chapter 2

391 39 1
                                    



Draco's POV

Disclaimer : J.K Rowling

Pair : Draco M. & Harry P.

Rate : T

Genre : Romance / Angst

.

#

.

Aku melihatnya disitu, duduk sendiri disudut perpustakaan. Mata hijaunya menerawang keluar jendela, entah apa yang dilihatnya. Selalu begitu, sejak perang berakhir dia lebih memilih menyendiri daripada bersama kedua sahabatnya yang selalu ribut itu. tapi aku bisa mengerti perasaannya, dia lelah, lelah memikul beban sebagai si anak terpilih sepanjang hidupnya, dan aku bersyukur bahwa dia hidup.

Dari sini, dari sudut yang berbeda aku menatap punggungnya yang tampak kesepian, apa yang dipikirkannya? Dia, Harry Potter, musuh besarku selama tujuh tahun di Hogwarts. Musuh? Aku sendiri tak tahu kenapa aku dulu begitu memusuhinya, padahal dia tak pernah melakukan hal yang buruk terhadapku. Mungkin aku iri, ya... aku, Draco Malfoy, yang selalu mendapatkan apapun yang kuinginkan dengan satu kata saja begitu iri melihatnya, karena dia terkenal, dia dipuja banyak orang.

Aku dan keluargaku selalu berlaku buruk padanya, tapi yang membuatku heran kenapa dia mau bersaksi dan meringankan hukuman keluargaku saat sidang setelah perang? Kurasa aku dan ibuku wajar saja sudah menyelamatkannya, karena akhirnya kami sadar kalau Voldemort, penyihir yang selalu orang tuaku junjung tinggi, hanyalah seorang penyihir gila yang tenggelam dalam ambisinya. Tapi itu tak buruk, dengan kesaksiannya orang tuaku hanya dipenjara selama satu tahun untuk mengembalikan nama baik keluarga kami, itu jauh lebih baik daripada hukuman mati yang divonis untuk seluruh pelahap maut.

Karena orang tuaku masih mendekam dalam penjara dan manor masih dalam sitaan kementrian maka pihak kementrian memintaku dan Harry untuk tinggal bersama di Grimmauld Place. Kami tinggal bersama dibawah pengawasan para auror yang terus menjaga kami dan memastikan kondisi kami aman.

Empat bulan bersamanya membuat kami sedikit terbuka, dia banyak bercerita tentang dua sahabatnya, tentang Dumbledore yang selalu menyayanginya, tentang Sirius Black sebagai ayah baptisnya juga tentang Severus Snape yang melindunginya dengan caranya sendiri. Tapi tak sekalipun dia bercerita tentang kedua orang tuanya, karena dia tak pernah mengenal mereka. Aku semakin mengerti kalau yang sebenarnya paling menderita adalah dia, berapa banyak bocah yang bisa bertahan hidup tanpa kasih sayang orang tuanya? Dan dengan egoisnya aku selalu menjahatinya, sekali dalam hidupku aku merasa begitu menyesal, aku menyesal telah menyakitinya.

Selama empat bulan aku semakin mengenalnya, dan entah bagaimana caranya timbul rasa yang berbeda dalam hatiku, aku tak tahu perasaan apa itu, hanya saja aku sudah terbiasa dengan kehadirannya. Sampai saat seminggu sebelum kami kembali ke Hogwarts aku memintanya untuk menjadi... kekasihku? Entahlah, aku tak yakin kalau aku mencintainya. Aku masih ragu walaupun aku sudah menciumnya bahkan sudah memiliki tubuhnya saat malam terakhir di Grimmauld Place.

Kini saat kembali ke Hogwarts perbedaan asrama memisahkan kami, aku tak bisa sering bertemu dia dan bersamanya seperti selama empat bulan lalu. aku mencoba bersikap biasa saja, selama ini kami juga tak pernah lebih dekat saat di sekolah. Aku kembali menutup hatiku, aku anggap saat empat bulan di Grimmauld Place hanyalah sebuah kesalahan, tak mungkin aku, seorang Draco Malfoy, mencintai dia, ini gila.

Dan kini aku masih memandangnya dari sudut yang berbeda di perpustakaan, dia masih melamun. Perlahan aku menghampirinya, "Kalau kau tak berminat membaca buku itu, berikan padaku," kataku dengan nada yang orang tahu hanya milikku.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang