2. dua

18 6 0
                                    

Sedikit memoleskan litbalm pada bibirnya, kini Adel sudah siap. Ia mengambil tasnya kemudian keluar kamar menuju dapur.

"Morning ma, pa," sapa Adel. Ia pun ikut sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Morning too, sayang" jawab mereka berbarengan.

Tidak ada yang berbicara saat makan, itu merupakan peraturan keluarga Adel. Tidak boleh berbicara saat makan.

Pitt piittttt

Suara klason motor terdengar. Meskipun begitu, Adel tetap makan dengan santai.  Itu juga salah satu aturan di rumahnya. Jika sahabat-sahabatnya datang, kalo mau masuk ya ketuk pintu, kalo ngga cukup klakson dua kali lalu menunggu. klakson digunakan sebagai kode kalo mereka sudah datang dan akan menunggu di luar saja.

Setelah selesai sarapan, ia menyalami tangan kedua orang tuanya. Ia sudah ditanamkan sikap etika dari orang tuanya.

"Adel pergi dulu ya ma, pa" setelah itu ia pun bergegas keluar menghampiri sahabatnya.

Mereka langsung memakai helmnya masing masing lalu melajukan motornya menuju sekolah.

Mereka menyalip satu persatu kendaraan yang menghalangi jalannya dengan lihai, sehingga hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai disekolah.

Saat memasuki area sekolah, seperti biasa, mereka menjadi pusat perhatian anak-anak SMANSA.

Astaga! Eric makin cakep aja!

Del, bisa tukeran gak sih!

Vero cutee

Alden lo bikin gue ketar ketir!

Ian, senyum Lo bikin gue mleyot!

Mereka ber-lima berjalan tanpa memperdulikan pekikan-pekikan heboh itu.

Saat di koridor sekolah, Alden berjalan berlawanan dengan arah kelas mereka. Kemudian mereka mengangguk paham, kemana Alden akan pergi.

"Alden mau kemana?" Tanya Vero.

"Lo gak tau Alden kemana?" Vero menggeleng sebagai jawaban."Trus kenapa tadi Lo ngangguk-ngangguk?" Tanya Ian. Mereka berbicara sambil berjalan menuju kelas.

"Karna kalian ngangguk, makanya gw ikutan" jawab Vero dengan jujur. Ternyata tidak semuanya mengerti.

Ian tersenyum paksa kemudian berhenti lalu mengadahkan kepalanya menatap plafon sekolah. Melihat Ian berhenti, membuat Vero,Eric dan Adel juga ikut berhenti, memperhatikan ian dengan seksama

"Ya tuhan, apakah sahabatku memiliki kelainan pada otak? Bisakah otaknya di update agar tidak lemot menangkap pembicaraan? Saya cape, kesabaran saya sudah habis. Jika tidak bisa di update, maka gantilah yang baru. Berikanlah anug---" ucapannya terhenti kala ketiga sahabatnya menyeretnya, seperti seekor hewan.

"Woy lepas!,"

"Gue bukan hewan Bambang"

"Lepasin gue bangke" Ian terus memberontak.

Tiba-tiba Ian terlepas, ternyata Alden yang membantu nya terlepas. Ketika melihat Alden, kekesalannya pada sahabatnya tadi langsung lenyap digantikan rasa kepo yang menggebu.

"Gimana pdkt Lo? Ceritain dong. Gimana gimana" tanya Ian penasaran

Tanpa sadar, mereka sudah sampai di depan kelas. Mereka pun masuk dan menaruh tasnya di tempat duduknya masing-masing lalu berkumpul di meja Alden dan Adel.

"Ceritain yang kemarin atau yang barusan" tanya Alden

"KEMARIN" jawab Vero dan Ian dengan semangat empat lima.

ADEKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang