~White Christmas~
Disclaimer : J.K Rowling
Pair : Draco M. & Harry P.
Rate : M
Genre : Romance / Family / Hurt / Comfort
Warning : SLASH, OOC, Modifiate Canon.
.
#
.
Pemuda itu menatap satu persatu teman-temannya yang mulai mengemas koper mereka, rencana-rencana yang terdengar menyenangkan keluar dari bibir-bibir yang tertawa bahagia. Pemuda itu hanya tersenyum kecil, ada sedikit rasa sepi menyelinap di sudut hatinya karena tak ada keluarga yang akan menunggunya pulang saat liburan natal yang akan tiba dua hari lagi.
"Kau yakin tak mau ikut aku ke The Burrow, mate?" tanya seorang pemuda berambut merah yang menghampirinya dan duduk di sampingnya.
Pemuda itu menggeleng pelan, "Tidak, aku sudah berjanji padanya untuk merayakan Natal disini saja," jawab pemuda itu lagi.
"Draco maksudmu?" tanya pemuda berambut merah itu meyakinkan, "Kau setia sekali padanya, Harry," katanya lagi sambil tergelak dan menghindar dari pukulan kecil Harry Potter, sahabatnya selama tujuh tahun di Hogwarts. Pemuda yang menang melawan takdirnya sebagai musuh sang pangeran kegelapan, Voldemort, yang kini tengah menjalin hubungan khusus dengan mantan musuh mereka, Draco Malfoy.
"Bukan begitu, Ron, kami bisa saja menghabiskan Natal di the Burrow ataupun di Grimmauld Place, hanya saja kalau disini kami bisa leluasa menjenguk uncle Lucius melalui jaringan Floo milik kepala sekolah, dengan kawalan beliau tentunya," jawab Harry cepat sambil menyembunyikan rona merah tipis yang menghiasi wajahnya.
Pemuda yang dipanggil 'Ron' itu terkekeh pelan, "Ya, ya... aku paham," jawabnya sambil menyeringai menggoda pada Harry. "Bagaimana kondisi Mr. Malfoy sekarang?" tanya Ron lagi, kali ini terdengar serius.
Harry menyadarkan tubuhnya pada dinding, "Kondisinya sedikit membaik, walau belum bisa dibilang sembuh," desah Harry. "Uncle Lucius hampir dua tahun dipenjarakan disana sejak tahun keenam kita kan? Kondisinya begitu lemah. Dan yang kami khawatirkan kondisi disana juga akan mempengaruhi kesehatan Aunt Cissy," sambung Harry.
Ron tercenung, "Ya, kau benar, mate, Dad bilang kondisi di Azkaban memang mengerikan walau tak ada lagi dementor yang berkeliaran dengan bebas disana. Mrs. Malfoy bisa bertahan disana saja itu sudah hebat," katanya pelan. "Kuharap mereka bisa mendapatkan masa pemotongan tahanan dan segera keluar dari tempat itu," lanjut Ron.
Harry mengangguk pelan, "Thanks, kuharap juga begitu," jawab Harry. Pemuda bermata hijau itu lalu memandang pada sahabatnya, "Aku senang kau tak berpikiran negatif lagi pada mereka, mate."
Ron mengangkat bahunya, "Mrs. Malfoy sudah begitu baik padamu, bahkan dia juga menyetujui hubunganmu dengan anaknya yang manja itu..."
"Kuharap Draco tak mendengar itu, Ron," desis Harry memotong kata-kata Ron yang mengejek Draco tersebut. Sampai sekarang Ron dan Draco memang tak bisa dibilang akrab, Ron masih kesal karena ulah-ulah usil Draco di masa lalu dan Harry bisa memahami itu mengingat betapa menyebalkannya pangeran Slytherin yang pernah mereka kenal itu, dulu.
Ron berdecak, "Aku tak peduli walau dia mendengarku, Harry, dan jangan mulai terus membelanya," sergah pemuda berambut merah itu dengan kesal dan tak menghiraukan tawa geli Harry, "Aku hanya kasihan pada Mrs. Malfoy, itu saja," jawabnya lagi, "Aku heran dari wanita secantik itu bisa lahir anak sombong dan menyebalkan seperti Draco," gumamnya pelan sambil memalingkan wajahnya dari Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART
Fanfictionsetiap pertemuan pasti ada perpisahan, namun apa perpisahan itu harus menjadi sebuah akhir? Enjoy... Drarry