Chapter 09

3.6K 472 193
                                    

Ruangan serba putih yang kini ditempati olehnya terasa begitu tenang, tidak ada suara apa pun kecuali alat pendeteksi detak jantung yang berada di samping ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan serba putih yang kini ditempati olehnya terasa begitu tenang, tidak ada suara apa pun kecuali alat pendeteksi detak jantung yang berada di samping ranjang. [Name] masih belum sadarkan diri setelah tabrakan gila yang membuatnya harus kehilangan banyak sekali darah, wanita itu bahkan mengalami pergeseran sendi kaki karena hantaman keras antara jalanan dan tulang bagian lututnya.

Melihat sosok idaman yang terbaring begitu pucat membuat iris kelabu itu berkilat penuh dengan amarah menggebu, sering kali Osamu menghela napas berat dengan sorot mata menggelap dikuasai emosi sulit terkendali. Jemarinya kini menyusur untuk mengusap wajah [Name] dengan pelan, lagi-lagi mengagumi setiap inci kecantikan yang selalu berhasil membuatnya mendamba tanpa pernah bisa ia hentikan.

Menatap bagaimana mata dengan netra berkilau itu terpejam begitu rapat, dihiasi bulu mata lentik yang sangat memikat. Hidung mancung kecil yang memesona dengan terpaksa harus dipasang selang oksigen sebagai alat bantu pernapasan, lalu bibir ranum yang selalu melukis senyum menawan dan begitu candu kini sangat pucat seperti tidak ada kehidupan.

Ah! Osamu tidak bisa melihat bidadarinya terbaring lemah seperti ini!

Jutaan kali ia selalu berusaha menjaga wanita pujaan agar jauh dari tangan berbahaya, nyatanya tetap saja ada celah yang membuatnya harus merasakan sakit karena tindak tak bertanggung jawab di luar sana.

Bajingan mana yang berani membuat sang idaman terluka seperti ini?

Jika bertemu, maka Osamu akan patahkan lehernya tidak peduli siapa pun itu.

Si surai kelabu menautkan jemarinya dengan sang wanita begitu erat, menggenggam dan memberikan kecupan pada punggung tangannya berulang kali. Pria itu bahkan menghujani setiap jari lentik [Name] dengan ciuman yang hangat, tidak berniat sedikit pun untuk menghentikannya meski hanya sesaat.

"[Name] ..."

Kecupan itu terus menyusur naik sesekali menggigit lengan sang wanita, Osamu bahkan sedikit mencondongkan tubuh untuk mengecup leher [Name] dan wajah pucatnya di sana. Bibirnya terus bergerak tidak melewati satu inci pun, gejolak panas dalam dada kembali menguasai meski sosok wanita pujaan masih belum sadarkan diri. Sebelah tangan menangkup pipi dan mengusapnya lembut, si bungsu Miya menatap sang wanita begitu lekat dengan tatapan memuja tersirat sangat jelas.

Ia semakin mendekat dan mengikis jarak di antara wajah keduanya, menyatukan bibir yang terkatup dan mencumbu untuk kesekian kalinya walau wanita itu tak akan pernah menyadarinya. Menyesap kuat bibir manis yang selalu berhasil membuatnya lupa diri, Osamu nyaris menaiki ranjang jika tidak ingat mereka sedang berada di Rumah Sakit.

"[Name]-ku ..."

Deru napasnya memburu, pria itu berusaha menahan gairah agar tidak membuat masalah jika ada pihak keluarga atau bahkan rekan kepolisian yang tiba-tiba masuk untuk berkunjung setelah mendapatkan kabar darinya. Tubuhnya kembali mundur menjauh dan terduduk dengan tenang, namun sorot matanya masih tetap terfokus pada sang wanita tidak sedetik pun ia berpaling pada yang lainnya.

[1] NEPENTHE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang