1. Situs Dewasa

60K 279 2
                                    

Prisa mengerang dan nyaris mengumpat dengan kata-kata kasar—sesuatu yang tak pernah dilakukan olehnya—ketika mendengar suara-suara menjijikkan itu lagi malam ini.

Prisa juga nyaris beranjak dari posisi tidurnya, mengenakkan sendal rumahnya, lalu berjalan dengan langkah marah dan menggedor pintu rumah tetangganya.

Ia membayangkan alangkah menyenangkan jika ia bisa melampiaskan emosi dan rasa frustasinya kepada orang-orang yang selalu berhasil mengganggu ketenangannya itu dan menasihati mereka tentang adab dalam bertetangga.

Baru membayangkannya saja ia merasa sudah begitu puas, dan ia bisa mengangankan wajah terkejut dan malu pasangan yang tidak mengenal waktu dan tempat—maksudnya, apa mereka tidak sadar dengan betapa tipis dinding yang membatasi kamar mereka dengan miliknya?—ketika ia menginterupsi kegiatan tidak senonoh yang setiap malam hampir tak pernah absen dilakukan oleh keduanya.

Tapi, tentu saja itu semua hanya ada dalam bayangannya, karena gadis pemalu dan penakut sepertinya tidak akan pernah bisa melakukannya.

Memberikan mereka nasehat? Yang benar saja, ia bahkan tidak sanggup membayangkan skenario jika salah satu dari mereka membuka pintu dengan pakaian tidak pantas karena gedoran darinya. Prisa tidak akan pernah siap, seberapa pun terganggu dan marahnya ia.

"Ah! Ah! Lebih cepat please... sayang, Ah!"

Prisa mengambil bantalnya dan berteriak tanpa suara di baliknya. Ya Tuhan, memangnya apa sih yang mereka lakukan sekarang? Apa bercinta memang seberisik itu? Apa perlu wanita itu berteriak-teriak dan mengeluarkan suara-suara seperti itu?

Baru satu bulan ia pindah ke rumah ini dan belum-belum ia sudah terdoktrin oleh pengaruh-pengaruh buruk yang tidak pernah di dapatkannya selama dua puluh enam tahun terakhir.

"Sayang! Ah..."

Sudah cukup. Prisa benar-benar muak.

Dengan cepat, ia mengambil earphone mungilnya dan memakainya. Ia menyetel salah satu lagu dengan suara keras dan membesarkan volumenya sampai suara-suara itu tak lagi terdengar.

Ia mendesah kesal. Bagaimana ia bisa tertidur dalam kondisi seperti ini sekarang? Sementara ia tahu pasangan di sebelah kamarnya itu tidak akan berhenti selama satu sampai dua jam ke depan.

Prisa yang awalnya berencana untuk membaca buku mengurungkan niatnya karena terganggu oleh suara musik yang keras. Ia juga merasa bosan melihat sosial medianya yang banyak memperlihatkan kehidupan kenalan dan sahabatnya yang terlihat lebih berwarna dari miliknya.

Kebanyakan dari teman-teman semasa kuliahnya sudah banyak yang menikah bahkan memiliki anak. Tidak jarang juga yang memilih untuk bersolo karir dan menempati jabatan yang bagus di perusahaan besar. Meskipun Prisa tahu bahwa foto-foto itu bukanlah bukti yang riil sekali pun, ia tetap tidak bisa memungkiri bahwa ia selalu membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupannya yang membosankan.

Tanpa kekasih, tanpa prospek pernikahan, pekerjaan prestisius atau liburan-liburan menyenangkan dan berani seperti yang dibagikan oleh mereka.

Prisa jadi teringat dengan kencan buta yang dilakukannya beberapa minggu lalu. Kencan yang berakhir dengan begitu pahit dan melukai egonya.

Tentu saja pria seperti Arfian, supervisor departemen keuangan yang dikenalkan oleh sahabatnya Danella, tidak akan mau berkencan dengan gadis 'membosankan' sepertinya. Dan meski Danella sudah meyakinkan bahwa apa yang dikatakan oleh pria itu tentangnya di belakang sama sekali tidak benar, Prisa tahu bahwa memang begitulah kenyataannya.

Ia memang membosankan.

Ia bukanlah wanita yang berani dan menantang dan mampu membuat pria-pria tertarik kepadanya.

WILDSIDE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang