2. Perkenalan

37.5K 233 11
                                    

@riodp
[Ya, tidak masalah.]
 

@sesilia
[terimakasih.]
 
Prisa menatap layar ponselnya dan merasa begitu bodoh dan gelisah sekarang. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya memulai pembicaraan,  apalagi mengingat jenis obrolan yang seharusnya mereka lakukan. 
Beberapa saat lalu, Prisa tidak merasa sepanik ini, tetapi sekarang ia bahkan tidak yakin bisa melanjutkan tindakan gegabahnya lagi. Mungkin pria itu sudah bisa mengira-ngira kekakuannya dari satu dua patah kata yang ditulisnya.

Kau bisa, prisa, tenanglah… 
 
@sesilia
[…sebenarnya ada yang ingin kukatakan terlebih dahulu.
Apa kau keberatan?]
 
Butuh waktu beberapa detik—yang terasa seperti berjam-jam lamanya—sampai pria itu membalas pesannya. 
 

@riodp
[Tidak. 
Katakanlah apa yang kau mau.]
 

@sesilia
[Sejujurnya, ini adalah kali pertama aku menggunakan situs dan chat seperti ini. Dan aku benar-benar bingung sekarang. Jadi, maksudku, kalau kau tidak ingin membuang-buang waktumu berbicara dengan amatiran sepertiku, tidak masalah jika kau ingin mencari orang lain...]
 
Prisa menahan napas ketika mengetik dengan jujur apa yang dikhawatirkan olehnya. Meskipun, ia berharap agar pria asing itu tetap menjadi lawan bicaranya. Karena ia tidak yakin akan melanjutkan kegilaan ini dengan pria lain jika obrolan ini selesai begitu saja. Sudah dipastikan ini akan menjadi pembicaraan terakhirnya di tempat ini.

Namun demikian, ia juga tidak ingin membuat pria itu kecewa karena mendapat lawan bicara yang kaku dan minim pengalaman sepertinya. Bukankah orang-orang yang mengunjungi situs seperti ini menginginkan hal untuk menyalurkan hasrat mereka? Tidak semua orang yang datang karena dorongan emosi dan rasa penasaran semata sepertinya.
 

@riodp
[Jadi ini pertama kalinya kau datang ke sini?]
 

@sesilia
[Ya.
Bukan hanya itu… aku juga tidak pernah berbicara dengan orang asing seperti ini sebelumnya.]
 
Prisa tidak tahu mengapa ia berkata dengan begitu jujur seperti itu, tapi anonimitas di antara mereka membuatnya merasa lebih ringan dan mudah untuk berkata terang-terangan.

 
@riodp
[Ah… jadi aku yang pertama bagimu, Sesilia?]
 

Prisa tiba-tiba merasa pipinya memanas membaca pesan itu. Entah mengapa ia merasa bahwa pesan itu bermakna ganda, meski ia sendiri tidak merasa ada yang salah dengan kata-kata itu. Pria itu memang menjadi yang pertama baginya—dalam banyak artian malam ini.
 
@sesilia
[Begitulah, jadi aku hanya takut kau akan merasa bosan berbicara denganku.
Lihatlah, belum apa-apa aku bahkan sudah lebih banyak membuang waktumu dengan perkenalanku yang panjang lebar seperti ini. ]
 

@riodp
[Aku mengerti.
Dan kau tidak perlu khawatir, jika aku merasa bosan, aku akan mengatakannya padamu.
Aku bukanlah seseorang yang akan tetap melakukan hal yang tidak ingin kulakukan hanya karena orang lain.]
 

Ya, begitu juga yang Prisa pikirkan. Padahal hanya beberapa kata, namun entah mengapa ia berfirasat bahwa pria itu tidak akan meladeninya sejauh ini jika pria itu sudah merasa bosan karenanya.
 
@sesilia
[Jadi… kau bukanlah jenis pria yang suka menahan diri?]
 

@riodp
[Ya.
Dalam banyak hal.
Kau mungkin akan mengetahui lebih banyak atas sifatku itu, Sesilia.]
 

Perasaan apa ini?
Mengapa tiba-tiba ia merasakan dorongan untuk menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya di sana? Entah mengapa ia merasa begitu malu dan begitu gugup saat ini.
Dan membaca nama tengahnya di dalam pesan itu membuat seolah-olah pria itu tengah memanggilnya dengan cara yang tak bisa dibayangkan olehnya.
 
@sesilia
[Kau yakin?
Ah, maksudku… aku mungkin tidak bisa um…]
 

WILDSIDE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang