"Aku terlalu mengharapkan-mu, hingga melupakan batasan-ku dalam mencintai-mu. "
~ Nayla Azzahra.Happy Reading...
Warna jingga diufuk barat telah menyapa, burung-burung beterbangan kembali ke peraduannya. Seorang gadis duduk disudut kamar menikmati semangkuk mie buatannya, dengan satu kaki diangkat. Mengabaikan seragam sekolah yang masih melekat pada tubuhnya, asalkan perut kosongnya terisi.
Ditengah asik menyantap semangkuk mie ditangannya. Dua sosok gadis menghampirinya. Tapi ia merasa bodoamat dan melanjutkan acara makannya.
"Nay, kok masak mie gak ngajak-ngajak! " ucap sosok bernama Sopi.
"Ngapain juga ngajak-ngajak! Yang ada kalian malah minta! " timpal Nayla.
"Pelit! Ya sekiranya ajak-ajaklah kalau mau masak itu kan biar enak ke kitanya ya gak? " tanya sosok bernama Intan dan di angguki oleh sopi.
"Gimana mau ngajak coba orang kaliannya juga gak tau dimana! Belum tentu juga kalau aku ajak kalian mau. Daripada buang-buang waktu mendingan masak sendiri aja! " ucap Nayla masih menikmati makanannya.
"Ya udah deh. Terserah kamu aja! " ucap sopi. "Eh kalian tau gak-"
"Gak tau! " Potong Nayla dan intan bersamaan.
"Ih, aku itu mau ngomong serius sama kalian! " Kesal sopi. "Tadi pas aku mau ke warung depan beli sabun mandi. Aku liat Rini sama Kang Akiel lagi berduaan di bengkel depan! Kira-kira menurut kalian mereka ada hubungan apa ya sampe berduaan gitu? "
Mendengar penuturan temannya, Nayla tertegun.
"Kamu serius, pi? Kamu gak salah liat atau apa gitu? " tanya Nayla.
"Ck, ya enggak lah, nay! Mataku itu masih sehat. Jelas-jelas aku liat mereka lagi berduaan dengan mata kepalaku sendiri! " timpal Sopi.
"Eh, aku juga pernah denger. Si Rini sama CS-nya itu suka ngomongin tentang Kang Akiel! Bisa aja mereka diam-diam punya hubungan! Iya gak? " ucap Intan dan di angguki oleh temannya. Sopi.
Hati Nayla seperti diiris-iris, sakit rasanya. Ketika hati kita mendambakan sosok dirinya, tetapi orang lain yang menjadi pilihan hatinya.
"Nay, kenapa? " Intan melihat Nayla murung.
Nayla tersentak mendengar pertanyaan Intan.
"Enggak, kok! Eh, bentar lagi maghrib. Aku mandi dulu gerah! " Nayla bangkit membawa handuk dan peralatan mandi.
"Oh iya, ini buat kamu aja! " Nayla memberikan mangkuk digenggaman nya pada Sopi.
Sopi melotot atas tingkah temannya. Pasalnya Nayla memberikan mangkuk yang sudah kosong kepadanya. Jadi secara tidak langsung Nayla telah menyuruhnya untuk mencucinya.
Sedangkan Intan. Ia hanya tertawa melihat tingkah Nayla yang selalu mengerjai temannya.
Adzan maghrib telah berkumandang. Penduduk pesantren berbondong-bondong untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Dengan tergesa-gesa, Nayla mengenakan mukena nya. Ia berlari meninggalkan kamarnya menuju masjid begitu mendengar iqomah berkumandang. Aduh mudah-mudahan gak telat. Batin Nayla.
Masih dengan berlari. Tiba-tiba tanpa sengaja Nayla menabrak seorang pemuda dari arah samping.
"Aduh, neng toa. Kenapa sih hobi banget nabrak-nabrak orang? " geram pemuda itu.
"Ya maaf. Lagian juga gak sengaja! " timpal Nayla.
"Lain kali kalau jalan tuh liat-liat! "
Nayla memutar bola matanya malas. " Iya, Kang Fadil. Lain kali aku bakal liat-liat jalannya! Udah ya, udah telat nih! "
Bukannya menjawab, Fadil malah memincingkan matanya. Ia merasa aneh dengan gadis dihadapannya. Biasanya ketika berbicara dengan nya, gadis itu selalu bersikap tidak ingin mengalah. Namun kali ini berbeda.
"Assalamu'alaikum." Perhatian keduanya teralihkan oleh sapaan seseorang.
"Waalaikumsalam. " Keduanya serempak.
"Maaf. kenapa kalian masih diluar? Bukannya berjamaah sudah dimulai ya! "
"Emm... Kalau gitu aku masuk duluan, " ucap Nayla menunduk enggan melihat sosok dihadapannya
Melihat kepergian Nayla. Fadil memasang tampang belagu terhadap sosok dihadapanya.
"Lu sendiri ngapain masih disini? " tanya Fadil.
"Saya baru pulang setelah mengantarkan sanak saudara Abah kyai! "
Tanpa mengatakan sepatah katapun. Fadil langsung masuk ke masjid tak menghiraukan keberadaan Akiel.
Mendapat perlakuan seperti itu, Akiel menggelengkan kepalanya. Ia sudah terbiasa dengan sikap Fadil terhadapnya.
***
Di langit yang hitam Bulan memancarkan cahayanya. Hembusan angin menemani malam yang sepi.
Seorang gadis duduk termenung seorang diri diatas atap kobong. Netranya memandang hamparan langit yang dihiasi kelap-kelip bintang. Raganya menikmati suasana disekitarnya. Namun, pikirannya berkelana meratapi nasib cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
Tak bisa ditahan lagi, Nayla menumpahkan rasa sakitnya dengan menangis.
"Kenapa bisa sesakit ini, Ya Allah. Kenapa aku bisa suka sama Kang Akiel? Kenapa aku bisa secinta ini? Dan kenapa harus Kang Akiel? "
Tangisan Nayla pecah bersamaan dengan hembusan angin yang semakin kencang.
"Sakit... Sakit! " Di sela-sela isakannya Nayla memukul-mukul dadanya.
Setelah dirasa dirinya sudah tenang, Nayla memutuskan untuk kembali ke kamarnya beristirahat. Karena malam semakin larut.
Ditempat lain. Tepatnya diatas atap kobong putra seorang pemuda melihat kepergian Nayla dengan tatapan sendu. Ia sudah berada di sana sejak sebelum Nayla naik ke atas atap kobong putri.
Ia melihat semuanya. Bahkan ia melihat isakan tangis Nayla yang membuatnya iba. Ia ingin menghampiri menguatkan jiwa yang rapuh itu dan menjadikan bahunya sebagai sandaran untuk nya.
"Kenapa saat melihatmu terluka hatiku merasa sakit? Meskipun aku gak tau apa yang membuatmu begitu terluka? "
Dengan perasaan sedih, pemuda itu meninggalkan atap kobong memutuskan untuk istirahat bersama teman-temannya yang sudah terlelap.
Jangan lupa vote dan komen!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Pesantren (On Going)
Fiksi Remaja📌Harap Follow dulu sebelum baca!!! Ini kisah tentang Nayla Azzahra, seorang gadis periang yang bermimpi menjadi seorang pramugari. Namun, sayang. Sang Ayah malah memasukannya ke sebuah pesantren, dengan dalih agar Nayla bisa belajar mandiri dan me...