Hari terus berganti. Aliyah juga Arbi sekarang sedang di sibukkan dengan kuliah mereka masing-masing. Aliyah yang memang berbeda dengan fakultas yang arbi ambil. Arbi mengambil jurusan sejarah, dan Aliyah mengambil jurusan kedokteran. Sedangkan Hanifa dan kavin mengambil jurusan yang sama, yaitu Ekonomi.
Mereka berada di satu universitas yang sama, hanya saja gedung mereka yang berbeda. Perbedaan waktu yang sering membuat mereka selalu jarang untuk berkumpul. Komunikasi masih sering mereka berikan, dari Arbi yang sering menelpon Aliyah, dan begitupun sebaliknya.
Ada suatu hal yang membuat Aliyah sedikit bingung dengan sikap yang arbi tunjukkan padanya. Tepatnya saat mereka semua pulang dari Aceh. Arbi seperti menjaga jarak dengan nya, bahkan Arbi juga jarang sekali memeluk nya seperti biasanya.
Aliyah merasa senang juga bingung, ia senang mungkin Arbi sudah belajar banyak hal dan merubah sikapnya. Yang membuatnya bingung adalah, Arbi jarang sekali berbicara seperti dahulu. Dia memang sering menelpon namun itu hanya satu sampai dua menit saja. Bahkan, Arbi sering menolak jika Aliyah melakukan panggilan Vidio.
"Ekhem ngelamun aja neng, kenapa si?" Maurel mengejutkan Kanaya yang sedang melamun di meja kantin sendiri
"Ngagetin aja Lo!"
"Ya lagian, daritadi di panggil gak nyaut-nyaut" Maurel bergerak duduk di depan Aliyah dan memesan minuman yang sama dengan nya
"Kenapa? Gue liat akhir-akhir ini Lo gak fokus gitu?"
"Lagi mumet aja" ucap Kanaya yang sedang mengaduk aduk minum nya
"Yaelah nay, tinggal cerita apa susah nya si? Jarang juga gue mau denger keluh kesah Lo. Mumpung gue lagi free nih" ucap maurel yang langsung mengeluarkan laptop dalam tas nya
"Katanya free, tapi megang laptop"
"Emang free kok, ini gue mau cek tugas aja. Lo kalo mau cerita tinggal cerita"
"Arbi akhir-akhir ini kayak ngehindarin gue"
"Perasaan Lo kali"
"Serius, gue malah kangen sama tingkah nya pas SMA"
"Kenapa Lo ngerasa Arbi begitu?"
"Ya beda aja, huft."
"Bedanya gimana kanaya" ucap maurel yang masih fokus pada laptopnya
"Dia kayak jaga jarak gitu sama gue, kayak selalu ngindarin gue gitu lah. Terus gue sering liat dia bareng sama Stella"
"Perasaan Lo aja kali nay, bareng sama Stella wajar orang mereka satu fakultas"
"Apa mereka pacaran?"
Maurel menutup laptopnya dan menatap Aliyah lekat "l-o cemburu?"
"Ck, gue kan cerita apa yang gue rasain gimana si!"
"Ya sama aja Lo itu cemburu sama Arbi ya kan?"
"Kalo menurut gue mereka gak pacaran si nay, dari muka si Arbi aja dia keliatan gak seneng Deket tuh dedemit, mana ada mereka pacaran!" Mendengar penuturan maurel membuat nya bimbang, Kanaya menelusupkan kepalanya pada lipatan tangannya.
Di sisi lain Arbi sedang berada di perpustakaan dengan Stella. terlihat dari raut wajahnya Arbi sepertinya sedang kesal, bagaimana tidak? Perpustakaan tempat ia menengkan diri, mempelajari ilmu, dan sekarang? Waktunya terganggu oleh celotehan dari mulut wanita itu.
"Lo bisa diem gak?"
"Kok kamu gitu si ngomongnya? Aku kan cuman cerita aja Ar"
Arbi bergegas membereskan seluruh bukunya dan pergi meninggalkan Stella sendiri. Dapat ia lihat Stella yang berteriak memanggil namanya membuat Arbi semakin emosi. Tak lama dari itu ie bertemu dengan penenangnya, yaitu Aliyah. Ia berlari menghampiri nya dengan wajah lesu nya
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA TAK SAMA
Sonstiges" Jangan lupa sholat nya cantik" Gumam nya sambil tersenyum. "Kamu juga sama, jangan lupa hari minggu ke gereja Minggu kemarin kamu gk kesana lho gara² basket kamu itu" ucap gadis yang terbalut dengan hijab serta senyum manis yang tak pernah luntur...