Chapter 17

2.9K 402 113
                                    

Deru suara knalpot mobil hitam mengkilat itu, terdengar nyaring ketika memasuki pekarangan mansion megah dengan penjagaan ketat diberbagai sisi bangunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deru suara knalpot mobil hitam mengkilat itu, terdengar nyaring ketika memasuki pekarangan mansion megah dengan penjagaan ketat diberbagai sisi bangunan. Terparkir sembarangan, lalu membuka pintu tergesa dengan kedua tangan setia merengkuh wanita pujaan yang bersimbah darah hampir tak sadarkan diri dalam pelukannya.

Rintarou berlari terburu tanpa memedulikan apa pun lagi selain keselamatan wanitanya, sorot mata sipit itu bahkan terlihat benar-benar khawatir dan panik bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, di saat kondisi lemah tak berdaya karena luka yang diterima, [Name] sesekali mengerang tertahan dan terus merapatkan tubuh tanpa henti berusaha untuk melawan gejolak panas yang semakin menguasai.

Efek cairan sialan itu benar-benar membuat Rintarou emosi bukan main, ia jelas tidak bisa melihat sang pujaan tersiksa hanya karena terluka dan menahan gairah tinggi di saat bersamaan seperti ini.

"SHIN!"

"Kau terlambat 15 detik."

Shinsuke melangkah untuk menghampiri, ia segera mengambil alih tubuh sang wanita dari gendongan Rintarou tanpa dosa sedikit pun.

Si surai dwiwarna bahkan berlalu pergi begitu saja untuk menangani [Name] di tempat favorit karena sang wanita jelas membutuhkan pertolongan dengan cepat, hanya melihat kondisinya saja sudah bisa diprediksi jika luka pada kaki itu sangat dalam sebab darah yang mengalir banyak sekali dan ini semua juga diperparah ulah Rintarou, pastinya.

Melihat itu, sontak Rintarou berdecak kesal. Kaki jenjangnya segera berlari untuk menyusul sang sahabat yang seenaknya membawa kabur sosok idaman.

"Oi! Jangan menyentuh wanitaku sembarangan!"

Kedua tangan menidurkan [Name] perlahan, Shinsuke segera mengambil peralatan medis dan memakai sarung tangan juga masker tanpa melirik Rintarou yang kini ikut sibuk menarik kursi untuk duduk di samping ranjang sang wanita pujaan.

Jemari mengambil obat bius dan tanpa permisi menyuntikkan pada tubuh [Name] yang terus bergerak tidak nyaman, si surai dwiwarna hanya tak ingin mengulur waktu lebih lama karena ia juga harus bergegas pergi dari mansion ini.

"Ck! Kenapa kau memberinya obat bius total?"

"Lalu? Aku harus membungkam suara erangan itu dengan barang kebanggaanku, begitu?"

"Abaikan suara nakal itu. Maksudku, kau bisa mengobati lukanya tanpa bius. Lagi pula, menjahit kaki saat kondisi pasien tersadar itu menyenangkan asal kau tahu."

"Lebih baik kau keluar, Rintarou."

Rintarou menggeleng cepat, sebelah tangannya terulur untuk memeluk leher [Name] dengan kepala mendusel manja seperti anak kecil.

"Tidak. Aku akan tetap di sini. Menemani [Name] dan tidak akan meninggalkannya satu detik pun."

"Kalau begitu, jaga jarak aman. Aku tahu bagaimana isi kepalamu jika melihat darah seperti ini. Ingat, dia bukan mainanmu."

[1] NEPENTHE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang