Bab 15_Zani

1.8K 91 0
                                    

Bismillah..

Woah daebak!
Gini nih kalo aing lagi mood + suasana mendukung, jadinya triple up gak tuh. haha.

selamat membaca!
-







Karena waktu yang tidak memungkinkan untuk melly dan gus azzam langsung kembali ke pesantren, alhasil kedua–nya mau tidak mau harus bermalam dirumah ini walau dengan suasana yang tidak meng–enakkan. Sedari maghrib hingga sekarang dijam yang hampir tengah malam, baik melly ataupun gus azzam tak ada yang terpantau berlama-lama menghabiskan waktu diluar. Bahkan untuk makan malam pun mereka lakukan didalam kamar karena melly yang enggan duduk satu meja dengan tante sri yang terus saja menyalahkan diri–nya, tidak ingin kembali membuat suasana menjadi ricuh.

Karena merasa sangat kehausan dan stock air dikamar juga sedang habis, kini melly pun keluar dengan hanya memakai piyama dan mukenah bagian hijab karena didalam lemari–nya hanya tersisa sajadah dan mukenah saja. Semua isi lemari dan barang penting dalam kamar ini sudah melly angkut ke rumah gus azzam, benar-benar tidak ada niat kembali menempati  rumah ini.

Selesai mengambil air, melly yang hendak segera kembali ke kamar terpaksa berhenti sejenak karena zani yang ingin berbicara pada–nya.

"Mel, thanks. Berkat bantuan kamu, untuk saat ini kakak bisa bebas dari pernikahan paksa itu. Kakak gak tau lagi harus berterimakasih seperti apa ke kamu, kenapa kamu masih mau tolongin kakak? Padahal selama ini kakak memperlakukan kamu itu buruk, kamu selalu salah dimata kakak. Kamu bahkan sudah sempat kakak anggap sebagai suatu kesalahan, mel. Kenapa? Kenapa kamu masih bisa bersikap baik ke kakak? Kamu lupa tentang semua itu? Kamu lupa kalau kakak pernah nampar dan hampir bikin kamu mati? Kenapa, mel?" ujar Zani menuturkan begitu banyak pertanyaan pada melly

"Karena aku bukan kakak. Aku adalah aku, walau aku benci, walau aku kesel, walau aku kecewa. Kalau dibutuhkan, aku masih bisa berusaha untuk menolong dan bukan malah sebalik–nya. Itu yang jadi pembeda antara aku dan kakak dimata nenek" ujar Melly berhasil menjawab satu pertanyaan yang selalu terpikirkan oleh zani selama ini "Bukan karena aku anak tunggal, bukan karena aku yatim-piatu. Tapi karena aku yang selalu ada disaat dia butuh"

"Mel.. kamu?—"

"Kenapa? Kaget karena aku tau apa yang selama ini jadi alasan kakak ngebenci aku?" tanya Melly menyela

Zani terbungkam

"Udahlah, kak. Kakak cuma bisa lihat bagian beruntung–nya jadi aku, kakak gak bisa lihat bagian terburuk–nya. Masalah kakak sebagai putri sulung dan cucu tertua itu memang berat, tapi masalah aku jadi anak tunggal yang ditinggal orang tua juga gak kalah berat, kak. Saran aku lebih baik kakak segera berubah, hidup bukan tentang pacaran dan jadi nyonya besar. Jangan berpikiran dangkal, kak" ujar Melly kemudian melangkah hendak meninggalkan zani seorang diri diruang makan

Namun baru beberapa langkah melly ambil, zani sudah kembali menghentikan langkah–nya.

"Hidupmu emang selalu enak, mel. Gak heran kalau kamu sekarang bisa jadi nyonya besar yang punya kekuasaan, bahkan jurangan juga bisa kamu kalahkan" ujar Zani

Melly berbalik badan, begitu pula dengan zani. Kini dengan jarak yang berjauhan mereka tampak saling berhadapan.

"Kekuasaan bisa didapat kalau kita ber–ilmu dan ber–adab, kak" ujar Melly

"Itu tentang kekuasaan, lantas bagaimana dengan pasangan?" tanya Zani

Dahi melly menyerngit, mengapa tiba-tiba zani membahas pasangan?

"Kalau ingin dapat pria tampan yang kaya, lantas cara–nya harus bagaimana, mel? Apa harus dengan ilmu dan adab juga?" ujar Zani kembali bertanya

"Maksud kakak? Kenapa tiba-tiba membahas perihal pasangan?" tanya Melly mulai merasa ada yang tidak beres dengan maksud pertanyaan kakak sepupu–nya itu

Zani tampak mendekat, terus mendekat hingga kini mereka bisa saling melihat mata satu sama lain "Mel, selama ini kakak rela berbagi semua–nya denganmu. Pakaian, mainan, kasih sayang, perhatian dan segala–nya yang kakak dapatkan semua pada akhir–nya akan jatuh ke tanganmu"

"Tapi semua itu hanya sebatas barang bekas, kak" ujar Melly

Zani mengangguk membenarkan "Apa yang telah menjadi bekasku akan bisa menjadi milikmu, lantas.. kenapa bekasmu tidak bisa menjadi milikku?"

Apa maksudnya? Barang bekas apa yang dia inginkan dari melly?

Dengan pikiran yang masih mencoba positif melly pun bertanya "Kakak ingin apa? Tas punyaku? Sepatu? Makeup? Pakaian atau apa?"

"Suamimu" jawab Zani

Untuk sesaat keheningan melanda sebelum pada akhir–nya suara tawa terdengar, bukan zani melainkan melly. Wanita itu tertawa dengan pelan tidak ingin membuat kesunyian ini menjadi terusik "Selera humor yang bagus, ini bukan–lah tentang ipar adalah maut. Kalau pun harus menjadi sepupu adalah maut, aku gak akan jadi seperti tokoh utama difilm itu dan aku percaya suamiku juga gak akan seperti tokoh pria dicerita itu. Pria terpelajar seperti–nya, imam yang dibambakan seluruh wanita seperti diri–nya.. aku yakin tidak akan dengan mudah kamu goda, kak"

"Melly.. melly, bahkan kekasih allah pun pernah berpoligami. Sedangkan suamimu? Lucu sekali jika dia tidak—"

"Jika dia tergoda oleh wanita lain, seharus–nya sudah sejak lama aku menjadi seorang janda. Aku yakin iman–nya tidak selemah imanku, kak" ujar Melly memberi pembelaan atas gus azzam yang sedang dipertanyakan kesetiaan–nya oleh zani

"Adik sepupuku yang lugu, gak semua pria seperti ayahmu, mel. Gak semua pria seperti ayahku, gak ada pria yang seperti mereka yang hanya cukup dengan satu wanita. Zaman sudah berbeda, kamu lulusan uin masa tidak tau bahwa rasullullah—"

"Rasullullah tidak pernah mempoligami khadijah, kak. Sejarah mencatat bahwa selama 25 tahun mereka hidup bersama, hanya setelah khadijah wafat–lah rasullullah baru menikah kembali. Itu juga ada alasan dibalik rasullullah berpoligami, karena beliau ingin menolong para janda dan anak yatim untuk berjuang dijalan allah. Bukan karena ingin merasakan banyak–nya istri dan bukan pula karena iman–nya lemah sehingga ketika melihat wanita cantik maka ia akan langsung tergoda, bukan seperti itu. Kembali lagi.. aku yakin suamiku tidak akan mempoligami—"

"Kalau semisal dia terpaksa mempoligami–mu?" tanya Zani menyela

"Maka tanpa ragu aku akan mengajukan perpisahan dengan–nya, membawa semua yang sudah seharus–nya menjadi milikku. Se–sederhana itu" jawab Melly kemudian berbalik membelakangi zani

"Kamu tidak khawatir jika semisal aku akan—"

"وَاُ فَوِّضُ اَمْرِيْۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَصِيْرٌ بِۢا لْعِبَا دِ"

Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
-QS. Ghafir : Ayat 44


-
Lalalalaa, hari ini spesial up dengan topik Zani.

Sampai jumpa di bab selanjutnya..
papay!

btw mampir lah ke ig @Nunna_Lyy

Azzamelly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang