8. delapan

12 1 0
                                    

Curhat dikit" lagi gak sih😉, jadi aku nulis chapter ini dua hari Gaysss, hehe👍

"Assalamualaikum" sindir Adel pada sahabatnya yang belum mengucapkan salam.

"astagfirullah, ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH" ucap mereka berbarengan, sontak membuat Adel sedikit terkejut.

__________________

Kini mereka berempat sudah ada di taman rumah Adel, yang dijadikan tempat bakar. Ya, cuma berempat karena Alden tadi mengatakan pada Eric bahwa dia sudah otw.

Mereka duduk santai di atas rumput yang beralaskan tikar, mereka belum memulai bakar-bakar nya karena masih menunggu Alden.

"Del, are you okey"

"I'm fine. Why?" tanya Adel pada Eric yang tiba-tiba bertanya seperti itu.

Ting

Belum sempat menjawab pertanyaan Adel, suara notifikasi handphone Eric berbunyi. Raut muka Eric seketika berubah setelah melihat isi pesan itu. Matanya menajam, nafasnya memburu, dan urat-urat lehernya terlihat. Mimik wajahnya seakan menahan amarah yg begitu besar membuat Adel, Ian, dan Vero bergidik ngeri melihatnya.

"Kenapa ric" tanya Vero hati-hati.

Bukannya menjawab Eric malah melemparkan handphonenya yang untung saja langsung ditangkap oleh Vero. Karena penasaran Adel dan Ian pun ikut melihat isi pesan yang membuat Eric marah.

"Anjing" umpat Ian marah

Adel dan Vero masih terdiam setelah melihat isi pesan itu. Adel merasakan hatinya seolah dicabik-cabik. Adel menggigit bibirnya menahan air mata dan Isak tangis yang hampir keluar dan terdengar. "Kita sebagai sahabat hanya bisa mendukung pilihan dia. Itu kan yang Lo pernah bilang ke Ian ric" kata Adel, "gue mau ambil bahan-bahan nya, kalian siapin apinya" setelah memberi instruksi, Adel kemudian pergi ke kamar mandi mengeluarkan tangis yang sedari tadi ia tahan mati-matian.

"Hikss..."

"Lo jahat denn.."

"Lo kenapa nangisin dia sih Del" monolog Adel pada dirinya sendiri

"Gue jahat gak sih, kalo larang Alden buat jalan sama pacarnya"

Ric, kasih tau yg lain gue gak bisa datang Soalnya Nadia ngajak gue ketemu sama keluarganya.ini lebih penting.

Adel mengingat kembali pesan yang dikirim Alden pada Eric, lagi-lagi Nadia yang menjadi penyebab Alden membatalkan rencana rutin bulanan panca abadi. Sehingga yang adel rasakan adalah sangat membenci Nadia.

Setelah membersihkan wajahnya yang habis menangis, Adel keluar toilet dan terkejut melihat vero yang berada di depan pintu toilet sambil mondar-mandir dengan tangan yang memegang aset berharganya.

Ceklek

"Ya Allah Del, Lo ngapain sih dalem kamar mandi lama banget. Nggak tau orang lagi kebelet apa ya" omel Vero lalu menggeser badan Adel yang masih berada di depan pintu toilet sehingga menghalangi Vero buat masuk

"Lo daritadi denger gue ngomong--" ucapan Adel terpotong kala Vero menggeser badannya dan nyelonong masuk ke kamar mandi.

Karna Adel masih memikirkan apakah Vero mendengar ucapannya atau tidak. Jadi, dia menunggu Vero depan pintu sambil mondar-mandir seperti yang dilakukan oleh Vero tadi.

Ceklek

"Ya Allah mamakku nikah lagi" Vero terkejut melihat Adel. "Lo ngintip gue ya Del?" Tuduh Vero sambil menunjuk Adel dengan telunjuknya yang berada dua cm di depan hidungnya.

Adel menepis tangan Vero dengan kasar "enak aja!" Protes Adel "gue cuma mau nanya"

"Nanya apaan"

"Lo tadi denger ucapan gue yang dikamar mandi gak!" Tanya adel tapi lebih mirip dampratan

"Lo nanya tapi lebih ke ngedamprat gue" kesel Vero

"Udah cepet jawab"

"Ya dengarlah kambing. Lo nangis gara-gara Alden kn?" Adel kaget mendengar penuturan Vero yang benar adanya. "Alden tuh emeng gak peka. Mending Lo suruh deh Alden cepetan kesini, baru kita caci maki bersama. Dia jalan-jalan Mulu tanpa kita emeng seru apa. Sok sibuk banget malam Minggu, kayak orang punya pacar" cecar Vero.

Adel hanya bisa menghela nafas panjang. Untung yang mendengar adalah Vero si otak lemot coba Eric atau Ian bisa-bisa jadi rumit.

"Hem, serah Lo deh ver" kata Adel lalu meninggalkan Vero, kemudian mengambil bahan-bahan untuk bakar-bakar malam ini.

"Lama banget Lo ngambilnya" ucap Ian, seraya mengambil alih jagung yang ada dibawa Adel kemudian membakarnya.

"Gue tadi kebelet" jawab Adel.

Adel menata minuman serta Snack, Ian membakar jagung, Eric memasang lampu sebagai penerang, dan Vero yang pulang-balik mengambil makanan dan minuman.

Akhirnya, semua minuman dan beberapa Snack sudah lengkap dan rapi, lampu juga sudah terpasang, dan jagung dan ayam pun sudah jadi

"Makan, makan, makan" ucap Vero lalu memasukkan 1 buah ayam bakar ke mulutnya. "Cheers dulu gak sih" mereka mengangguk lalu 'cheers' bersama

"CHEERS" teriak mereka bersama-sama lalu kemudian tertawa.

"Hari kebangkitan Adel.." teriak Eric lantang

"Hari kebangkitan Adel" ucap mereka lagi mengikuti Eric bersama-sama. Mereka pun kembali tertawa.

"Lo harus selalu kuat, demi Lo sendiri, kita, dan keluarga Lo" ucap Eric

"Del, jangan nyimpan semua beban Lo sendiri, ingat! Ada kita, meski kita nggak bisa bantu Lo setidaknya kita bisa dengar keluh kesah Lo." Imbuh Ian

"Hidup terus berjalan, tapi Lo nggak boleh berjalan menjauhi kita. Nanti Lo tersesat" tambah vero.

"Makasih, Kalian yang terbaik" mereka kemudian berpelukan seperti teletabis.

☄️☄️☄️








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADEKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang