9. Seharusnya

5.7K 152 7
                                    

Rasa kesal dan malu masih menguasai dirinya ketika Prisa masuk ke dalam kamarnya. Inilah mengapa ia jarang pergi ke luar rumah, ada banyak hal tidak terduga yang bisa terjadi di luar sana.

Prisa mengecek kembali jam tangannya dan lagi-lagi menghela napas. Baru pukul 21.10? Kenapa lambat sekali? Jika bukan karena kehadiran tetangga mesumnya itu, ia bisa berada di taman lebih lama lagi.

Karena belum juga mengantuk, setelah membereskan barang belanjaannya, ia memutuskan untuk menonton kali ini. Ia mengecek Netflix dan melihat-lihat list film terbaru, namun tak ada satu pun yang menarik perhatiannya. Perhariannya baru terhenti ketika melihat nama film familier yang berada di bagian watched list-nya. Film-film favorit yang pernah disebutkan oleh Rio beberapa waktu lalu. Beberapa judul yang berencana untuk ditontonnya nanti.

Selama satu minggu setelah ia tidak lagi berkomunikasi dengan pria itu, baru kali ini Prisa membiarkan dirinya merasa sedikit sedih. Ia tak bisa memungkiri bahwa ia merasa sedikit kehilangan. Padahal sebisa mungkin ia tidak ingin memikirkan mengenai putusnya komunikasi di antara mereka, tapi tetap saja rasanya tidak semudah itu.

Bukankah baru satu bulan mereka saling berbicara?

Apakah ia benar-benar kesepian hingga pertemanan singkat yang diberikan pria itu terasa begitu berkesan?

Seharusnya, seharusnya, detik ini ia benar-benar menghapus nama Rio dan segala kata-kata yang masih berkesan itu dari benaknya dan menganggapnya sebagai salah satu pengalaman menyenangkan yang mungkin tak akan lagi didapatkannya-tidak, ia tidak ingin mencari teman bicara atau partner seks dengan orang asing sekali lagi, terima kasih. Tapi mengapa ia masih merasa tidak rela?

Jadi mengapa ia justru kembali membuka situs yang sudah hampir lima hari lamanya tak dikunjunginya?

Prisa tersenyum tipis melihat banner dan iklan yang vulgar yang menghiasi layer utamanya. Sampai sekarang pun ia masih merasa heran kenapa ia bisa sampai pada situs ini? Dan bukan hanya itu, ia juga menemukan seseorang menyenangkan sebagai partnernya, hal yang sulit untuk ditemukannya di dunia nyata.

Awalnya, Prisa hanya ingin menghapus pesan-pesan yang masih tertinggal di situs itu, begitu pun akunnya, namun seketika tubuhnya membeku melihat tanda butir hijau yang berkelip di kolom chat beserta beberapa notifikasi balasan yang belum dibacanya.

Sudah berapa lama ia menunggu kedua tanda itu aktif setiap kali mengunjungi situs ini?-Dua minggu? Sepuluh hari?-sebelum akhirnya ia menyerah dan tak lagi melakukannya?

Dan setiap kali ia menunggu dengan gelisah dan penuh harap ia bertanya-tanya apakah perasaan seperti itu wajar untuk dirasakannya kepada orang asing dalam waktu terlampau singkat? Ia bahkan tidak tahu seperti apa Rio itu, apakah itu benar-benar namanya, atau segala ucapan yang pernah dikatakannya memang mengandung kejujuran. Ia merasa konyol dan bodoh karena bisa-bisanya merasa terikat dengan teman yang bisa hilang tanpa perpisahan dengan begitu mudahnya.

Dan seharusnya, seharusnya, semua itu sudah cukup menjadi sebuah pelajaran.

Seharusnya, ia senang karena perasaannya belum berkembang begitu jauh hingga tak bisa diselamatkan.

Seharusnya, ia tak membuka pesan yang sudah lama dinantikannya itu.

Seharusnya, ia tak merasa berdebar-debar, merasa senang, marah atau seluruh emosi itu ketika ia membaca barisan kalimat-kalimat itu...

Seharusnya memang begitu. Seharusnya ia mengambil kesempatan untuk pergi itu-bukan?

***

-19.00-

WILDSIDE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang