09. DIHUKUM BARENG

36 21 14
                                    

Happy Reading...

Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah, semua para jemaah meninggalkan masjid. Begitupun seorang pemuda berjalan dengan langkah gontai, sesekali menguap menahan kantuk.

"Astagfirullahaladzim! Dil, lu kalau nguap itu tutup. Bisa-bisa setan pada masuk ke mulut lu! " tutur Ridwan sesampainya dikamar.

"Ck, berisik lu ah! Minggir gue mau tidur, " Fadil sedikit menggeser sahabatnya.

"Eh, mana boleh abis sholat subuh tidur lagi! "

"Tau ah! Gue udah ngantuk banget! " ucap Fadil.

Ridwan menggelengkan Kepala melihat sahabatnya benar-benar tidur lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk mandi siap-siap berangkat sekolah.

Sekembalinya dari rutinitas mandinya. Ridwan dibuat melotot oleh Fadil. Pasalnya pemuda itu masih asik tidur dikasur kesayangannya.

Ridwan membangunkan Fadil dengan cara memukul-mukul menggunakan handuk di genggamannya.

Merasa terusik, Fadil menarik handuk digenggaman sahabatnya kemudian ia lempar asal.

"Lu mau berangkat sekolah gak? Udah siang juga! Semalam gue bilang apa! Jangan begadang sampai pagi! Mentang-mentang waktunya bisa pengang HP, maen game sampai berjam-jam, " ucap Ridwan seraya mengenakan seragamnya.

"Giliran waktunya sekolah aja malah molor gini. " sambungnya

Fadil malah asik tidur tak mendengarkan sahabatnya.

"Dil, ayo dong bangun! Gue gak mau sampai telat! " kesal Ridwan.

Dengan perasaan kesal karena Fadil tak kunjung bangun. Ridwan memutuskan untuk berangkat tanpa Fadil. Biarkan saja dia telat. Salah sendiri kebluk di waktunya sekolah. Batin Ridwan.

Selang beberapa menit kemudian, Fadil terbangun oleh alarm dari Hp-nya. Ia meraba-raba kasur mencari keberadaan benda pipih itu. Ia terkejut tatkala melihat waktu yang tertera pada benda itu. Menunjukkan pukul setengah tujuh.

Lantas ia bangkit dari tidurnya dan berlari ke toilet untuk mandi.

Di lain tempat, seorang gadis terus menggerutu menunggu angkutan umum yang lewat. Sudah beberapa menit ia menunggu tapi tak kunjung lewat.

Tak selang beberapa menit, ia melihat sebuah angkot yang sedang melaju ke arahnya.

"Bukannya dari tadi kek! Bisa-bisa telat nih, apalagi 5 menit lagi masuk! " Gerutu Nayla tepat saat angkot berhenti dihadannya.

Tak ingin membuang-buang waktu lagi, Nayla langsung masuk duduk dibelakang bersama penumpang lainnya.

Dari arah gerbang pesantren seorang pemuda berlari menghampiri angkot dan duduk didepan samping supir.

Sesampainya disekolah, Nayla langsung turun. Ia mendesah tatkala melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Begitupun Fadil. Selain itu Fadil terkejut melihat seseorang yang begitu familiar berada didepan gerbang dengan tas masih di gendongannya dan ia baru menyadari siapa yang barusan turun dari angkot bersamaan dengannya.

"Neng toa! " Panggil Fadil.

"Loh, Kang Fadil telat juga! " sahut Nayla terkejut.

"Kamu kenapa telat? " tanya Fadil.

"Lama nunggu angkot yang lewat, jadinya telat deh! " timpal Nayla. "Kang Fadil sendiri kenapa telat? "

"Emm... Biasalah urusan cowok. Kamu gak usah tau! " Fadil mencoba menutupi, gengsi mengatakan yang sebenarnya.

Nayla mengerutkan keningnya, tak mengerti maksud Fadil.

Karena tidak mungkin keduanya terus berdiam diri diluar. Maka keduanya menghampiri satpam yang bertugas menjaga sekolah.

"Mang, buka dong gerbangnya kita mau masuk nih! " melas Fadil pada penjaga sekolah.

"Ya mana bisa atuh! Kan kalian teh telat jadinya kalian gak bisa masuk! "

"Ayo, atuh mang. Gak kasian apa sama kita? "

"Yang namanya peraturan mah tetap peraturan we. Kalau misalnya sekolah ini teh punya mamang mah pasti kalian mamang masukin! "

Kedua insan itu merasa kesal karena penjaga sekolahnya tak kunjung membukakan gerbangnya. Meski keduanya sudah memohon-mohon.

Sementara itu tepat diarea parkiran, seorang pria paruh bayu sedang mengambil berkas di mobilnya. Setelah dirasa berkasnya lengkap tak ada yang ketinggalan, ia memutuskan untuk kembali ke ruang guru.

Tapi baru beberapa langkah, netranya melihat dua orang muridnya masih diluar gerbang. Ia pun menghampirinya dengan tampang garangnya. Karena guru tersebut dikenal sebagai guru killer disekolah.

Suara dehemannya mengalihkan perhatian ketiga orang didepannya.

"Eh, Pak Dandi! Apa kabar Pak? " tanya Fadil so ramah.

"Apa kabar, Apa kabar! Kenapa kalian terlambat? " tanya Pak Dandi galak.

"Karena tadi saya ada urusan dulu pak! " timpal Fadil cengengesan.

"Urusan, urusan! Mang Asep tolong buka gerbangnya! "

Mang Asep pun menurut.

"Karena kalian terlambat. Maka kalian saya hukum! Kalian harus membersihkan halaman sekolah sampai bersih! " ucap Pak Dandi

"Tapi pak--"

"Tidak ada tapi-tapian! Dan ingat jangan dulu selesai sebelum bel istirahat! " final Pak Dandi berlalu.

Tring... Tring...

Kini Nayla dan Fadil sedang duduk didekat lapangan. Keduanya sedang menungguu Ridwan yang sedang membeli minuman di kantin. Setelah bel istirahat, Fadil menghubungi laki-laki itu untuk membelikan minuman untuk keduanya.

Tak lama berselang keduanya melihat Ridwan, Arhan dan Randi sedang berjalan menghampiri nya.

"Nih minumannya! " Ridwan menyodorkan minuman pada Fadil.

"Keliatannya cape banget! " ucap Ridwan melihat Fadil memberikan minuman pada Nayla.

"Oh iya, Nay. gimana rasanya? Enak? "

Ditanya seperti itu Nayla mengerutkan keningnya, tak mengerti. Begitupun dengan ketiga sahabatnya melongo mencerna  pertanyaan yang dilontarkan Ridwan pada Nayla.

"Enak? Maksudnya enak apaan? " tanya Arhan.

"Ya enak. Dihukum maksud nya! "  ketiga sahabatnya hanya berdesus.

"Lu kalo ngomong yang bener! bikin otak orang traveling aja! " ucap Randi.

Ridwan berdecak. "Otak lu pada aja yang kotor! "

Nayla menggelengkan kepalanya mendengarkan obrolan kakak-kakak kelasnya.

"Eh, aku ke kelas duluan ya! " diangguki keempat pemuda itu Nayla pergi meninggalkan segerombolan pemuda itu.

Dengan senyuman kecil diwajahnya. Fadil terus memandang punggung Nayla hingga tak nampak lagi.

"Nayla cantik ya? " goda Ridwan melihat tingkah sahabatnya.

"Iya! " ucap Fadil tersenyum. "Eh, enggak! " Fadil salting menyadari ucapnya barusan.

Melihat itupun ketiga sahabatnya tertawa. Ternyata seorang Fadil bisa salting juga. Dengan merutuki dirinya Fadil meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih asik menertawakan kebodohannya.

Jangan lupa vote dan komennya!!

Cinta Dalam Pesantren (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang