Chapter 08

3.4K 514 213
                                    

Embusan napas berat itu terdengar jelas, netra berkilau menatap lekat pada penghalang ruang yang tertutup sangat rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Embusan napas berat itu terdengar jelas, netra berkilau menatap lekat pada penghalang ruang yang tertutup sangat rapat. Bibir ranumnya tanpa sadar terlipat ke dalam, jemari lentik saling bertaut karena rasa ragu untuk melangkah masuk menghampiri sosok mungkin kini sedang merajuk.

[Name] berdiri di hadapan pintu berwarna putih berusaha mengumpulkan sejuta keyakinan, haruskah ia mengetuk agar lebih sopan dan menghindari segala macam ancaman bahaya?

"Persetan dengan rasa sopan!"

Sebelah tangan pun memilih segera memutar kenop pintu, membuka perlahan dengan mata sedikit mengintip demi berjaga-jaga jika ada serangan yang tiba-tiba datang di saat dirinya melangkah tanpa senjata satu pun. Bisa saja ruangan ini lebih mengerikan dari yang sebelumnya ia tempati; dipenuhi organ tubuh manusia, atau mungkin menjadi tempat hewan buas lainnya akan langsung menerkam tanpa ampun ketika melangkah masuk terasa mengganggu kenyamanan.

Namun, segala dugaan yang memenuhi kepalanya beberapa saat lalu seolah hilang begitu saja ketika netra berkilau itu berhasil menangkap kondisi ruangan yang dipijaknya kini. Kedua mata mengerjap berulang kali dengan cepat, bibirnya bahkan refleks terbuka nyaris menganga lebar karena rasa tidak percaya menyelimuti hati.

Ruangan ini, sangat jauh berbeda dengan tempat favorit Rintarou. Di sini memang tidak ada satu pun organ tubuh manusia yang sudah mati, tetapi keseluruhan celah dipenuhi oleh foto dirinya yang diambil dari berbagai sudut dan juga waktu tanpa henti. Dimulai dari masa kanak-kanak, remaja, hingga menginjak dewasa. Saat melukis senyum manis, bahkan menangis pun ada untuk melengkapi setiap lembaran potret yang memenuhi dinding dan tergantung begitu rapi di sana.

Terfokus pada bagian mata, hidung atau bahkan bibir. Berbagai macam ekspresi wajahnya tercetak jelas tidak ada kegagalan sedikit pun, entah itu wajah cantik sampai terjelek benar-benar ada di sini terpajang begitu apik.

Dan [Name] bisa melihat jika Rintarou sedang duduk membelakangi di sana, pria itu perlahan memutar kursi untuk berbalik ketika menyadari jika sang wanita datang menghampiri bahkan memperhatikan tanpa rasa takut meski tubuhnya terlihat bersandar pada pintu berusaha memberikan jarak aman dengannya.

Sang pria bangkit kemudian melangkah menghampiri, membuat [Name] refleks mengepalkan kedua tangan kuat bersiap memberi pukulan jika Rintarou menyerang atau berniat melukainya lagi. Tetapi, dugaannya kembali meleset begitu saja saat pelukan hangat terasa menyapa tubuhnya, merengkuh begitu erat membuat kepalan kuat wanita itu melemah dengan mata mengerjap berusaha memproses apa yang sedang terjadi.

[Name] bahkan menahan napas sesaat, karena jujur saja bau amis darah masih tercium dari pakaian sang pria yang kini menyembunyikan wajah di ceruk lehernya seolah melepaskan seluruh beban pikiran dalam kepala.

[1] NEPENTHE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang