta maaf, tapi ketika mengetahui siapa laki-laki itu, Nayla merasa enggan.

"Ck, Neng toa. Punya mata gak sih? Maen senggol-senggol aja! " Hardik Fadil dengan tatapan tajam.

"Ya, lagian situ. Ngapain berdiri ditengah jalan! " Nayla membalas tatapan lawan bicaranya.

"Ngapain kamu disini?" Tanya Fadil melihat penampilan Nayla, "Tunggu... tunggu. Jangan bilang, kamu murid baru disini. " Sambungnya.

"Kalau iya kenapa? Masalah gitu? "

"Berarti aku pasti ketemu terus sama cewek modelan kayak kamu! Ogah banget! " Ucap Fadil

"Lagian siapa juga yang mau ketemu sama kamu terus. Tahu gini aku bakal minta ayah buat gak sekolah disini! " Sengit Nayla tak mau kalah.

"Dasar anak ayah! " Fadil tersenyum miring mengejek.

Ridwan merasa jengah melihat pertengkaran keduanya, begitupun Maryam dan teman-teman Fadil yang lain. Ridwan berdiri diantara Fadil dan Nayla untuk melerai pertengkaran keduanya.

"Sudah ya, Nayla, Fadil. Kalian itu berantem terus kerjanya. Entar kalian jodoh lagi! Kan bisa berabe kalau misalnya nanti kalian berantem diatas pelaminan!"

"Ih, amit-amit! " Keduanya bersamaan.

Karena enggan melihat kedua makhluk dihadapannya berantem lagi. Ridwan menyuruh Maryam untuk segera membawa Nayla pulang.

Ridwan menatap datar sahabatnya, "kebiasaan lu! Gak di mana-mana kerjanya berantem mulu! "

"Dia duluan yang mulai! "

"Ck, udah dia mah biarin aja! " Ucap Ridwan pada kedua sahabatnya Arhan Rabani dan Randi Izzuddin. Meninggalkan Fadil dan diikuti kedua sahabatnya.

"Woy, kok gue ditinggalin? " Teriak Fadil.

Fadil berlari, mengejar ketiga sahabatnya yang dengan santai melangkah meninggalkan dirinya tanpa menghiraukan teriakannya.

Jangan lupa Vote dan Komen, yaa...

Cinta Dalam Pesantren (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang