Bismillah..
Sejauh ini masih aman alhamdulillah wkwk
selamat membaca yeorobun
-"Hati-hati, om" ujar Melly pada om teguh yang sudah siap berangkat diatas motor matic–nya
Om teguh mengangguk lalu kemudian memakai helm–nya "Kamu juga hati-hati dirumah, kabarin om kalo rama pulang–nya telat. Biar om amukin dia" ujar Om Teguh
Melly mengangguk lalu memberikan ransel yang ia pegang pada om teguh yang akan melakukan perjalanan yang cukup jauh, om teguh mendapat pekerjaan untuk mengawasi pembangunan rumah yang cukup jauh dari desa ini.
"Jangan lupa kabarin rama kalau om udah sampai, nanti dia demam lagi karena panik om tiba-tiba hilang dari rumah" ujar Melly diakhiri kekehannya
"Iya, nanti om kabarin. Om berangkat ya, mel. Assalamualaikum" ujar Om teguh kemudian melaju pergi
"Waalaikumussalam.." balas Melly
Melly ingin kembali masuk kedalam rumah namun seketika melly teringat bahwa stock bahan masakan dikulkas telah habis, rama pun sedang keluar dan demi keberlangsungan hidup mau tak mau melly pun harus berbelanja sendiri ke pasar.
Bergegas pintu rumah dikunci, tak lupa dengan jendela dan pintu pagar guna menghindari insiden yang tidak di–inginkan.
Pasar
"Berapa, bu?" tanya Melly usai memilih beberapa jenis sayur dan membungkus cabai, tomat, bawang dan teman-temannya
"Rp.75.000, neng" jawab Penjual
Melly mengangguk dan lantas segera memberikan jumlah uang yang pas dengan harga yang diberikan penjual "Makasih ya, bu" ujar Melly setelahnya pergi membawa bungkusan belanjaan bulanannya
"Sama-sama, neng"
Sepanjang jalan melly mencoba mengingat-ingat apa yang harus ia beli setelahnya namun sepertinya semua sudah cukup, didepan pasar melly terlihat sibuk menempatkan seluruh belanjaannya pada bagasi mobil. Bukan ingin menyombongkan diri karena membawa mobil kepasar melainkan sepeda motor yang ada dirumah sudah terpakai semua, om teguh pergi dengan motor matic yang biasanya melly pakai dan rama juga pergi dengan motor bebek yang biasanya om teguh pakai. Sedangkan ojek dan becak tidak ada yang melintas satupun.
Saat sudah selesai menyimpan semua belanjaannya, tiba-tiba seseorang menghampiri melly. Ternyata itu hanyalah seorang wanita tua pedagang buah salak.
"Permisi, nak.." ujar Wanita tua
Melly berbalik badan, menatap wanita tua itu dengan iringan senyuman manisnya "Iya, bu. Ada apa?" tanya Melly
Wanita tua itu lantas membalas senyuman manis melly, ia pun mengangkat buah dagangannya "Ibu jual salak, dijamin manis salaknya semanis senyuman nak cantik. Ibu sudah berkeliling pasar menjualkan buah dagangan ibu, tapi tidak ada yang mau, nak. Kalau nak cantik tidak mau juga tidak apa-apa.. ibu mengerti" ujar Sipenjual salak
Ada rasa kasihan namun ada juga rasa takut, takut jika semisal ia kembali salah dalam melangkah dan berakhir dengan dibodohi seperti dulunya.
"Bu.. kalau saya coba dulu boleh?" tanya Melly dengan sopan
Ibu penjual salak itu mengangguk, tanpa ragu memberikan satu buah salak pada melly. Mengizinkan gadis itu untuk mencicipi salah satu buah salak dagangannya.
"Bagaimana, nak? Manis tidak?" tanya Penjual
Melly mengangguk, walau tidak begitu manis namun rasa ini cukup bisa diterima oleh indera perasa "Manis, bu. Saya beli dua bungkus, ya" jawab Melly
Sang penjual tersenyum senang, akhirnya dagangannya dibeli juga "Alhamdulillah, terimakasih ya, nak" ujar Penjual dengan segera membungkus pesanan melly lalu ia berikan "Ini, nak. Rp.20.000 aja"
Secarik uang biru melly serahkan "Saya beli ya, bu" ujar Melly kemudian mengambil bungkusan salak miliknya
"Tapi, nak.. ibu tidak punya kembaliannya" ujar Penjual menatap uang lembaran biru itu dengan raut wajah bingung
"Kembaliannya untuk ibu saja, anggap ini sebagai rejeki ibu dihari jum'at. Saya permisi ya, bu. Assalamualaikum" ujar Melly berlalu pergi memasuki mobilnya dan bergegas kembali pulang
Wanita tua itu mengulas senyuman manisnya, menatap selembar kertas dengan nilai 50.000 lalu kemudian segera pergi dari sana.
-
"Masak udah, beresin rumah juga udah.. apa lagi ya?" monolog Melly yang sudah berada didepan pintu kamarnya "Tanaman.." kini melly mencoba mengingat-ingat apakah hari ini ia sudah menyiram tanaman milik neneknya ataukah belum "Udah disiram apa belum ya?" tanya Melly pada dirinya sendiri
"Haishh.. kayanya belum, tadi pagi aku nyapu, ngepel terus.." melly mencoba mengingat-ingat aktivitasnya dari awal ia bangun hingga kini sudah selesai memasak dan bersiap untuk bersantai dikamar "Bantuin om teguh bawa tas–nya, habis itu aku belanja ke pasar. Dari pasar aku masak untuk makan siang—oh iya! Aku belum sarapan!"
Astaghfirullah, melly..
"Pantesan aja kaya ada yang kelewat" timpal Melly kemudian kembali turun kedapur
Ding dong..
Baru saja menuruni tangga dan seseorang malah datang bertamu kerumahnya, membuat niat untuk sarapan menjadi terurung saja.
Ceklek
Ternyata rama yang baru pulang dari bengkel.
"Mandi keringat nih, lo habis benerin motor atau maraton keliling desa?" tanya Melly kemudian membuka lebar pintu rumahnya
"Keduanya" jawab Rama kemudian masuk "Masak apa, lo?" tanya Rama
Melly membuntuti rama sembari mengingat apa yang ia masak beberapa saat yang lalu "Hmm.. kaya–nya cuma tumis kangkung sama ayam goreng" jawab Melly
Rama bergeleng "Kaya–nya" cibir Rama lalu pergi menuju kamarnya dilantai dua
Melly mengangkat bahunya dengan acuh, didepan tangga ia tersadar bahwa ia tadinya ingin sarapan. Alhasil langkah melly berbelok menuju dapur, ingin menyalahkan dirinya sendiri namun rasanya percuma saja karena itu tidak akan membuat ingatannya yang lemah ini menjadi kuat.
Sudah takdirnya melly menjadi orang yang pelupa, sangat pantas untuk dijuluki sebagai kembaran ikan dori.
Saat membuka tudung saji, ternyata bukan tumis kangkung dan ayam goreng melainkan hanya rebusan bayam dan tempe goreng tak lupa dengan sambal terasi dan berbagai lalapan yang entah kapan melly ikut sertakan disana.
Melly mendesis, seingatnya yang ia masak kangkung dan ayam lantas mengapa sekarang yang muncul berbeda?
"Ya allah, mel.. mel.."
-
sampai jumpa dichapter berikutnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzamelly
Teen Fiction[ NEW VERSION! ] "Petunjuk tidak bisa dicapai kecuali oleh pengetahuan. Dan arah tujuan yang benar tidak akan bisa dituju kecuali dengan kesabaran" -Nazila Amellysyah - Nazila Amellysyah, seorang dosen hukum yang masih belum selesai dengan kisah ci...